Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
224
Penayangan
5
Bab

Kehidupan rumah tangga Arman Hadi Pranoto dengan Dita Pramesti Rahayu awalnya berjalan baik-baik saja. Sebagai suami yang baik, Arman selalu memanjakan Dita dengan segala kemewahan yang ia miliki. Namun hal tersebut tidak bisa membuat Dita bahagia, karena semenjak Arman di vonis oleh dokter menderita penyakit komplikasi, Dita tidak pernah lagi mendapatkan apa yang ia mau dari Arman. Bosan menjalani hidup yang banyak menghabiskan waktu merawat Arman, Dita pun mulai berubah dan mencoba mencari kebahagiaan lain di luar sana. Dita mulai lalai dengan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus Ibu dari putri sulungnya yang bernama Adis Emilia Pranoto. Semua itu berawal sejak pertemuannya dengan Reno Wibawa Mukti di sebuah reuni akbar yang di selenggarakan oleh kampus tempat Dita berkuliah dulu.

Bab 1 MASUK RUMAH SAKIT

Suara tepukan terdengar sangat meriah, ketika nama Dita Pramesti Rahayu tertera di secarik kertas yang dimasukkan ke dalam lubang sedotan. Arisan bulanan yang diadakan oleh Dita dan teman-temannya memang sengaja di buat sebagai bentuk kekeluargaan karena mereka yang tergabung di dalamnya adalah teman-teman lama ketika mereka masih duduk dibangku SMA.

Teman Dita yang bernama Sarah dengan lantang menyebutkan nama Dita yang saat itu namanya keluar sebagai penerima arisan berlian tahap kelima.

"Dita Pramesti Rahayu". Teriak Sarah.

Dita langsung berjingkrak kegirangan ketika namanya keluar sebagai penerima arisan.

"Mana-mana berlian bagian aku". Ujar Dita antusias.

Sarah langsung mengeluarkan kotak perhiasan tersebut dari dalam tasnya, lalu memberikannya pada Dita.

"Wah.. Cantiknya berlian ini, gimana cocok gak melingkar di jari manis aku?". Gumam Dita senang.

"Iya cocok banget kok Dit". Sahut Ayu.

"Berarti ini koleksi berlian kamu yang ke lima puluh kan Dit?". Tanya Bella.

"Iya dong, berlian ini jadi koleksi aku yang ke lima puluh". Sahut Dita tersenyum.

Mereka kembali menikmati hidangan yang telah tersaji di cafe tersebut, setiap ada acara arisan atau acara lainnya, komunitas "Sahabat Selamanya" selalu mengadakan acara di kafe-kafe mewah. Suasana semakin meriah ketika menu andalan pada kafe tersebut disajikan dihadapan mereka semua.

Dita yang hendak menenggak habis winenya tiba-tiba dikejutkan dengan suara ponsel miliknya yang terus menerus berbunyi. Di layar tertera nama Dokter Ramli, ia adalah dokter pribadi keluarga Pranoto.

"Guys sebentar ya, aku angkat telepon dulu". Ujar Dita pada semua sahabatnya.

Mereka semua mengiyakan ucapan Dita, dengan sigap Dita langsung berjalan menjauh dari tempat keramaian dan menjawab telepon dari Dokter Ramli.

Hallo Dokter Ramli, ada apa? Apa? Baik saya akan segera kesana.

Dita kembali ke tempat semula dengan raut wajah yang sedih, teman-teman Dita menyadari hal itu. Mereka langsung bertanya tentang apa yang terjadi pada Dita.

"Dita, kamu kenapa? Kok abis angkat telepon, mukanya jadi murung begitu?". Tanya Ayu.

"Guys, kayanya aku harus pulang deh. Soalnya Mas Arman sakit, barusan dokter pribadi keluarga Pranoto telepon aku dan dokter bilang kalau sekarang Mas Arman ada di rumah sakit". Gumam Dita sedih.

"Ya Allah, kamu yang sabar ya Ta". Sahut Sarah.

"Iya Sarah, yaudah kalau gitu aku pamit duluan ya, kalian have fun ya". Ujar Dita.

semua teman-teman Dita langsung menghampiri Dita dan memeluknya erat satu persatu. Dita bersyukur memiliki sahabat seperti mereka, karena bagaimanapun mereka semua adalah keluarga kedua bagi hidup Dita.

Dita bergegas melajukan mobilnya, ia segera pergi menuju rumah sakit untuk melihat kondisi suaminya. Sesampainya dirumah sakit, Dita langsung menemui Arman diruangan tempat Arman dirawat.

Dita tak kuasa melihat kondisi Arman yang sedang terbaring dan di setiap sisi tubuhnya telah dipasangi alat-alat medis. Dita langsung memeluk Arman dan menangis sejadi-jadinya, ia merasa sangat terpukul atas apa yang terjadi pada suaminya.

Arman dan Dita telah menikah selama lima tahun dan telah dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik bernama Adis Emilia Pranoto. Usia Arman dan Dita yang terpaut sepuluh tahun tak membuat cinta menghalangi mereka untuk tetap bersatu.

"Bu Dita, anda yang sabar ya". Ujar Dokter Ramli.

"Dok, suami saya sakit apa?". Teriak Dita.

"Sebaiknya ibu ikut keruangan saya, saya akan menjelaskan semua tentang kondisi Pak Arman". Ajak sang dokter.

Dita pun mengiyakan ucapan Dokter Ramli, sesampainya diruangan Dita langsung menghujani Dokter Ramli dengan rentetan pertanyaan.

"Dokter cepat jelaskan pada saya, Mas Arman sakit apa?". Ujar Dita tersedu.

"Menurut hasil laboratorium, Pak Arman menderita penyakit komplikasi. Karena Pak Arman perokok berat maka ada sedikit masalah dengan jantung, paru-parunya dan ginjal Pak Arman juga sedikit bermasalah, karena yang saya tau Pak Arman sangat jarang minum air mineral". Jelas Dokter Ramli.

"Astagfirullahaladzim, lalu apa semua penyakit itu bisa sembuh dok?". Tanya Dita serius.

"Bisa, asal Pak Arman mau merubah pola hidup yang lebih sehat dan berhenti merokok".

Dita pun langsung bertanya-tanya pada Dokter Ramli, tentang makanan apa saja yang bisa di konsumsi oleh suaminya. Kali ini Dita akan lebih serius dalam mengurus suaminya, karena Dita belum sangat siap jika harus kehilangan Arman.

Setelah selesai melakukan konsultasi dengan Dokter Ramli, Dita bergegas menemui suaminya di ruang perawatan. Dita sangat prihatin melihat kondisi suaminya yang sangat lemah dan tak berdaya. Dita duduk di kursi yang berada di samping ranjang tidur Arman, ia langsung menggengam tangan Arman dan tak tahan lagi menumpahkan air matanya.

Arman mencoba untuk menenangkan Dita yang terdengar sangat terisak, ia langsung mencoba untuk menenangkan Dita. Jika dirinya baik-baik saja, karena Arman tidak mau jika Dita sampai sedih seperti ini.

"Dita, berhenti menangis. Aku baik-baik saja, kamu jangan menangis lagi ya. Aku pasti akan sembuh, sudah ya kamu jangan nangis lagi." Seru Arman lirih sambil mengusap tangan Dita dengan lembut.

"Mas, bagaimana aku tidak sedih melihat kamu sakit seperti ini. Aku sangat takut kehilangan kamu, kasihan Adis Mas. Dia masih kecil, aku kan sudah pernah bilang sama kamu untuk berhenti merokok tapi kamu tidak mau mendengar ucapan aku kan Mas. Kalau sudah begini siapa yang merasakan sakitnya? Kamu kan? Bukan aku." Gerutu Dita dan kembali terisak.

Arman menghela nafas panjang, karena yang di katakan oleh istrinya ada benarnya juga. Arman suda lalai dan tidak mendengarkan ucapan Dita yang selama ini tidak mau mendengarkan ucapannya.

Tak lama kemudian Adis datang bersama sang nenek dan juga Bi Marni, Adis langsung memeluk sang papa dan menangis di pelukannya. Sementara Dita beranjak dari duduknya dan langsung memeluk Ibu Mertuanya.

"Yang sabar Dita, Ibu yakin Arman pasti sembuh." Gumam Ibu Mertuanya.

"Dokter bilang Mas Arman terkena penyakit komplikasi."

Ibu mertuanya mencoba untuk menenangkan Dita. "Sabar Dita, Ibu yakin Arman pasti sembuh. Kita sama-sama berjuang ya untuk kesembuhannya Arman." Ujar sang ibu yang langsung melepaskan pelukannya pada Dita.

Kemudian sang ibu menghampiri Arman untuk mendoakan kesembuhannya, sementara Dita kembali duduk di temani oleh Bi Marni. Dita sangat terpukul dengan kejadian ini, ia sangat takut jika hal buruk akan terjadi pada Arman.

"Arman, sudah seharusnya kamu mengatur pola hidupmu untuk yang lebih baik. Sekarang kau sudah merasakan apa yang kau lakukan dulu, kau sama sekali tidak mau berhenti merokok. Kau bisa lihatkan bagaimana sedihnya Dita dan juga Adis, apa kau tidak merasa kasihan sama mereka? Mereka berdua itu sangat bergantung pada kamu, Arman." Ujar sang ibu.

Arman menghela nafas sambil menitikan air mata. "Iya Bu, saya mengerti. Saya minta maaf karena tidak pernah mendengarkan ucapan Ibu dan juga Dita. Saya janji setelah ini saya akan merubah pola hidup saya untuk yang lebih sehat, saya juga janji akan berhenti merokok Bu." Gumam Arman lirih.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Julieta Syakur

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku