Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Ponsel Tomy berdering beberapa kali saat ia di kamar mandi. Tomy pikir paling mama yang nelpon. Sebenarnya Ia sebel juga, satu hati mama nelpon sampai sepuluh kali. Kalau ada masalah penting tidak soal. Ini tidak, paling nanya yang itu itu juga. Sudah makan sayang, vitaminnya sudah diminum belum, dan pertanyaan pertanyaan kecil lain yang tidak penting.
Sejak kuliah di jogya Tomy merasa ia diperlakukan seperti anak kecil. Serba diatur, serba dilarang dan serba serbi lainnya yang membuat Tomy justru muak dengan perhatian mama yang berlebihan itu.
Suatu ketika Tomy iseng curhat pada Mayang, teman satu fakultas yang sama sama berasal dari Jakarta.
"Begitulah naluri seorang ibu Tom. Kamu pikir mamaku tidak cerewet seperti itu. Mamaku sama aja Tom. Apa susahnya angkat telpon dan basa basi sekedarnya, itu sudah membuat mama kamu senang."
Tomy selalu ingat pendapat Mayang dan ia menganggap semua itu biasa saja. Menurut Mayang justru perhatian mamanya yang berlebihan itu bisa dimanfaatkan untuk bermanja manja.
"Bermanja gimana, sebel tau," kata Tomy kala itu.
Mayang menyeringai, ia berpikir Tomy belum tau tehnik manja seorang anak kost.
"Kamu bisa minta uang saku lebih untuk keperluan tak terduga. Untuk jalan jalan, nonton sama pacar misalnya."
Tomy tertawa kecil mendengar Mayang menyebut soal pacar. Padahal ia tau kalau Tomy samai semester dua ini belum punya pacar. Bukan karena apa, ia malas aja pacaran. Kalau saja mau, tentu banyak cewek yang menerima cintanya diantaranya Mayang sendiri.
Tomy ganteng, tinggi, atletis, soal dompet tidak perlu diragukan lagi, apalagi. Tapi kalau Tomy sendiri tidak pernah tertarik dengan cewek cewek di kampus mau apa.
Usai mandi Tomy melihat ponselnya. Ternyata bukan mana yang telpon, tapi Arya teman sefakultas. Tumben Arya nelpon, ada apa,batin Tomy seraya menelpon balik Arya.
"Hallo, sorry Ar, sedang mandi tadi," kata Tomy.
"O...kirain ngerjain tugas dari dosen,"
Ujar Arya sembari tertawa meledek.
"Ada apa Ar?"
Arya hanya mau pinjam sepeda motor kalau Tomy tidak ada acara malam ini. Motor Arya ngadat lagi pulang kuliah tadi.
"Ambil aja kemari," kata Tomy enteng karena ia memang tidak ada acara malam ini.
Setengah jam berselang Arya datang dengan gojek. Tempat kostnya hanya berjarak dua kilometer dari tempat kost Tomy.
"Mau kemana Ar keren amat penampilan kamu. Mau apel pacar?"
"Apel gundulmu. Aku lagi galau, putus sama Febri."
Tomy tercengang, rasanya baru tiga bulan pacaran sudah bubar. Kalau sudah begini mau diapakan lagi, paling galau, makan tidak enak, tidur pun tak nyenyak. Tidur salah, berdiri salah. Itulah kenapa Tomy malas pacaran. Paling cuma cepika cepiki memanjakan perasaan. Tapi bila putus, sakitnya sampai dibawa keliang kubur. Serius ini.
"Terus kamu mau kemana?"tanya Tomy seraya menyerahkan kunci motor dan STNK.
Arya tersenyum.
"Kita keluar berdua yuk. Kota kota aja baru nongkrong di angkringan depan gedung Agung. Ayo....sekali kali jalan dari pada diam di kamar kost kaya ayam angkrem," kata Arya seraya menarik tangan Tomy agar segera ganti pakaian.
Karena Arya terus memaksa, Tomy pun bangkit, ganti pakaian kemudian mengikuti Arya keluar.
*****
Mata Tomy baru terbuka, ternyata melewatkan malam minggu di Malioboro asyik juga. Setidaknya cukup sekedar cuci mata, lumayan memandang bokong bokong cewek yang sengaja digoyang entah apa maksudnya.
Lewat pukul sepuluh Malioboro menggeliat menunjukkan jati dirinya. Suasana makin hangat. Pasangan muda mudi dengan seronoknya hilir mudik membuat Arya sakit hati.
"Pusing kepalaku Tom," ujar Arya.
"Emang kalau lagi galau begitu. Merasa kesepian ditengah keramaian."
"Bukan itu. Aku pusing karena karena Febri menolak tidur denganku, akibatnya kami bertengkar dan akhirnya putus."
"Kamu yo edan. Masak baru pacaran sudah ngajak tidur. Cewek mana pun juga akan menolak. Pakai otakmu Ar," kata Tomy sengit.
"Biasanya Febri itu pasrah aja bila aku ajak tidur. Entah kenapa siang itu ia menolak dengan berbagai alasan."
Tomy termenung, segampang itukah Febri menyerahkan kemolekan tubuhnya untuk dinikmati Arya. Apa yang mendasari pikiran Febri sehingga ia rela tidur dengan Arya. Atas dasar cinta atau nafsu yang tidak terkendali.
Tomy prihatin. Inilah akibat keliru mengadopsi paham sekulerisme yang justru mengoyak ngoyak keluhuran Budi bangsa yang sudah tertanam jauh jauh hari sebelum demokrasi tercipta.
"Tom, gimana ini."
"Apanya yang gimana?"