Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kehidupan Malam Mendatangkan Cinta

Kehidupan Malam Mendatangkan Cinta

Vilani Senja

5.0
Komentar
1.7K
Penayangan
15
Bab

"Saya bisa membantumu untuk mendapatkan uang puluhan juta hanya dalam waktu satu minggu" ujar seorang pria. "Bagaimana caranya? Ajar saya, saya sangat membutuhkan uang" "Ada syaratnya!" "Apapun itu akan saya lakukan!" mohon Maudy. Maudy terpaksa mengikuti keinginan pria itu untuk bekerja di lokalisasi miliknya yang berada di kota Alka demi mengobati Ibunya yang sedang sakit parah, di tambah dengan utang piutang yang semakin menumpuk. Disana lah Maudy memulai kehidupan malamnya dan jatuh cinta dengan pria penjual bakso. Akankah bos Maudy mengizinkannya untuk menjalin cinta bersama pria miskin? Akan sangat banyak Lika liku yang akan Maudy hadapi kedepannya.

Bab 1 Tidak Fokus

Plak!

"Dasar tidak becus. Seharusnya saya sudah memecat mu sejak dulu. Sudah berapa banyak piring yang pecah karena kecerobohan mu sial*n" omel seorang pria pemilik restoran.

Maudy Adista atau sering di sapa Audy, sudah setahun bekerja di Restoran. Ia bertugas mencuci piring dan membersihkan pantry.

Akhir-akhir ini, Audy tidak fokus untuk bekerja sehingga banyak piring yang pecah karena kecerobohannya saat mencuci.

Maudy terduduk di lantai sembari memegang pipi mulusnya yang memerah. "Maafkan saya! Saya tidak sengaja, berikan saya kesempatan sekali lagi" mohon Maudy bersujud di depan pria itu.

Pria itu berkacak pinggang sembari menatap sinis ke arah Maudy. "Tidak! Kau pikir siapa yang mau mempekerjakan orang tidak becus seperti mu hah? Kau bikin restoran ku rugi saja, lebih baik kau jadi pelac*r saja kalau tidak bisa bekerja"

Trak!

Cuih

Pria pemilik restoran itu meludahi Maudy dan menendangnya menjauh. "PERGI DARI RESTORAN KU SEKARANG JUGA!" teriaknya.

Maudy hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Dia membutuhkan uang, namun apapun yang dia kerjakan tidak akan bisa lama karena dirinya yang tidak fokus ketika mendengar kabar kondisi Ibunya tidak baik-baik saja.

Maudy menuju ke loker pelayan, dia mengganti bajunya dan mencuci mukanya. Maudy mengambil seluruh barang-barangnya dari dalam loker.

Saat Maudy keluar dari pintu belakang, dia tersentak kaget karena seorang pria berdiri di sana.

"Maaf, saya mau lewat" ucap Maudy.

Pria itu menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki, dengan tatapan yang sangat tidak enak. Pria itu terlihat bernafsu melihatnya, dan Maudy merasa tidak nyaman akan hal itu.

"Maaf, bisa minggir sebentar? Saya buru-buru, harus pergi sekarang" Maudy menundukkan kepalanya, sembari melangkah berusaha untuk melewati pria itu.

"Ah, wangi sekali" lirih pria itu saat Maudy melewatinya.

Maudy menghentikan langkahnya, dia hanya menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Hey, tunggu! Kenapa buru-buru sekali?" Pria itu menahan Maudy.

Maudy menghentakkan tangan lelaki itu. "Jangan sentuh saya! Kita sebelumnya tidak pernah saling mengenal, jadi saya minta anda tetap bersikap dengan sopan"

"Ha ha ha" pria itu justru tertawa. "Kau itu cantik, Lebih baik kau menjual tubuhmu daripada kau bersusah payah bekerja tapi gajimu tidak bisa menghidupi mu"

Maudy mengepalkan tangannya kuat. "Jaga ucapan Anda!"

"Come on! Saya bisa membantumu!"

"Tapi saya tidak butuh bantuan Anda!"

"Oke, mungkin sekarang kau belum membutuhkanmu. Ini kartu nama ku, temui aku jika kau membutuhkan uang!" Pria itu langsung memasukkan kartu namanya ke dalam tas Maudy, karena Maudy sama sekali tidak mau menerimanya.

Pria itu tersenyum penuh arti dan langsung pergi begitu saja. Maudy bingung karena pria itu tidak pernah bertemu dengannya sama sekali, dan kenapa dia terlihat begitu tahu tentang Maudy?

Maudy pulang ke rumah dengan berjalan kaki selama dua jam lamanya. Ia tidak menggunakan angkutan umum karena dia mengirit uang yang tersisa sedikit di dalam rekeningnya.

"Mama..." Panggil Maudy saat dia baru saja memasuki rumah.

Rumah terlihat begitu sepi, seperti tidak ada aktivitas di dalamnya. Maudy langsung membuka kamar mamanya, namun dia tidak menemukan wanita itu di dalam sana.

"Mama... Mama dimana? Maudy sudah pulang, Ma..." Teriak Maudy sambil mencari sampai ke belakang rumah.

Di belakang rumah, tepat di belakang sumur Maudy melihat kaki seseorang. Maudy mengerutkan dahinya dan mendekat karena penasaran.

"Ma... Mama....." Teriak Maudy histeris.

Mamanya sudah terbaring lemah dengan darah yang mulai mengering di bagian hidungnya.

Maudy langsung memanggil para tetangga untuk membantunya, dan mereka pun membawa Mama Latifa ke puskesmas terdekat.

"Pasien harus segera di rujuk ke rumah sakit, kami tidak memiliki alat yang lengkap untuk menanganinya" ucap sang dokter.

"Lakukan apapun agar Mama saya selamat dokter"

"Kami akan membuatkan surat rujukannya, Ibu Latifa akan di bawa menggunakan Ambulance. Silahkan ke bagian administrasi untuk menandatangani berkasnya"

Maudy mengangguk, dia akan melakukan apapun agar mamanya bisa kembali pulih. Karena Mama Latifa tidak memiliki asuransi. Sehingga Maudy harus membayar biaya pengobatan lumayan besar.

Setibanya di rumah sakit, Mama Latifa di tangani oleh dokter. Maudy sendiri duduk sendirian di depan ruang UGD dengan jantung yang berdetak begitu kencang.

"Ya Allah, selamatkan Mama ku!" Maudy trus berdoa dalam hatinya.

Setelah menunggu selama 3 jam, dok koter pun keluar. "Bagaimana kondisi Mama saya dokter?"

Dokter mendesah pelan. "Ibu Latifa harus segera di operasi pemasangan cincin pada ginjalnya. Ibu Latifa sebelumnya sering mengonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter?"

Maudy hanya bisa mengangguk.

"Itulah sebabnya. Efek obat itu justru merusak ginjalnya, kita tidak punya banyak waktu lagi. Minimal minggu depan Ibu Latifa harus melakukan operasi"

"Kira-kira berapa biaya yang dibutuhkan untuk operasi dokter?"

"Mari ikut saya ke bagian administrasi, saya akan memberikan rinciannya di sana"

Maudy mengikuti dokter ke bagian administrasi sambil ia terus memainkan jari jemarinya. Maudy takut tabungannya tidak akan cukup untuk membantu proses operasi Ibunya.

"Ini biayanya, ini hanya biaya operasi saja belum masuk biaya pemulihan. Setelah operasi, Ibu Latifa harus dirawat dulu beberapa minggu di rumah sakit, jika kondisinya sudah membaik baru diizinkan untuk pulang ke rumah" jelas sang dokter.

Mata Maudy membelalak, dia tidak berekspektasi jika biaya operasi yang harus dia keluarkan sangat lah tinggi.

Tabungannya hanya tersisa dua puluh juta saja, dan dia membutuhkan uang sekitar dua ratus juta rupiah sampai Ibunya bisa di keluarkan dari rumah sakit.

Dimana dia harus mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu seminggu?

"Bagaimana, Mba Maudy? Anda setuju?" Tanya dokter memastikan.

Maudy mengangguk lemah. "Kapan saya mulai membayarnya?"

"Sebelum operasi berlangsung Anda sudah bisa membayarnya dan menandatangi berkas operasinya"

"Untuk beberapa hari ke depan apa Ibu saya harus menginap disini?"

"Tentu saja Mba Maudy"

"Berapa biaya sampai operasi?"

Dokter memberikan kode pada bagian administrasi untuk mentotalkannya. "Sepuluh juta rupiah" jawab dokter.

"Saya akan membayarnya sekarang" Maudy mengeluarkan ATM-nya dan membayar biaya rumah sakit untuk seminggu ke depan.

"Sudah selesai Mba Maudy, sebentar lagi Ibu Latifa akan di pindahkan ke ruang perawatan. Karena Ibu Latifa perlu istirahat banyak, jadi saya meletakkannya di kamar VIP"

"Tidak masalah dokter" jawab Maudy.

Maudy duduk di taman rumah sakit, dia memandang lurus ke depan dengan pandangan kosong.

Sekarang di kepalanya adalah cara untuk mendapatkan uang yang banyak dalam waktu yang singkat.

Maudy membuka tasnya, dia hendak mengambil ponselnya. Saat ponselnya keluar dari tas, sesuatu terjatuh.

Maudy mengambilnya, dia melihat kartu nama yang diberikan pria itu tadi padanya. "Apa aku harus menghubungi dia? Tapi, dia orang asing"

Maudy berpikir keras. Namun sebelumnya dia menghubungi teman-temannya untuk meminjam uang, menelpon keluarganya juga, namun tidak ada seorangpun yang mau meminjamkan uang padanya.

Maudy benar-benar dibuat frustasi. Dia menatap kartu nama itu, karena tidak punya jalan lain Maudy langsung menghubungi nomor yang tertera di dalam kartu nama itu.

"Saya Maudy, wanita yang tadi di restoran. Bisa kita bertemu?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Vilani Senja

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku