/0/20791/coverorgin.jpg?v=e65667aa7d62f9ca14b86f6ae32ad138&imageMogr2/format/webp)
"Maaf, Paman. Aku ingin membicarakan sesuatu kepada Paman," desis seorang pemuda kepada Pamannya.
Pemuda itu adalah Fengying Lie, dan pria paruh baya yang ada di hadapannya adalah pamannya bernama Tau Chun Lie, adik kandung mendiang ayah Fengying—Tau Miao Lie.
"Mau bicara tentang apa, Fengying? Katakan saja!" sahut pria paruh baya itu, menatap tajam wajah keponakannya.
"Aku hendak meminta izin kepada Paman," jawab Fengying. "Aku harap Paman memberikan izin kepadaku untuk melakukan perjalanan jauh menuju kerajaan Nusa," sambungnya penuh harap.
Pria paruh baya itu tampak ragu untuk memberikan izin kepada keponakannya. Karena ia khawatir jika terjadi sesuatu pada diri Fengying yang masih belum memiliki pengalaman luas.
"Apa yang hendak kau cari di sana, Fengying?" tanya Tau Chun Lie menatap wajah keponakannya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.
"Aku berkeinginan untuk berkelana, mencari perguruan silat di sana. Sebagaimana yang telah Paman ceritakan kepadaku, bahwa para pendekar di negri Nusa banyak yang memiliki ilmu tenaga dalam yang hebat," jawab Fengying meluruskan dua bola matanya ke wajah Tau Chun Lie.
Fengying memiliki ketertarikan untuk berangkat berkelana ke negri Nusa, berdasarkan apa yang pernah diceritakan oleh pamannya itu. Tau Chun Lie pernah berkata bahwa di negri Nusa terdapat banyak para pendekar sakti yang memiliki tingkat kepandaian ilmu kanuragan yang sangat tinggi. Hal tersebut, menjadikan Fengying tertarik untuk datang ke negri tersebut.
"Bukannya Paman tidak mau mengizinkanmu berkelana jauh. Namun, Paman khawatir kau mendapatkan kesulitan dalam perjalananmu."
Fengying menarik napas dalam-dalam, ia terdiam sejenak. Dalam batinnya berkata, "Kenapa pamanku tidak mengizinkan aku untuk berkelana? Apakah dia ragu dengan kemampuanku?"
Fengying meluruskan dua bola matanya ke wajah pria paruh baya itu. Lalu, ia berkata lagi, "Kenapa Paman tidak mengizinkan aku untuk pergi berkelana ke sana? Apa alasannya Paman?" tanya Pandu.
"Paman khawatir terhadap dirimu, Fengying," jawab Tau Chun Lie sambil tersenyum lebar.
Fengying mengerutkan kening menatap tajam wajah pamannya. Lalu berkata, "Dulu bukannya Paman sendiri yang pernah bilang, kalau aku ingin menjadi seorang pendekar yang sakti, aku harus memiliki pengalaman luas?"
"Apa yang kau katakan itu memang benar. Tapi kau masih perlu memperdalam ilmu bela diri terlebih dahulu sebelum berangkat berkelana ke negri sebrang," jawab Tau Chun Lie sambil menarik napas dalam-dalam. Kemudian, ia berkata lagi, "Negri Nusa bukanlah negri sembarangan. Di sana banyak para pendekar sakti yang sewaktu-waktu akan menjajal kemampuanmu."
"Lantas, bagaimana jika aku tetap ingin pergi ke sana, Paman?"
"Belum saatnya untukmu pergi!" pungkas Tau Chun Lie, bangkit dan langsung berlalu dari hadapan Fengying.
Fengying tidak dapat berkata apa-apa lagi, ia hanya diam dan tidak berani melakukan protes terhadap keputusan pamannya.
"Paman memang belum mempercayai kemampuanku. Sepertinya, dia sangat khawatir jika aku tidak dapat menjaga diri," desis Fengying sambil memandangi langkah pamannya yang sudah berjalan masuk ke dalam rumah.
Meskipun demikian, Fengying tetap ngotot dengan keinginannya. Ia memutuskan untuk berangkat secara diam-diam tanpa pamit lagi kepada pamannya.
"Aku harus tetap berangkat ke negri Nusa, agar aku mendapatkan pengalaman seperti yang aku inginkan," kata Fengying dalam hati.
Fengying nekat akan berangkat ke negri Nusa, meskipun keputusannya itu bertentangan dengan kehendak pamannya yang secara jelas sudah melarang dirinya.
Malam harinya, ketika Tau Chun Lie sudah terlelap tidur. Secara diam-diam, Fengying sudah bersiap-siap untuk berangkat dari rumah pamannya itu, ia benar-benar nekat, meskipun keinginannya ditentang oleh sang paman.
"Aku harus berangkat malam ini. Maafkan aku, Paman," desis Fengying bangkit dari tempat tidurnya, ia langsung meraih pedang dan beberapa helai pakaian lalu membungkusnya dengan kain.
Kemudian melangkah mengendap-endap keluar dari rumah tersebut. Setelah berada di luar rumah, ia langsung berlari menembus gelapnya malam.
/0/4218/coverorgin.jpg?v=b5aacaacbb2a18cd4cd44fb4bc79dfb7&imageMogr2/format/webp)
/0/7178/coverorgin.jpg?v=c2e699fcf193487c3ad891082fbe8915&imageMogr2/format/webp)
/0/4793/coverorgin.jpg?v=b05d912cb7a7054a4a624080113e86aa&imageMogr2/format/webp)
/0/4939/coverorgin.jpg?v=be1ebc3ba7ac006eddf970ccffa2f819&imageMogr2/format/webp)
/0/3058/coverorgin.jpg?v=501a380751715c5bad8393c43ad5509a&imageMogr2/format/webp)