/0/22082/coverorgin.jpg?v=ad2b0922cd8b095696d41f8ce878db88&imageMogr2/format/webp)
Akhirnya sirine yang kutunggu itupun berbunyi. Dengan iramanya yang khas, sirine itu menjadi sinyal untuk kami agar segera melaksanakan apel sore dan bersiap untuk pulang ke asrama.
“Jaga kondusifitas keamanan sekitar dan setiap anggota wajib memberi tahuladan yang baik kepada masyarakat.” kata komandan regu kami mengakhiri amanatnya pada sore hari yang mendung itu.
Akhirnya setelah rutinitas mengisi daftar hadir, aku segera berlari kecil untuk bergegas ke parkiran motor, mengambil kendaraanku. Rasanya birahiku sudah sampai di ubun-ubun ingin segera menyalurkan hasrat bilogisku yang begitu bergelora.
Namaku Tantri seorang Polisi Wanita yang bertugas di sebuah kabupaten kecil di negeri ini. Seperti layaknya anggota polwan, tubuhku langsing dan kencang karena hasil latihan fisik rutin yang selalu dilakukan setiap hari. Warna kulitku kecoklatan khas negeri ini, banyak orang yang mengatakan warna kulit eksotis. Tinggiku 169 dan tergolong tinggi semampai, rambutku tentu saja pendek sampai ke tengkuk.
Banyak orang yang bilang, semula tidak kupercayai, bahwa aku tergolong wanita dengan hasrat seksual yang besar. Mereka mengatakan ini karena sosok tubuhku agak bungkuk seperti bongkok udang. Tentu semua omongan ini hanya kuanggap omong kosong. Namun perlahan aku seperti membuktikan sendiri kebenaran omongan ini.
Tanda getar di ponsel menandakan ada sinyal pesan masuk. Sambil duduk di jok motor aku buka ponsel dan membaca isinya.
[Hai Mbak seksi aku tunggu kamu di kontrakkan. Sudah aku siapkan kejutan yang manis buat kamu]
Itu pesan dari laki-laki misterius yang telah berhasil membuatku jatuh hati dan menyerahkan segalanya. Naluri kewanitaanku secara alamiah bangkit bahkan hanya dengan membaca pesan darinya ini. Betapa mahirnya laki-laki yang bernama Bryan ini membuatku ketagihan secara seksual.
Dengan hati yang berdegup secara kencang, aku pacu sepeda motorku untuk menuju kontrakan Bryan yang terletak tidak jauh dari asrama tempatku tinggal.
Sebagai wanita, kami dibudayakan tertutup secara seksualitas. Bahkan kami tidak diajarkan oleh leluhur kami untuk menikmati aktifitas bersenggama dan berhak memperoleh kenikmatan yang sama seperti halnya laki-laki. Namun Bryan, perlahan telah mengajarkan arti nikmatnya berhubungan badan kepadaku.
Sepuluh menit kemudian sampailah aku di kediaman Bryan yang cukup mewah untuk ukuran warga kabupaten ini.
Bryan sendiri adalah seorang mahasiswa anak dari orang tua yang cukup berada. Tubuhnya hanya sedikit lebih tinggi dariku dan dia berkulit putih. Usianya beberapa tahun di bawahku. Posturnya sangat terjaga karena dia rajin berolahraga yang menjadi awal pertemuan kami. Ya kami bertemu di tempat olah raga.
Awal pertemuanku dengan Bryan Mahendra Irwansyah.
Sebagai anggota polisi kami diharuskan untuk menjaga bentuk tubuh. Apalagi untuk wanita, bulliying dari senior akan sangat sadis bila kedapatan tubuh kami sedikit berlemak. Sejak lulus dari asrama, olahraga pagi adalah makanan sehari-hari.
Secara rutin aku berlari, fitness dan mengikuti aerobik yang diadakan di gor olah raga atau pun stadion kabupaten. Tempat fitnes Jos Gym yang menjadi saksi awal pertemuan aku dengan Bryan. Saat itu, di tengah keasyikan berlatih ada seorang laki-laki yang mendatangi dan menyapaku.
“Halo, selamat sore, maaf mengganggu. Mbak ini aparat ya?” tanyanya dengan sikap dan bahasa yang sangat santun.
“Iya benar, Mas siapa ya?” jawabku dengan nada tegas dan ketus karena kami memang dilatih demikian.
“Perkenalkan nama saya Bryan,” balasnya sambil menghulurkan tangan, tanda dia ingin berkenalan denganku.
“Tantri,” jawabku sambil menjabat tangan Bryan.
“Mbak maaf, ya. Gerakannya sudah bagus kok, tapi kurang tepat, boleh saya tunjukkan gerakan yang benar?” tawarnya. Lalu tanpa basa-basi dia pun mengambil dumbel tersebut dan mencontohkan gerakan yang tepat dibandingkan gerakan yang tadi aku lakukan.
“Untuk latihan kaki, gerakan yang benar seperti ini, Mbak. Harus jongkok sampai ke bawah ,dengan ini, Mbak bisa membentuk pantat, betis, tungkai dan tumit sekaligus,” terangkan sambil mencontohkan.
Aku memperhatikan dengan seksama, sambil menaruh kesan awal yang baik kepada pemuda ini. Bahasanya baik, sopan, tempangnya juga sangat ganteng, bukan lumayan. Dan yang terpenting dia berani untuk mengajakku ngobrol seorang anggota polwan.
Bukan rahasia umum, banyak laki-laki yang selalu melirik atau terpesona dengan kecantikan maupun keseksian polwan yang biasa berbalut busana kerja ketat, namun sayang tidak mempunyai keberanian untuk mendekati kami. Itulah yang membuat beberapa di antara kami kesulitan untuk menemukan pasangan hidup. Tapi pemuda bernama Bryan ini sangat berbeda. Dia bisa mendekatiku dengan lembut dan sopan seperti seorang gentleman. Mungkin itu alasan dia segera mendapatkan tempat di hatiku.
Sore itu kami lalui dengan penuh senyum dan canda. Obrolan di antara kami begitu cair dan akrab. Kuperhatikan dari kaca yang bertebaran di tempat fitnes ini, bagaimana Bryan mencuri-curi pandang terhadap kesintalan tubuhku. Padahal hari itu sebenarnya aku mengenakan pakaian yang biasa-biasa saja. Tidak terlalu seksi kalau menurutku.
Aku mengenakan kaos ketat tanpa lengan warna merah yang menampilkan keeksotisan warna kulitku. Mungkin karena ketatnya kaos yang kukenakan, buah dadaku yang tergolong cukup berisi, juga terekspose secara maksimal. Untuk bawahan aku kenakan celana training panjang yang menutup rapat sampai mata kaki.
“Sekarang kita latihan trisep ya, Mabak Tantri” Bryan berkata sambil mengambil barbell ukuran 4 kilo yang berada di rak.
“Bagaimana gerakannya?” tanyaku.
Jujur olah raga fitnes memang baru buatku. Di asrama aku biasa olahraga lari mengelilingi asrama, push up, sit up, atau berlatih bela diri karate yang memang diajarkan malah diwajibkan.
/0/15746/coverorgin.jpg?v=dd951388bf1506d99ea44810f630efd4&imageMogr2/format/webp)
/0/10879/coverorgin.jpg?v=832f849f50e9ff94dbfcfb8d619a6081&imageMogr2/format/webp)
/0/13428/coverorgin.jpg?v=f5f1ee039192fbc2be110670d4476ba9&imageMogr2/format/webp)
/0/2183/coverorgin.jpg?v=4e145a3c89d11a01294cadc2572e6c17&imageMogr2/format/webp)
/0/6643/coverorgin.jpg?v=028e724f89ee64dd13e3ada1e90c164c&imageMogr2/format/webp)
/0/5299/coverorgin.jpg?v=f04d288bec7c84c404fec4565ec4f6e8&imageMogr2/format/webp)
/0/2405/coverorgin.jpg?v=5044edabc23d39b6a5820498c64edb91&imageMogr2/format/webp)
/0/2038/coverorgin.jpg?v=3388d8453f2b7ec6b57ba2e660d156bc&imageMogr2/format/webp)