Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dendam Istri Buruk Rupa

Dendam Istri Buruk Rupa

Miiss V

5.0
Komentar
145
Penayangan
5
Bab

Anarkali seorang desainer terkenal, harus menelan pil pahit saat Julius sang suami berselingkuh secara terang-terangan dengan temannya yang ternyata juga mantan dari suaminya. Alasan Julius berselingkuh, hanya karena Anarkali memiliki wajah buruk rupa sehingga harus mengenakan cadar setiap harinya. Wajah Anarkali memang jauh dari kata cantik. Karena itu Julius selalu menghinanya. Entah mengapa, Julius merasa jijik melihat wajah Anarkali seolah dia melihat itik buruk rupa dalam diri istrinya. Di sisi lain, Julius mau menikah dengan Anarkali pun karena suatu perjodohan di atas perjanjian. Jika Julius menikah dengan Anarkali, ayahnya akan menjadikan Julius sebagai CEO di perusahaan miliknya. Bagaimanakah nasib Anarkali selanjutnya?

Bab 1 Pengkhianatan

"Sementara Anarkali hampir saja terlelap, dia sudah merasakan kantuk yang luar biasa, apalagi matanya yang sembab karena menangis terus menerus.

Tak lama pintu terbuka, dan masuklah Julius. Dia menatap sengit ke arah Anarkali yang sedang terbaring berbalutkan selimut. "Hei, sedang apa kamu? Kerjaanmu hanya tidur tidur dan tidur. Sama buatkan aku teh manis dan rebusin telur untukku," ujarnya ketus.

"Kenapa tidak menyuruh selingkuhan kamu saja? Aku ini istri kamu, bukan pembantu kamu," bantah Anarkali yang kembali terjaga.

"Sialan, berani sekali kamu membantahku! Hei, ini rumahku, jadi kalau kamu macam-macam, aku bisa mengusir kamu kapan pun aku mau!" seru Julius mulai geram.

"Sebelum kamu mengusirku, aku akan pergi dari sini secepatnya. Aku tidak merasa rugi sedikit pun kalau harus hidup tanpa laki-laki sepertimu yang sama sekali tidak punya perasaan!" ketus Anarkali tak mau kalah.

Julius terkesiap seketika mendengar ucapan Anarkali secara terang-terangan. Dia pun mendadak teringat sesuatu.

'Sial, kalau dia pergi sekarang, bisa runyam semuanya,' batinnya.

Kemudian Julius keluar dari kamar Anarkali. Dia sudah tidak kuasa lagi berdebat dengan istrinya itu. Pria itu pun kembali menuju ke ruang tengah, dan duduk di atas sofa. Dia terlihat memutar otak, bagaimana caranya supaya dia mendapatkan kekayaan ayahnya secepatnya. Dia sudah tidak tahan dan muak, karena setiap hari selalu melihat gadis bercadar di rumahnya.

'Hem, kapan surat kuasa itu akan turun? Aku sudah tidak sabar ingin hidup bahagia dengan Agatha, dan menyingkirkan si jelek itu. Dia selalu merusak mood ku,' batin Julius.

****

Waktu terus bergulir, hari terus berganti. Hubungan Anarkali dan Julius semakin jauh dari kata harmonis. Sementara Anarkali selalu menyibukkan diri dengan mendesain gaun-gaun para pelanggan.

Kendati Julius tak pernah menafkahi atau memberi uang kepada Anarkali, namun Anarkali tidak merasa pusing, karena dia selalu mendapat penghasilan dari profesinya yang digeluti saat ini.

Sedangkan Julius selalu berangkat ke kantor lebih awal. Dan pulang pun hanya sekedar melepas lelah atau beristirahat. Ketika malam tiba, Julius selalu pergi menemui Agatha, selingkuhan sekaligus mantannya.

Rumah tersebut berpenghuni, namun seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Satu orang memilih sibuk dengan dunianya sendiri, sementara satu orang lainnya memilih berdiam diri berkutat di sebuah ruangan.

****

Pagi itu, Hendra masuk ke dalam ruangannya. Dia melihat Julius tengah duduk menghadap komputer.

"Jul, papa lihat kamu sejak nikah belum pernah ambil cuti. Kalian kan termasuk pengantin baru, karna pernikahan kalian belum terlalu lama. Dan papa lihat juga setelah menikah, kalian seperti belum pernah berbulan madu."

'Malas sekali bulan madu sama si itik buruk rupa,' batin Julius tanpa menoleh ke arah Hendra. Pria itu sibuk dengan laptop di hadapannya.

"Jul, kamu dengar papa bicara, atau tidak?" tegus Hendra melihat anaknya diam saja.

Akhirnya Julius pun menghentikan sejenak jari jemarinya yang sedari tadi bergerak-gerak di atas keyboard. Kemudian pria itu menoleh ke arah sang ayah.

