Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kesayangan Pria Beristri

Kesayangan Pria Beristri

Serpihan_Kaca

5.0
Komentar
211
Penayangan
5
Bab

Yuda Bumantara jatuh cinta pada Anindya Lestari yang merupakan muridnya sendiri. Yuda adalah pria bersistri, namun dia tidak mencintai istrinya. Yuda berusaha mendekati gadis itu dan mendapatkan cintanya. Hingga pada suatu hari, Anin terpaksa menerima tawaran Yuda menjadi kekasihnya. Cerita ini tidak dianjurkan bagi pembaca di bawah umur, jadilah pembaca yang bijak dan dewasa. Only 21++

Bab 1 Hukuman

BAB 1. Hukuman

Senin, hari yang sangat dibenci oleh Anindya. Wanita itu sangat malas dengan upacara bendera. Dengan Gerakan malam ia bangun dan menuju kamar mandi yang berada di area dapur rumahnya, kemudian ia masuk dan mulai menyirami badannya dengan air yang terasa sangat sejuk pagi itu.

Tak sampai sepuluh menit, Anin pun selesai dan segera mengenakan seragam putih abu-abunya, kemudian langsung berangkat ke sekolah tanpa serapan terlebih dahulu.

Di perjalanan menuju halte, tiba-tiba ia teringat jika ponselnya tertinggal dan ia harus kembali ke rumah untuk mengambilnya, alhasil dia ketinggalan angkot dan berujung terkena hukuman karena terlambat.

"Kenapa terlambat?" Suara dingin menginterupsi telinga Anin.

"Saya di depan kamu, bukan di bawah kaki kamu!"

Perlahan Anin mengangkat kepalanya dan menatap mata tajam gurunya yang baru saja membentaknya. Mata mereka saling berada pandang, dan jangan tanyakan bagaimana kondisi jantung gurunya tersebut.

"M ...maaf, Pak Yuda . Saya telat karena nungguin angkot," jawab Anin dengan air mata yang sudah membasahi pipi mulusnya.

Ingin sekali rasanya Yuda mendekap tubuh gadis yang sudah ia klaim sendiri sebagai gadisnya, mengusap air mata yang membasahi pipi merah jambu Anin. Tapi ia harus menahannya dulu, nanti baru ia akan beraksi.

Yuda memutuskan tatapannya dari Anin dan menyuruh muridanya tersebut membersihkan halaman yang berada di belakang Gudang, Anin yang tidak terma pun memberikan protes.

"Yang lain bersihin halaman depan sekolah, kok saya bersihin yang di belakang Gudang, Pak?"

"Kenapa?Kok, kamu ngatur?"Yuda ngegas.

"Saya takut , Pak. Disana 'kan sepi!"Cicit Anin.

Memang itu tujuan Yuda, ingin berduaan dengan gadisnya.

"Saya yang akan mengawasi kamu, sekarang ambil peralatannya dan langsung ke halaman belakang Gudang. Jangan banyak alasan!" Titah Yuda.

Anin segera beranjak dari hadapan Yuda dengan kaki dihentak-hentakkan, dan mulutnya yang komat-kamit. Yuda semakin gemas dengan tingkah Anin yang snagat lucu di matanya.

"Akhirnya, bisa berduaan juga sama kamu." Yuda membatin kegirangan dan menyentuh area selangkangannya yang entah kenapa selalu berdenyut jika berada di dekat Anin.

Sudah 15 menit Anin menyapu dedaunan kering dengan perasaan takut, karena gudangnya terletak jauh di belakang area sekolah, bibirnya sibuk memaki Yuda yang tak kunjung datang. Karena terlalu sibuk memaki sang guru, ia tak sadar jika di depannya terdapat lubang dan akhirnya kakinya pun masuk ke dalam lubang tersebut.

"Awww ... aduh, sakit banget!" Anin mengadu kesakitan sambil mengangkat kakinya keluar dari lubang dengan suara isakan yang mulai terdengar dari mulutnya.

Yuda yang baru datang dengan membawa minuman dingin di tangannya, terkejut melihat Anin yang terduduk dengan kaki lecet dan bengkak sambil mengangis.

"Hey, kamu kenapa?" Tanya Yuda khawatir.

"Bapak kemana aja, sih? Katanya tadi mau menemin saya. Asal Bapak tahu, dari tadi saya nungguin Bapak karena takut sampai-sampai kaki saya masuk ke lubang," kata Anin sesegukan.

Yuda yang tak tahan pun langsung mendekap tubuh Anin yang bergetar karen menagis , ia mengusap-usap punggung Anin dan mengecup pucuk kepala Anin.

"Maaf, tadi saya dipanggil Pak kepala sekolah sebentar, terus beliin kamu minuman."

Anin masih menangis di pelukan gurunya itu, Yuda pun semakin mengeratkan pelukannya pada Anin.

"Sudah ya, saya minta maaf."

Anin tersadar dan langsung melepas pelukan Yuda. "Maaf, Pak," katanya sambil mengusap sisa air mata di pipinya menggunakan punggung tangannya.

"Maaf kenapa, hmm?" Tanya Yuda sambil menyelipkan rambut di belakang telinga Anin.

" Udah Pak, nanti ada yang lihat."

"Memangnya kalau ada yang lihat, kenapa?"

"Haah?"

Cupppp

"Manis." Yuda menjilat bibirnya sendiri.

Anin terkejut mendapati perlakuan Yuda itu pun langsung ingin berdiri dan pergi dari sana, tapi ia melupakan kakinya yang sedang sakit.

"Awww ... sakit banget!"

"Kamu mau ngapain tiba-tiba berdiri? Udah tahu kakinya masih sakit," protes Yuda. Tangannya terulur hendak memapah Anin.

"Awas, gak usah pegang-pegang!"Anin marah dan menepis tangan Yuda.

Yuda tak mendengarkan larangan Anin, ia tetap kekeh memapah gadis itu.

"Kamu kenapa, sih?"

"Bapak yang kenapa?"

"Lho, kok saya, sih?"

"Kenapa Bapak cium saya?!" Pekik Anin marah.

Anin semakin memberontak saat Yuda memegang tangannya dan ingin memeluknya lagi.

"Hey, tenang Anin!" Yuda mencoba menenangkan Anin sambil memeluk tubuhnya.

"Bapak, jahat!" Teriak Anin sambil memukul dada Yuda.

"Iya saya , jahat! Maafin ya..."

"Gak, Anin gak mau maafin! Saya mau ke kelas."

Yuda melepas pelukannya pada Anin dan menangkup wajah cantik gadisnya.

"Yakin ke kelas dengan wajah yang berantakan kayak gini? Mata sembab, hidung merah, kaki luka sama bengkak, hmmmm?" Tanya Yuda lembut.

"Ini semua 'kan gara-gara Bapak! Bapak bentak saya tadi pagi, terus dengan teganya membiarkan saya sendirian membersihkan halaman Gudang yang sepi ini, kaki saya juga masuk ke lubang gara-gara Bapak! Bapak juga malah cium-cium saya," omel Anin.

Yuda tersenyum melihat Anin mengomel, tangannya terangkat untuk membelai pipi chubby Anin.

"Kenapa gemes gini ya kalau lagi ngomel."

"Bapak ... ih! Nggak usah pegang-pegang wajah Anin!"

"Yaudah..." Yuda beranjak meninggalkan Anin sendirian di sana, baru beberapa langkah ia mendengar isakan yang keluar dari mulut Anin. Kemudian Yuda berbalik lagi menuju gadisnya.

Anin menangis dengan wajah tertutup telapak tangan , tanpa aba-aba Yuda menggendong Anin ala bridal style.

"Ahhh ... Pak, kenapa saya digendong? Turunin ih ...nanti diliatin orang, Pak."

"Diam Anin, atau kamu mau bibir kamu saya cium lagi?"

Anin langsung terdiam dan kembali mneutup wajahnya menggunakan telapak tangannya, sungguh ia takut menjadi bahan omongan semua murid dan guru-guru karena sekarang dia berada di dalam gendongan guru tertampan dan termuda di sekolah. Yuda juga merupakan guru terhot di sekolahnya. Pendengaran Anin tidak menangkap suara apapun, sunyi sekali.

Ternyata semua orang tengah melakukan proses belajar mengajar, tidak ada satu pun yang berada di luar kelas. Hanya beberapa menit saja tiba-tiba tubuhnya seperti melayang dan merasakan seperti berbaring di atas kasur.

Anin membuka matanya dan benar saja, ia memang tengah berbaring di atas kasur yang berada di UKS.

"Gak usah ngomong, gak usah banyak nanya, saya obtain dulu lukanya."

"Shh ... pelan, Pak! Kalau dipencet gitu, sakit soalnya."

"Iyaa, Anindya."

"Pak...," panggil Anin.

"Pak," panggilanya lagi karena panggilannya tidak disahuti.

"Bapak!"Panggil Ani nagak keras.

"Apa, Dya?"

"Bapak kenapa panggil saya, Dya?"Tanya Anindya.

" 'Kan mulut saya, suka-suka saya lah. Kenapa emangnya? Gak suka dipanggil Dya? Atau mau dipanggil Sayang?"

"Ihhh ... Bapak apaan , sih? Nggak ada yang manggl saya Dya kecuali Bapak."

Pluk!

Yuda menyentil jidat Anin.

"Aduhh ... sakit tahu, Pak! Bapak kenapa, sih?" Tanya Anin.

Yuda mendekatkan tubuhnya dan berbisik tepat di telinga Anin. "Saya suka sama kamu, Dya!"

"Saya gak bercanda," lanjutnya lagi.

Anin mendorong tubuh Yuda dan menatap lekat wajah gurunya itu. "Bapak gila, ya?"

"Tergila-gila sama kamu," jawab Yuda enteng.

"Bapak udah punya istri kalau Bapak lupa."

"Saya gak lupa, Dya."

Anin membelakangi Yuda dengan memiringkan badannya ke arah tembok dan menyelimuti seluruh badannya.

"Keluar, Pak! Saya mau istirahat. Makasih sudah nolongin saya," ucap Anin.

Yuda mengusap rambut Anindan mengecup pucuk kepalanya.

"I love you," kata Yuda dan langsung pergi meninggalkan Anin.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Serpihan_Kaca

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku