Selesai pesta pernikahan, Andara dan Radian berencana bulan madu. Namun, dalam perjalanan mereka mengalami kecelakaan. Radian yang paling parah dinyatan lumpuh juga impoten. Karena keadaan suaminya yang impoten, selama 2 bulan Andara masih perawan, hingga suatu hari kegadisannya terenggut oleh Aleando, Bos tempatnya kerja dalam keadaan mabuk. Andara syok ketika suatu hari dirinya diketahui hamil oleh Aleando. Bagaimana reaksi Radian, suaminya kalau tahu Andara hamil dan Aleando, bos yang merenggut kegadisannya?
"Ndara, tolong kirim minuman jus ini ke kamar khusus president suite 01. Ingat, kamu harus hati-hati! tamu di sana itu VVIP. Anaknya bos yang nanti bakal dilantik!" bisik Sri. "Kamu jangan buat kesalahan sedikit pun. Dia bisa memecat satu kompi orang sekaligus kalau dia tak suka!"
Andara hanya mengangguk. Tak ada pilihan lain, kali ini tugas mengantar minuman dan makanan ke kamar khusus sultan itu-- kamar yang diperuntukkan keluarga bos pemilik hotel mewah ini-diserahkan pada Andara, karena pegawai lain tengah sibuk mengantar pesanan ke kamar lain. Hari ini kamar hotel full dibooking tamu yang menginap, karena besok akan diadakan acara spesial di hotel, yaitu pesta peresmian pemilik hotel yang baru.
Andara sigap melaksanakan tugas mengantar pesanan tamu istimewa ini yang bukan orang sembarangan. Dia adalah calon bos hotel yang baru. Siapa yang tak kenal Aleando, putra pemilik hotel The Lux Great Hotel? Pria tampan ini terkenal perfeksionis, arogan, sekaligus flamboyan. Jika ada kesalahan sedikit saja, tak segan Aleando memecat banyak orang sekaligus. Dan itu tak perlu waktu lama untuk segera melakukannya saat itu juga.
Perlahan Andara mengayun langkah di atas karpet yang membentang di lorong kamar khusus ini, lalu berhenti di depan pintu President suite room 01.
Andara mengetuk pintu meskipun pintu kamar tak tertutup, bahkan sedikit terbuka. Namun semua tahu, tak akan ada yang berani masuk tanpa seizin penghuni kamar.
Setelah mengetuk tanpa jawaban, Andara lalu memijit bel. Satu kali belum juga ada jawaban.
"Room service, Tuan..." ucap Andara sedikit keras. "Pesanan Anda kami antarkan!"
Hening. Tak ada sahutan. Andara jadi bingung sendiri. Apa pesanannya di simpan saja di depan pintu? Begitu pikirnya.
Tengah kebingungan, tiba-tiba dikejutkan teriakan suara khas bariton yang serak.
"Siapa? Hmm... Masuk saja sini!"
Setelah diberi perintah masuk, Andara pun mendorong meja pesanan hingga ke lobi kamar tidur.
"Room service, Tuan ..." ucap Andara lagi. "Pesanan Anda diantar!"
"Hmmm ..." Ada sosok tinggi yang menjawab dari tempat tidur. "Ke sini saja!"
"Tapi ..." Andara ragu kalau harus mendekat ke arah tempat tidur.
"Sini cepat!"
Akhirnya Andara pun patuh. Takut sosok arogan itu main pecat saja. Didorongnya meja hidangan makin dekat ke arah tempat tidur.
Alangkah kagetnya Andara, begitu dirinya ke dekat tempat tidur, seketika itu juga sosok tinggi dan tegap itu bangun dari tempat tidur, lalu cepat turun dengan badan terhuyung dan langsung mendekap Andara yang sedang berdiri mengantar pesanan.
"Kenapa baru datang, Rachel?" bisik sosok tegap itu dengan mesra di telinga Andara. Ada bau alkohol menguar dari mulutnya saat dengan liar menciumi leher Andara.
"Tu-tuan ...saya room service!" ucap Andara gugup. Ia sadar Tuan Aleando sedang dalam pengaruh alkohol.
"Sejak kapan kamu jadi pelayan, Rachel?" tanya pria itu yang malah terkekeh menggoda. Tangannya makin erat memeluk tubuh Andara. Wangi parfum aroma kayu-kayuan yang maskulin, berbaur dengan bau alkohol yang semakin menguat.
"Tuan ..." Andara berusaha melepaskan diri. Kepalanya terasa pusing oleh aroma parfum berbaur alkohol yang kuat dari Aleando. "Saya room service bukan Rachel!"
Pria tampan itu makin terkekeh dan terlihat gemas. Bibirnya malah dengan liar menciumi dan mengendus tengkuk Andara, membuat wanita itu merinding kegelian. Napas hangat Aleando meniup tiap jengkal kulit Andara.
Andara semakin merinding, tak tahu lagi harus bagaimana. Semakin berontak, tangan Aleando makin kuat mendekapnya. Bahkan tambah liar beraksi Hingga akhirnya kepala Andara makin pusing menahan aroma alkohol dari mulut Aleando.
Semua rasa berbaur di hati Andara. Ada ketakutan, panik, bahkan terselip rasa hangat yang aneh, menjalar di sekujur tubuhnya, saat Aleando terus menciumi tiap jengkal kulit Andara.
Andara makin tak berdaya. Tenaganya kalah jauh dari Aleando yang semakin liar menggempur tubuhnya.
Hingga akhirnya Andara sama sekali tak bisa lagi berkutik, lemas tak berdaya, saat tubuh tinggi tegap itu terus beraksi makin liar. Bahkan tubuh pria itu seakan melebur satu dengan tubuh Andara. Membaur dengan napas yang makin panas. Ruangan kamar jadi saksi bisu saat Andara kehilangan kesuciannya.
**.
Andara membuka pelan matanya. Saattersadar dia tersentak kaget dan bergegas bangun. Kepalanya terasa pusing. Badannya terasa ngilu tak karuan, apalagi ada rasa nyeri di area sensitifnya. Andara kaget melihat satu sosok asing di sebelahnya yang sedang pulas tidur.
"Ya, Tuhan. Apa yang terjadi?" gumam Andara bingung. Dia pun berusaha mengumpulkan ingatan sebelum dirinya bangun tidur.
Perlahan kesadaran Andara pun pulih seutuhnya. Dengan panik, ia segera meloncat dari tempat tidur, lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di bawah tempat tidur. Hatinya berdebar tak karuan, tangisan hampir meledak dari mulutnya saat dilihatnya ada sosok lelaki tidur pulas di sisinya. Tubuhnya hanya ditutupi selimut sebatas pinggang, memperlihatkan dada bidangnya yang tak tertutup pakaian, kulitnya bersih dan wajah tampannya sering Andara lihat di baliho depan hotel. Dan yakin itu lah yang bernama Aleando.
Andara tak ingin berlama-lama melihat sosok yang sedang tidur pulas itu. Dengan langkah tertatih dan badan gemetar, Andara bergegas keluar kamar setelah berpakaian lengkap kembali. Tak dihiraukan rasa sakit di selangkangannya. Dia ingin secepatnya pergi jauh dari kamar terkutuk itu.
Hari ini entah Andara bermimpi apa, ada kejadian buruk menimpanya. Andara menebak bahwa lelaki itu telah menjamahnya tanpa permisi. Wanita dengan tubuh mungil ramping itu kebingungan sendiri apa yang harus dilakukannya. Apa ia akan menuntut Aleando? Dia punya kekuatan apa menghadapi seekor naga dengan banyak kekayaan dan kekuasaan seperti Aleando? Sedang dirinya hanya pegawai rendahan di hotel sebagai pelayan yang mengantar pesanan makanan ke kamar tamu. Dia pasti akan jadi bulan-bulanan orang jika menuntut. Bahkan mungkin di cap hanya menginginkan uangnya Aleando.
"Kenapa jadi begini?" lirih suara Andara. Tubuhnya terasa sakit, tetapi lebih sakit hatinya. Haruskah ia diperlakukan seenaknya oleh putra sang bos? Bahkan mahkotanya sebagai wanita pun terenggut paksa.
Air mata Andara bercucuran. Harusnya mahkota itu dia berikan pada sang suami yang dua bulan ini telah menikahinya. Suami yang belum bisa menembus pagar ayu kehormatannya karena kecelakaan yang menimpanya saat perjalanan hendak berbulan madu. Suaminya mengalami kelumpuhan dan impoten.
Dan kini pagar ayu kehormatannya telah terenggut oleh sosok arogan dan berkuasa yang bergelar bos. Hati Andara serasa teriris pedih menyadari keadaannya yang lemah dan tak bisa melawan. Dia sangat benci dengan keadaannya saat ini. Dirinya merasa kotor sekali.
Andara bergegas menekan lift turun dari lantai 5. Dia harus segera pulang. Tadi selintas melihat jam dinding di kamar menunjukkan pukul 7 malam. Shift kerjanya telah habis satu jam lalu, harusnya Andara sudah pulang ke rumah dari sore tadi. Kini waktu sudah merangkak malam dan Andara masih berada di hotel ini.
Lift sudah sampai ke lantai satu. Andara keluar lift dengan tergesa. Dia harus secepatnya mengganti seragam dan lekas pulang.
"Ndara, kamu dari mana saja? Tadi pak Bim mencarimu karena kamu belum muncul di tempat kumpul room service buat absen. Shift kerjamu sudah habis, kan?" tanya Roy, temannya yang kebagian shift malam. "Lho, kenapa penampilanmu berantakan seperti itu, sih?" Kening Roy berkerut dan matanya menelisik keadaan Andara yang terlihat kacau. Wajahnya pucat, terlihat letih, bahkan rambutnya pun acak-acakan.
"Ti-tidak... Tadi bos suruh saya mengerjakan sesuatu," kilah Andara gugup. Dia takut Roy mencurigai sesuatu dan nanti malah menambah masalah dirinya. "sampai tak sadar sudah malam ..."
"Ooh, gitu. Harap maklum saja, putra bos itu memang perfeksionis. Pasti dia seenaknya main perintah. Besok dia malah sudah resmi jadi bos kita. Tak terbayang bagaimana nanti cerewetnya dia kalau sudah jadi bos!" keluh Roy.
Memang semua pegawai tahu sekali sifat Aleando. Lelaki itu sering sekali sengaja menginap di hotelnya dan mengangkut teman-temannya untuk merayakan pesta bareng disertai minum-minum. Kebiasaan buruk Aleando yang sudah jadi rahasia umum.
"Aku ganti baju dulu, mau pulang. Besok saja aku laporan sama pak Bim. Suamiku pasti sudah cemas menunggu di rumah!" kilah Andara sambil terburu-buru.
Tanpa menunggu jawaban Roy, Andara bergegas ke ruang ganti khusus pelayan untuk berganti pakaian seragamnya dengan baju biasa lalu bergegas pulang.
**
Hujan turun dengan derasnya saat Andara sampai ke rumah. Kakinya melangkah pelan karena masih merasakan nyeri di area bawahnya. Lampu rumah sudah dihidupkan. Hati Andara gamang tak karuan, memikirkan Radian, suaminya, yang pasti akan marah besar dirinya pulang terlambat.
Sejak kecelakaan dan divonis lumpuh juga impoten, Radian berubah jadi temperamental. Sering marah-marah kalau terjadi sedikit saja kesalahan dari Andara. Bahkan cepat tersinggung jika Andara menegur kesalahannya. Misalnya, menyimpan handuk basah di tempat tidur, atau seenaknya melempar barang yang ia tak suka. Radian pasti akan cepat tersinggung.
Dan kini Andara pulang terlambat, bagaimana reaksi Radian nanti?
Andara berhenti sejenak untuk mengatur napas supaya tenang. Sudah cukup kejadian buruk tadi di hotel membuat hatinya hancur. Kini dia juga harus siap menghadapi kemarahan suaminya.
Setelah menguatkan hati, akhirnya Andara bisa melangkah tenang ke depan pintu rumahnya, lalu membuka pintu terkunci dengan kunci cadangan yang selalu dibawa.
Baru saja kaki Andara menjejak ruang tamu, dikejutkan suara bentakan. "Bagus ya jam segini baru pulang!"
Langkah Andara terhenti ketika dilihatnya Radian keluar dari ruang tengah dengan wajah gusar sambil mengayuh kursi rodanya.
"Kamu kelayapan ke mana, sampai telat pulang? Kamu bosan mengurus suami cacatmu ini, ya?" tuduh Radian sinis membuat Andara tertegun bingung mencari alasan.
"Jawab, kamu dari mana saja, Dara!"
Andara membisu. Tubuh dan otaknya serasa beku, karena bingung mencari alasan. Kalau ia salah menjawab, amarah Radian bakal makin menjadi-jadi.
"Jawab! kamu melayap ke mana dulu sampai pulang telat, Dara?!" bentak Radian.
Andara mengumpulkan keberanian, dia harus segera memberi jawaban tepat supaya Radian tidak makin emosi. Sekali Radian emosi, dia tak akan mau makan bahkan tak mau bicara dengan Andara! Andara sangat mengenal sifat suaminya itu.
"Jawab, Dara!"
Andara menelan ludah lebih dulu. "I-iya, ini ..." Andara gugup melihat tatapan mata Radian begitu dingin dan menusuk. Apa yang harus dikatakannya?
**
Buku lain oleh Lina NS
Selebihnya