Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Shakilaaaaaa!!!!!!" Teriak seorang wanita, menggoyang-goyangkan tubuh putrinya yang masih terlelap dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh.
"Emzzz.." sahut Shakila membalikan badan menjadi memunggungi Ufairah.
Sudah mulai gemas dengan sikap putrinya yang pemalas, dengan jahil Ufa mengkelitiki pingganya membuat Shakila repleks memundurkan tubuhnya.
Brukkkk
Awwwww ringis Shakila mengusap pinggulnya yang sakit.
"Ummi..." keluh Shakila mengkerucutkan bibirnya kesal.
"Apa?!" balas Ufa tenang sambil bersedekap
"Sakit tahu!. Bagaimana kalau pinggangku retak,lalu aku masuk rumah sakit. Terus ummi nanti cemas, dan bersedih karena aku sakit." cerocos Shakila membuat Ufa menautkan sebelah halis.
"Lihat jam. Mau jam berapa kamu sholat subuh?" Tunjuk Ufa ke arah jam.
Kepala Shakila menoleh ke arah jam. Spontan matanya langsung membulat.
"Ummi!.kenapa tidak membangunkan ku dari tadi" panik shakila langsung berlari ke kamar mandi, untuk mengambil wudhu.
Ufa hanya menggeleng kecil melihat sikap putrinya.
"Entah dari mana sikap pemalasnya. Bahkan kamarnya, terlihat seperti kapal pecah." keluh Ufa menepuk dahi,melihat sekeliling kamarnya yang tidak pernah tertata rapih.
"Dulu juga kamarmu seperti ini." sahut Hisyam dari belakang, sambil memegang dasi lalu menyodorkannya pada Ufa.
Ufa terdiam sejenak,kemudian membenarkan perkataan Hisyam.
"ahh..ya juga. Dulu kan aku paling malas bersihin kamar." setuju Ufa terkekeh.
"Ternyata dia memang anakku." aku Ufa kemudian tertawa.
"Kenapa mas berangkat pagi sekali?" Tanya Ufa sambil memasangkan dahi ke leher Hisyam.
"Mas harus berangkat ke luar kota. Apalagi Adam kembali lagi ke Mesir, jadi kamu tahu sendiri lah?, Mas yang harus turun tangan."
Kepala ufa memangut-mangut.
"Seperti apa yah sekarang Malih. Mungkin dia sangat tampan.." ucap Ufa yang tiba-tiba teringat Malih yang tidak lain putra Sarah.
Hisyam tertawa kecil membuat Ufa jadi bingung.
"kenapa tertawa?" tanya Ufa bingung.
"Tampannya seperti Adam. Sikap dinginnya seperti Sarah. Ramahnya seperti Adam, juga pintarnya seperti Sarah. Dan satu lagi, dia anak yang bijaksana seperti Adam dulu. Bahkan anaknya sangat teliti akan sesuatu seperti Sarah yang selalu seperti detective." jelas Hisyam membuat Ufa terperangah karena kagum.
"Mereka memang pasangan yang cocok!" puji Ufa gemas dengan kedua pasangan itu.
"Ummiii!!!!" teriak Shakila dari kamar mandi, membuat Ufa dan Hisyam tersentak.
"Shakila!"
Hisyam segera berlari,kemudian mencoba membuka gagang pintu kamar mandi berkali-kali "Shakila!!, buka pintunya nak!!" Pinta Hisyam menggedor pintu beberapa kali dengan panik bahkan Ufa sudah tidak kalah paniknya.
Brakkk
Pintu terbuka, karena Hisyam mendobraknya. Dengan panik mereka menghampiri Shakila yang sedang berdiri di pojok dinding dengan takut
"Ada apa?!" Panik Hisyam melihat putrinya.
"Itu.." tunjuk Shakila ke arah kecoa yang ingin menghampiri Ufa.
"Aaaaaaarrrrrrrrrgghhhhh." teriak Ufa ikut menjerit. membuat wajah Hisyam Berubah masam.
"Ibu dan anak sama saja." batin Hisyam jengkel.
******
Di meja makan Malih sedang duduk. Tatapannya masih fokus melihat makanannya, bahkan ia tidak berucap atau sekedar beranjak sebentar dari tempat duduknya.
"Malih.." panggil Sarah melirik putranya lembut.
"Iya."
"Bagaimana dengan sekolah barumu?. Apa kamu suka?"
Malih terdiam sebelum ia kembali membuka bibirnya.
"sekolahnya bagus." balas Malih singkat.
"Kamu seperti ayahmu. Selalu menjawab singkat jelas dan padat." ucap Sarah terkekeh,sambil mengingat kenangannya dengan Adam.
"Aku berbeda dengan ayah." Bantah Malih, tampa mengangkat wajahnya untuk melihat raut wajah ibunya yang terkejut.
"Kenapa kamu seperti membenci ayahmu sendiri?" Tanya Sarah pelan kemudian mendekati Malih.
Dengan cepat Malih berdiri.
"Karena Malih bukan seperti ayah." tambahnya lagi membuat hati Sarah menohok sakit.
"Dia terlalu baik untuk kamu benci nak." sahut Sarah menatap putranya sedih.
Malih memalingkan wajah ke arah lain.
"Ayah tidak pernah ada untuk Malih." jujur Malih menahan sakit di hatinya.
"Dia bekerja dan mengajar di sana nak!. Dia sedang memberi manfaat ilmu kepada semua orang. Harusnya kamu bangga." ucap Sarah memegang pundak putranya.
"Untuk apa memberi manfaat ke pada orang lain!. Sedangkan keluarganya saja yang membutuhkan kehadirannya,ayah tidak pernah ada." tutur Malih kecewa.
Sarah tersentak,kembali menatap putranya pilu.
"Sudahlah Bu..,Malih tidak ingin bertengkar dengan ibu,Malih takut berdosa." pinta Malih memohon.
"Kamu pikir. Membenci ayah juga tidak termasuk dosa!"
Malih bungkam "Malih..ayah sangat menyayangimu, walau dia jarang bersama kita. Percayalah, hatinya selalu ada bersama kita." kata Sarah menjelaskan ke pada putranya secara perlahan.
"Sebaiknya aku berangkat sekolah." mencium punggung Sarah, kemudian berbalik.
"Assalamu'alaikum." alih Malih memilih pamit pergi.
"Sikapnya terlalu sama seperti Adam." gumam Sarah menghela nafas berat.
*******