"Pa, aku sibuk sekali ini, tolong jangan suruh aku untuk menuruti semua keinginan papa. Aku sudah menikahi perempuan yang papa mau, bagiku itu sudah cukup, Pa."

Dalam hati Julius merasa geram, karena dia menikahi gadis di luar kriterianya. Gadis yang sama sekali tidak menarik baginya.

Hendra mengesah kasar, seolah dapat membaca isi hati dan pikiran anaknya itu. Hendra nampak sedikit frustasi dengan sikap Julius.

"Hem ... Jul, cobalah kamu melihat Ana jangan dari wajah dan penampilan saja, tapi lihat hatinya. Dia itu anak yang baik. Tidak selamanya fisik itu jadi takaran dalam rumah tangga. Dan yang penampilannya menarik, belum tentu bisa bikin bahagia, apalagi bikin rumah tangga tentram." Hendra mencoba menasehati anak semata wayangnya itu.

"Tapi, Pa. Perempuan yang aku nikahi itu, benar-benar tidak menarik sama sekali. Tidak ada kelebihannya sama sekali. Aku tidak bisa mencintai dia, karna hati tidak bisa dipaksa." Julius bersikeras.

"Jika cinta bisa membuat seseorang melihat kotoran kuda berasa coklat manis, maka kebencian bisa membuat seseorang melihat berlian layaknya batu kerikil yang dilempar ke pinggir jalan, kemudian diinjak-injak begitu saja. Cukup, Jul. Selama ini papa mengajarimu untuk menghargai wanita. Kita para laki-laki lahir dari rahim wanita, dan juga hidup karna air susu yang hanya dimiliki oleh wanita. Dan sekarang, anak papa yang dididik dan dibesarkan dengan baik, justru tidak menghargai wanita. Jul, ucapan kamu sungguh membuat papa kecewa!" tegas Hendra.

"Pa, aku minta maaf kalau aku salah bicara, tapi tolong jangan paksa aku untuk mencintai Ana lebih lagi. Yang penting aku sudah menuruti kemauan Pala. Aku hanya sedang malas berbulan madu, dan menikahi Ana itu sudah cukup bagiku. Jadi tidak perlu berbulan madu segala," ujar Julius yang emosinya sudah di ubun-ubun namun dia tahan.

Hendra menggelengkan kepala mendengar ucapan Julius. Dia merasa telah gagal membuat anaknya menjadi anak yang penurut.

"Im so sorry, Jul. Kalau kamu masih bersikap kasar kepasa Ana, dengan berat hati papa akan membatalkan perjanjian mengenai warisan seluruh harta kekayaan. Papa akan menunggu saat kamu bisa mencintai Ana dengan tulus, barulah ayah akan memberikan seluruh kekayaan itu."

Setelah berkata demikian, Hendra segera berlalu dari hadapan Julius tanpa berkata-kata lagi.

Brakkkk ....! Julius menggebrak meja.

"Sial! Aku harus mencintai si itik buruk rupa itu dengan tulus? Tidak akan pernah. Tapi, aku juga butuh harta kekayaan itu. Dengan harta itu, aku akan hidup bahagia sama Agatha," gerutu Julius.

Sore hari tiba, Julius bergegas pulang ke rumahnya. Sampai di dalam rumah, Julius melihat Anarkali sedang menonton televisi di ruang tengah. Seketika pria itu teringat akan ucapan ayahnya di kantor tadi. Julius pun menjadi emosi, dia bertambah benci dengan Anarkali.

'Gara-gara kamu, An. Aku nyaris kehilangan harta kekayaan itu,' batin Julius menatap sengit ke arah wanita tersebut.

Bersamaan dengan itu, Anarkali merasa bosan dengan acara televisi, dia pun beranjak dari duduknya hendak masuk ke kamar. Namun seketika netranya mengarah pada sosok Julius yang berjalan masuk.

"Mas, kamu sudah pulang?" sambut Anarkali ramah.

"Hei, kamu tidak usah sok baik deh sama aku! Dan aku peringatkan sama kamu, jangan pernah lagi kamu cari muka di depan papaku," maki Julius.

Anarkali mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak mengerti apa maksud dari ucapan Julius "Cari muka? Maksud kamu apa, Mas?"

"Sudah jangan banyak bicara, lama-lama aku muak sama kamu." Julius segera berlalu dari hadapan Anarkali.

Sementara Anarkali menghirup napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. 'Ya Tuhan, ada apa lagi ini? Kenapa Mas Juli selalu marah-marah?' batinnya.

Kemudian Anarkali kembali menonton televisi. Tak lama, lewatlah Julius yang telah mandi dan berpakaian santai.

"Kamu mau kemana lagi, Mas? Kenapa tidak pamit? Aku ini istri kamu, Mas," tanya Anarkali tanpa beranjak dari tempat duduknya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku