Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dendam seorang Janda

Dendam seorang Janda

Ida Nur Khasanah

3.9
Komentar
54.8K
Penayangan
63
Bab

Mutia seorang janda yang ditinggal suaminya karena kecelakaan. Dia difitnah keluarga suaminya telah menggoda suami orang. Mutia akhirnya diusir dan mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu mengakibatkan wajahnya rusak dan harus operasi. Setelah operasi dia berniat untuk balas dendam kepada semua orang yang mengusirnya. Apa yang akan dilakukan Tia? Yuk simak terus ceritanya!

Bab 1 Mutia Yang Baru

Mutia adalah seorang gadis yang lugu. Dinikahi oleh seorang pemuda bernama Arman. Namun, pernikahan dia baru seumur jagung. Mutia harus kehilangan suaminya.

Arman meninggal akibat kecelakaan kerja disebuah pabrik. Mutia sudah menjanda selama 6 bulan. Namun, naasnya hari ini dia digiring oleh warga yang notabennya rata-rata perempuan.

“Usir Mutia... Dia telah menggoda suami kita!” teriak Bu Hana.

“Iya, usir dia sekarang pak RT.” Tambah Bu Nunung yang semua merupakan tetangga Mutia.

Malam itu suami Bu Hana tiba-tiba masuk kedalam rumah Mutia. Suami Bu Hana bermaksud untuk mengajak Mutia untuk berselingkuh. Namun, Mutia menolak tak disangka pak Usman suami Bu Hana itu memutar balikkan fakta bahwa dia digoda oleh Mutia.

Mutia menangis. Dia tidak bisa berbuat apa-apa atas tuduhan para warga.

“Mbak Mutia, tolong anda kemasin barang mbak Mutia dan pergi dari sini,” kata Pak RT.

“Pak, tolong beri saya waktu pak untuk mencari tempat tinggal baru.” kata Mutia dalam tangisnya.

“Maaf mbak, para warga akan berbuat nekat jika mbak Mutia tidak segera pergi,” kata Pak RT.

Mutia segera mengemasi pakaiannya. Barang-barang yang lain tidak dia bawa, karena rumah ini merupakan rumah suaminya. Rumah yang dibangun sebelum menikah dengan Mutia.Tidak ada yang membela Mutia dari pihak keluarga suaminya sudah tidak mau tahu. Sedangkan Mutia merupakan pendatang di desa itu. Dia tinggal di desa itu karena ikut dengan suaminya.

Mutia berjalan keluar rumah. Nampak banyak warga masih didepan rumah ada ibu mertuanya.

“Tolong jangan bawa barang apapun dari rumah ini, semua milik almarhum anak saya.” kata Bu Siti mertua Mutia.

“Saya hanya membawa baju ini saja,Bu.”jawab Mutia sambil memperlihatkan tas yang dia bawa.

“Bagus kalau kamu sadar diri.”kata Bu Siti.

Mutia berjalan menjauhi rumah itu dengan hanya membawa sebuah tas pakaian.

Semua warga tampak senang setelah kepergian Mutia.

Mutia berjalan terus hingga ke Desa sebelah. Mencari kontrakan, namun banyak orang yang tidak mau mengontrakannya pada Mutia. Ternyata kabar terusir-nya Mutia dari Desa Kembang sudah sampai ke Desa Mekar. Mutia berjalan terus ke Desa yang lain. Tiba-tiba saja hujan mengguyur bumi. Mutia berteduh di depan sebuah ruko,tapi ternyata atap ruko tersebut sudah pada bocor. Sehingga Mutia melanjutkan perjalanan mencari kontrakan. Seperti peri baik belum berpihak pada Mutia sampai tengah malam dia masih belum menemukan kontrakan. Terpaksa Mutia tiduran di teras sebuah toko. Badannya basah kuyub membuat Mutia makin kedinginan. Badannya menggigil baru tertidur sekitar satu jam Mutia dibangunkan oleh suara seorang Pemuda. Ternyata Pemuda itu mabuk, dan berbicara ngelantur.

“Kamu pergi dari sini. Ini tempatku.” kata Pemuda mabuk itu menunjuk kearah Mutia. Mutia segera bangun dan pergi dari tempat itu, agar pemuda itu tidak menyakiti dirinya.

Mutia hendak menyebrang jalan tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang.

Brugg

Mutia tertabrak oleh sebuah mobil. Badannya berlumuran darah. Kedua orang yang mengendarai mobil itu lalu turun.

“Pa, kita nabrak orang. Bagaimana ini?” tanya Bu Salma nampak panik melihat Mutia yang tergeletak lemas.

Pak Samsul suami Bu Salma segera menelfon ambulan. Beberapa menit kemudian ambulan datang dan membawa Mutia ke rumah Sakit.

“Pa, bagaimana kalau dia meninggal?” tanya Bu Salma panik.

Pak Samsul memeluk istrinya, ”Sabar, Bu. Kita doakan agar wanita itu selamat.” kata pak Samsul.

“Pak, segera urus administrasi ya biar cepat ditangani.” kata seorang perawat.

“Baik, Sus sebentar lagi saya urus.” jawab Pak Samsul.

Pak Samsul membuka tas milik Mutia untuk melihat identitas korban yang ditabrak setelah mendapatkan KTP Mutia pak Samsul mengurus segala administrasi rumah sakit.

Bu salma menunggu didepan IGD, “Ya Allah tolong selamatkan dia.” kata Bu Salma.

Beberapa perawat dan Dokter masuk ke ruang IGD. Bu Salma semakin panik melihat para perawat yang berlalu lalang lewat didepannya.

Pak Samsul kembali setelah dia mengurus semua administrasi rumah sakit.

“Pa,mama takut sekali.” kata Bu Salma.

“Sabar ma, kita doakan yang terbaik buat dia.” kata Pak Samsul.

Pak Samsul memberikan air minum pada Bu Salma agar lebih tenang. Mereka menunggu didepan IGD. Sampai waktu pagi tiba.

Pak Samsul dan Bu Salma di panggil oleh dokter yang menangani Mutia.

“Pak, luka dibagian wajah Mutia cukup parah, namun dibagian lain tidak terlalu parah.” kata Dokter.

“Tindakan apa yang selanjutnya akan dokter lakukan?” tanya Pak Samsul.

“Setelah dia sadar kami akan minta persetujuan beliau untuk operasi wajah Pak.” jawab Dokter.

“Baik, dok. lakukan yang terbaik untuk Mutia.” kata Pak Samsul.

Setelah itu Pak Samsul dan Bu Salma keluar dari ruangan Dokter.

“Pa, apa perlu kita hubungi keluarga dia?” tanya Bu Salma.

“Tidak perlu,Ma. Sepertinya dia bukan orang sini.” jawab Pak Samsul.

Setelah beberapa hari melewati masa kritis akhirnya Mutia sadar, namun dia histeris kala dokter memperlihatkan wajah aslinya yang penuh dengan luka.

“Tidak...ini tidak mungkin,” teriak Mutia histeris.

“Jika, mbak Mutia setuju setelah ini kami akan lakukan Operasi wajah. Namun, tidak disini tapi di Singapura.” kata Dokter.

“Mutia kamu jangan khawatir tentang biayanya. Kami akan tanggung semua sampai kamu benar-benar sembuh.” kata Bu Salma.

“Baiklah, dok saya setuju untuk operasi wajah.” kata Mutia.

Akhirnya Dokter yang menangani Mutia mengurus segala keperluan yang akan dibuat berobat Mutia di Singapura.

“Mutia, Bapak tidak bisa menemani kamu. Tapi Ibu yang akan menemani kamu.” kata Bu Salma.

“Terimakasih, Bu. Mutia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membalas kebaikan ibu.” kata Mutia memeluk Bu Salma.

Bu Salma dan Mutia pergi ke Singapura selama Satu bulan untuk operasi dan pemulihan. Selama di sana Mutia dirawat dengan sangat baik. Bu Salma pun senantiasa menunggui dia, Mutia sudah menganggap Bu Salma seperti ibunya sendiri. Begitu pula Bu Salma sudah menganggap Mutia seperti putrinya sendiri.

“Mutia kamu akan menjadi Mutia yang berbeda bukan Mutia yang dulu,” kata Bu Salma.

“Iya , Bu. Semua orang dari masa lalu ku tidak akan ada yang mengenaliku dengan wajahku yang sekarang ini," kata Mutia tersenyum.

Operasi yang dilakukan Mutia berjalan dengan lancar. Wajahnya kembali menjadi cantik. Penampilan Mutia pun berubah drastis bukan lagi gadis desa yang lugu. Dia sekarang menjadi seorang janda yang berkelas dengan wajah baru yang sangatlah cantik.

“Kapan, dok saya bisa ke Indonesia?” tanya Mutia.

“Satu Minggu lagi Mutia.” kata Dokter Maria yang menangani Mutia. Dokter Maria merupakan orang Indonesia yang berkerja di Singapura.

“Kamu akan segera kembali ke Indonesia Mutia dengan kehidupan mu yang baru. Jadilah Mutia yang kuat dan tangguh di segala situasi.” kata Bu Salma memberikan dukungan penuh pada Mutia.

“Baik, Bu. Saya akan menjadi Mutia yang berbeda dari Mutia yang dulu.” kata Mutia dengan senyum manis yang mengembang di bibirnya.

Akan banyak hal yang Mutia lakukan setelah Pulang ke Indonesia.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Ida Nur Khasanah

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku