Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
21
Penayangan
1
Bab

Area 21+⚠️ ¤Dewasa ¤ Romance ¤ Percintaan "Hah.. Hah.." Bella yang mulai sadar dari pengaruh minuman. Dia mengusap wajahnya dengan ke dua telapak tangan. Ia merasa baru saja tergelam dalam laut. Entah tadi mimpi atau tidak. Baginya seperti kenyataan yang membaut dia hampir saja kehilangan nyawanya. Ahh... Kepalaku. Apa yang terjadi padaku. Dan kenapa? Kenapa aku bisa tergelam di bathup ini..  Bella mengernyitkan matanya mencoba melihat seluruh penjuru ruangan.  "Aku di mana? Dan apa yang sebenarnya terjadi padaku?" gumam Bella, pikirannya melayang cepat memikirkan hal aneh dalam dirinya. Dia sontak menundukkan kepalanya, melihat bajunya yang masih lengkap, seketika Bella menghela napasnya lega. Mencengkeram ujung atas bajunya, dan beranjak berdiri.  "Aaww--" rintih Bella, memegang kepalanya. "Kenapa kepalaku semakin pusing sekali." Bella beranjak dari dalam bathup. "Aku harus pergi," Langkah Bella terhenti di saat dia mendengar suara gemericik air dari shower menghantam lantai begitu kerasnya. Bella berjalan mendekatinya, dengan langkah mengendap-endap mencoba mencari tahu siapa yang berada dalam kamar mandi berdua dengannya itu. Hanya beda tempat. Dan terhalang pembatas kelambu putih yang menutupnya.  Bella menelan ludahnya susah payah. Degup jantungnya semakin cepat, berjalan was-was. Dengan tubuh mulai gemetar takut. Jemari tangannya memegang pintu bergeser itu. Perlahan mulai membukanya. Ke dua mata Bella tertuju pada hal yang semestinya tidak dia lihat. Ke dua matanya mengejap terkejut beberapa detil Seketika langsung teriak sekencang-kencangnya  Aaaa..... Aaahhhh...... Sontak Bella berteriak keras, hingga menggema seluruh penjuru ruangan bersamaan berpadu dengan teriakan Deon. Seakan merasa sedang berlomba berteriak. Untung saja kamar itu kedap suara dan sudah di desain khusus untuk tuan muda Deon.  "Apa yang kamu lakukan di sini?" umpat Deon, sembari menahan senyum di bibirnya. Saat melihat wanita aneh itu surah sadar dari pengaruh minuman.  Bella memalingkan tubuhnya "Maaf, maaf! Aku tidak sengaja,"

Bab 1 Club' Malam

Disebuah club malam terbesar di Jakarta. Seorang wanita cantik, yang masih di bawah dua puluh tahun itu. Mulai merias dirinya. wajahnya yang terbalut make up tipis. Tubuh seksi dengan lekukan tubuh yang begitu menggoda. Belahan dadànya terlihat sangat jelas. Dengan baju Tanpa lengan. Bagian belakang terlihat punggung putih dan mulutnya. Rok satu di atas lututnya. Tuhan menganugerahkan kulit yang begitu putih seputih susu. Selembut kulit bayi. Dan tubuh seksi yang menggoda iman seorang yang melihatnya.

"Bella." seseorang memanggilnya. Bella menoleh, melayangkan senyuman tipis ke arah orang yang memanggilnya. Seorang laki-laki berjakun dengan suara serak dan sedikit tua, kulit yang terlihat mulai kendur. Tapi wajahnya masih terlihat sedikit muda. Dengan parasnya utu terlihat sekitar umur empat puluh tahunan itu berjalan mendekatinya.

"Iya.. Pak." jawabnya, menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda hormat kepada manajer club itu.

"Kamu baru datang?" tanya seorang laki-laki paruh baya itu.

"Iya, pak. Seperti biasa. Aku masih ada kesibukan. kata Bella. Begitu santainya. Bella memang terlihat sangat akrab dengan laki-laki paruh baya itu. Dia yang baru bekerja di sana. Sudah sangat terkenal di kalangan pelanggan. wajahnya yang cantik dengan rambut blow sepunggung. Berwarna sedikit pirang di bagian tengahnya. Dia sangat populer dan paling laris di sewa untuk menemani minum. manajer mulai suka dengan pekerjaannya. Dan, membaut mereka sangat akrab. manajer bahkan belum memarahinya saat dia bekerja.

"Ada apa, pak?" tanyanya.

"Bawa minuman ini ke ruangan 13. Dia sudah menunggu" seorang laki-laki memberikan satu nampan minuman dengan isi hampir 6 botol minuman di atasnya. Dan 6 gelas yang berada di atas nampan.

"Siap, pak.." jawab Bella. "Apa ada lagi?" tanyanya dengan senyum begitu ramahnya. Seolah dia sangat menikmati pekerjaannya yang sekarang.

"Tidak ada! Cepat pergi." kata laki-laki itu.

"Baik!" Bella beranjak pergi, langkahnya terganggu di saat semua mata tertuju pada lekuk tubuhnya. Pandangan mata nakal dari laki-laki pria hidung belang melalang buana menjelajahi setiap lekuk tubuhnya. Mereka menatap kagum dengan tubuh seksinya yang begitu menggoda setiap kata yang menatapnya. Wajah mungil nan cantik itu tidak lepas dari para laki-laki hidung belang. Bella mencoba menarik ujung rok pendeknya sedikit ke bawah dengan tangan kanannya. Rok yank terlihat begitu pendek di di atas lututnya.

Bella berdesis pelan. Dia menghela napasnya kesal.

Rok ini benar-benar pendek. Aku tidak bisa berjalan dengan tatapan kotor laki-laki melihatku. Bella menghela napasnya, dia berusaha untuk tidak memperdulikan setiap pandangan ke arahnya.

Beberapa laki-laki bersiul, di saat melihat bagian tubuhnya terekspose bebas. Terbiarkan tanpa tutup "Cantik! Bawa minumannya ke sini," ucap salah satu laki-laki penggoda yang berada di tak jauh darinya. Dia berjalan dengan langkah pelan. Merasa tak bisa bebas saat berjalan.

"Maaf, ini sudah pesanan orang, tuan!" jawab Bella, mencoba mempercepat langkahnya lagi. Wanita itu memalingkan wajahnya acuh tanpa pedulikan laki-laki itu.

"Sialan wanita murahan itu." teriaknya. Bella tidak menanggapi ucapan kotor laki-laki itu.

Bella segera membuka ruangan yang ditunjukkan boss Vero. Kedua matanya membulat di saat melihat beberapa wanita seksi berada di sana.

"Eh.. Sini minumannya. Kenapa kamu lama sekali." ucap seorang laki-laki setengah sadar. Dia mengangkat tangannya mengangkat jemari memanggil dirinya untuk segera datang. Dia bahkan masih duduk bersandar sembari kedua tangannya merangkul dua wanita seksi di sampingnya.

"Minggir dulu." pintanya pada dua wanita seksi itu. Kedua wanita itu seketika langsung beranjak dari duduknya. Laki-laki itu mulai duduk tegap. Menatap kecantikan paras Bella yang berada di depannya. pandangannya mulai nakal. Dari wajah perlahan mulai turun memperhatikan tubuhnya. Dia menggelengkan kepalanya sembari berdesis membayangkan hal yang di luar dugaannya. Pikirannya mulai berfantasi ria. Air liurnya terlihat menetes. Pikirannya tak berhenti berfantasi.

Bella merasa tak suka dengan tatapan laki-laki itu. Tapi bagaimanapun juga ini adalah pekerjaannya. Mau tak mau dia harus bekerja profesional. Bella menarik napasnya panjang, dalam satu tarikan napasnya. Dia berjalan dengan langkah cepat, segera meletakkan minuman di atas meja. Tatapan kotor dari beberapa laki-laki di depannya mulai mencuri pandang pada tubuhnya. Bella duduk jongkok, meletakkan semua minuman di atas meja. Tatapan laki-laki itu melihat belahan dadanya dan terlihat paha putihnya yang juga terlihat menggoda.

"Kamu mau duduk sini?" Laki-laki itu menyentuh paha Bella. Mengusapnya beberapa detik. laki-laki yang terlihat muda umur sekitar tiga puluhan. Tam terlihat tua. Bella berdengus kesal. Dia mencoba menahan amarahnya. Bella melangkah mundur, dia berdiri tegap, dengan wajah sedikit menunduk, ke dua tangannya memeluk nampan sangat erat menutupi bagian depan tubuhnya.

"Apa benar ini minuman asli?" tanya yang lainya. Mereka di sana yang dari tadi hanya diam menatap kagum Bella. Bahkan dari awal dia masuk. Mereka juga sama, pandangan mata mereka terlihat nakal menatap tubuh molek Bella.

"Iya, tuan. Ini minuman asli," ucap Bella. Dia memang tidak tahu itu minuman apa. tapi dari botol yang di liatnya. Itu terlihat seperti minuman asli alkohol bukan jus.

"Apa kamu yakin?" tanya beberapa laki-laki memastikan. tapi tatapan mereka tertuju di tubuh Bella.

Bella menarik napasnya dalam-dalam. Jemari tangannya mencengkeram ujung roknya, mengepal erat membentuk gumpalan. Wajahnya mengernyit, dengan bibir bawah tertarik ke dalam sela-sela giginya.

Apa yang harus aku katakan. Tapi ini benar minuman asli atau tidak. Aku juga tidak tahu. Setahu aku memang asli, kenapa mereka mempertanyakan hal itu.

"Kenapa kamu diam, hah..." pekik laki-laki di depannya.

"Eh.. Ma-maaf tuan.." ucap Bella gugup.

"Maaf? Aku tanya ini minuman asli tidak," laki-laki itu mengambil satu botol minuman, menggebraknya di atas meja. Seketika membuat Bella bergidik takut.

"Cepat coba," pintanya meninggikan suaranya.

Kenapa aku dapat masalah hari ini. Semua gara-gara Vero. Kalau dia tidak pergi. Aku tidak di dipermalukan seperti ini.

Bella menghela napasnya, dia beranjak duduk jongkok, dengan ke dua kaki jijit menumpu tubuhnya. Helaan napasnya gugupnya terasa jelas.

"Cepat minum!" pintanya lagi. Membuat tangan Bella mulai terangkat ragu.

Aku tidak bisa minum seperti ini... Kalau aku minum bisa gak sadar diri nantinya. Apalagi ini awal aku minuman. Baunya saja sudah membuat aku ingin pingsan.

Dengan terpaksa, Bella mengerutkan hidungnya, mencoba untuk tidak bernapas. Dia mulai mengambil botol minuman itu. meneguknya hingga tak tersisa. Dia mengambil ke dua kalinya, lalu meminumnya tanpa henti. Hingga menghabiskan tiga botol. Dia beranjak berdiri dan melangkahkan kakinya pergi. Tubuhnya yang mulai lemas, berusaha mencari gagang pintu. Semua orang di sana hanya menatapnya, sembari tertawa pelan.

Benar yang aku bilang. Kepalaku pusing sekali. Aku tidak bisa terus di sini. Aku yakin mereka pasti memanfaatkan keadaanku nantinya.

Bella menggelengkan kepalanya, mengerjapkan matanya yang sudah terlihat sangat buram Dia berjalan sempoyongan meraba tembok di depannya.

Bruukkk..

Bella menghentikan langkahnya di saat dia tak sengaja menabrak seseorang di depannya. Ia mengernyitkan matanya, terlihat samar wajah laki-laki yang ia tabrak. Namun pandanganya semakin buram. Kedua tangannya mendarat tepat di dada bidang laki-laki di depannya. Wanita itu tersenyum tipis, meraba dadanya. Menyandarkannya manja.

Uh... Aku benar-benar merasa sangat nyaman. Jika aku menganggap semuanya masalah. Aku akan segera pergi dari pemberitahuan ke tempat di mana dia di tinggalkan.

"Jangan sentuh tuan muda!" kedua pengawal itu memegang pundak Bella. Menariknya kasar.

"Ah... Kalian jangan menyentuhku," jawab Bella lirih, menarik tangan pengawal itu bersamaan. Lalu menendang bergantian dari belakang hingga terkapar tak sadarkan ke lantai mengkilat berwarna putih.

Laki-kaki itu mulai tertarik padanya.

Dia sangat manarik.. Mampu mengalahkan dua pengawalku sekaligus.

"Kepalaku pusing!!" gumam Bella. Mengangkat kepalanya menatap samar wajah tampan. Kemudian terkapar lagi dalam dada bidangnya.

"Ugghh.. benar-benar tubuh yang sangat bagus." ucap Bella membayangkan hal menjijikkan di otaknya.

"Ehh.. lepaskan tangan kamu dari tuan, Deon." bentak dua pengawal yang dari tadi sudah stay di samping tuannya.

Uggg... uggghht

"Huuueekkkk..." Bella memuntahkan semua bahu alkohol tepat di jas hitam milik Deon.

"Dasar wanita jalang, menyingkir lah" dua pengawal Deon beranjak berdiri menahan rasa sakit di perutnya, berjalan dengan kaki ringan. Mereka menarik ke dua tangan Bella mencoba membawanya pergi, dengan cepat Deon memegang pundak salah satu pengawalnya.

"Biarkan saja," ucap lirih Deon, yang seakan seperti perintah untuk mereka.

"Tapi..."

"Sssttt... diam!" desis laki-laki berwajah dingin itu.

Sebenarnya laki-laki itu menahan rasa kesal dan amarahnya. Tetapi karena wanita itu menarik baginya. Yaitu bagi laki-laki playboy yang suka bermain wanita sepertinya. Dia adalah hal yang menarik untuk di mainkan. Pandangan matanya tak lepas dari wajah Bella yang seakan sudah ingin memulai permainan cintanya.

"Bawa dia ke kamarku," Deon menggertakkan rahangnya kesal. Sudah terbesit dalam otaknya untuk membalas semua perbuatan yang di lakukan wanita di depannya.

"Tuan, temani aku!" Bella mencoba meronta, dia tidak menyerah ingin memegang dada bidang laki-laki di depannya. Dia terus meronta. Namun, dua pengawal itu menariknya segera ke dalam kamar hotel yang tak jauh dari club.

Dasar wanita aneh. Kenapa hari ini aku bertemu dengan orang-orang aneh. Tidak di rumah. Tidak di club malam semuanya sama saja. Geram Deon, mengerutkan hidungnya seketika, bau menyeruak alkohol itu masuk dalam penciumannya. Seperti bau busuk yang seketika membuat dirinya merasa sangat muak. Depan menunduk sekilas, menatap jasa yang sudah terlihat sangat kotor. Dengan segera dia melepaskannya dan membuangnya di sembarang tepat.

***

Di sebuah kamar, Bella terbaring di king size. Menggulingkan tubuhnya. Lalu kembali lagian terlentang tersenyum menatap ke depan. Dia melirik sekilas. Di saat telinganya mendengar detak langkah kaki ringan, suara sepatu menghentak itu berjalan pelan masuk ke dalam kamarnya.

"Eh.. Tuan tampan," Bella yang masih belum sadar, beranjak berdiri. Menjatuhkan tubuhnya dalam dekapan Deon.

"Apa kamu mau aku temani?" tanya Deon, menjatuhkan kasar tubuh Bella.

Tetapi aku tidak suka memanfaatkan keadaan.. Ini bukan tipeku. Aku akan membuat dia yang akan menyerahkan dirinya sendiri padaku. Gumam Deon tersenyum licik menatap ke arah Bella.

"Ahh.. Temani aku.. "

Merasa sudah sangat geram. Deon mengangkat tubuh Bella. Membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Menjatuhkan tubuhnya ke dalam bathtub kamar mandi yang berisikan penuh air. Dia menenggelamkan tubuh Bella. Lalu menariknya kembali, hingga 2 kali melakukan hal yang sama. Merasa sudah terlihat berbeda dari Bella. Dia beranjak pergi membasuh tubuhnya di shower tepat tak jauh dari bathup. Hanya berbatas dinding kaca, yang di tutup dengan kelambu putih.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku