Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
33
Penayangan
3
Bab

Bintang dan Samuel adalah sekian dari banyak murid SMK dan SMA yang tak pernah akur. Mereka adalah tetangga masa kecil, teman main dari zaman orok dan musuh bebuyutan. Perjumpaan yang nyaris setiap hari. Membuat mereka selalu bertemu dan bersama meskipun keduanya tidak menginginkan hal itu, sebab selalu ada pertengkaran diantara mereka. Hingga saat dimana Bintang dijodohkan dengan Samuel satu hal yang benar-benar mustahil, namun terjadi! Posisi Bintang yang menjadi pacar Gibran terancam, dengan perjodohan ini. Sebab pilihan adalah memilih cinta atau durhaka kepada orang tuanya? Dan bagaimana kehidupan Bintang dan Samuel apakah cinta bisa hadir seperti dalam novel-novel romansa yang sering Bintang baca?! Atau mereka akan terus adu bacot lantaran jurusan dan sekolah yang mereka pilih berbeda?

Bab 1 Dasar Sinting

Jangang mudah percaya kalau ada yang bilang sayang dan cinta sama kamu. Itu cuma dimulut. Hati belum tentu!-Paskalinus Samuel Geovano

"I LOVE YOU BINTANG!" teriak nyaring siswa cowok yang berdiri depan pagar sekolah. Pemudah berperawakan tinggi dengan seragam abu-abu dan topi cokelat, siswa/i yang menungguh jemputan dihalte bus dibuat tercengah oleh laki-laki itu.

Apa dia sedang mengungkapkan cinta atau? Entahlah tidak ada yang tahu, hanya pemudah itu dan Tuhan yang tahu!

Perempuan dengan nama Bintang mendekat muka yang malu luar biasa. Dia jadi sorotan, kan? Sekarang dasar laki-laki kurang kerjaan apa-apaan ini. Mata yang tajam. Ingin menusuk raga laki-laki bertag name Paskalinus Samuel Geovano.

"Hei! Anak IPA apa maksudmu? I love you Bintang i love you Bintang. Sinting kamu? Dasar sinting?!" tanya perempuan itu kesal karena tentu saja mereka jadi pusat perhatian. Warga sekolah mendapat tontonan gratis kaya ala-ala drama Korea alih alih sinetron FTV.

"Heloo ... siapa juga yang sinting aku tuh lagi belajar bahasa Inggris kali! Jangan kepedaan deh!" jelas Sam bersedekap dada dan menatap malas perempuan itu.

"Terserahlah apa kata kamu? Kenapa ngak sekalian teriak aja gini i love so--" Kalimat perempuan yang bernama lengkap Bintang Putri Hendrawan terhenti disebabkan mulutnya dibekap laki-laki itu.

"Diam!"

"Tadi tuh aku lagi mikirin nama siapa yang cocok. Dan kalau dipikir-pikir itu cocoknya nama kamu hahaha!" Tawa Sam membahana, mereka masih stay jadi pusat perhatian saat ini. Bintang ingin tengelam saja. Laki-laki terkutuk ini selalu buat masalah yang konyol dan tak berfaedah. Bagi dirinya sangat sangat tak berguna.

"Sakit bego!" ringis Sam karena tangannya digigit Bintang.

Sementara Bintang berseru senang sembari memeletkan lidahnya, "Emangnya enak! Syukurin!"

"SAMUEL DICARI SOVIA NIH!" teriak laki-laki baju basket. Dibelakangnya ada cewek dengan rambut tergerai sepunggung. Perempuan itu pun berteriak, "Samuel sayang kamu di mana sih?! My beb Sam."

"Hahaha tobat! Mampus! Emang enak syukurin tuh!" Bintang semakin mengejek laki-laki itu.

Dengan raut kesal Sam memandang kawannya itu. "Si Gibran pake teriak segalah lagi." Mata Sam memandang Bintang dengan bibir yang berucap, "Hey Tang mau nebeng ngak mumpung aku lagi baik nih?"

Bintang mengangkat sudut bibir agak mencibir, "Tang Teng Tang Teng namaku tuh Bintang! Ogah banget pulang sama kamu!" Ternyata Sam menyalahkan mesin motornya helem pun sudah bertegger manis dikepalanya.

Sam memutar bola matanya malas. "Iya iya iya mau nebeng ngak bawel amat!"

"Ogah tetap. Ogah pulang sama kamu amit amit! Idih cabang bayi."

Sebelum motornya benar-benar berlalu laki-laki itu mengejeknya. "By Tang. Kunci Inggris. Sever komputer. Kabel Lan mikrotik dan kawan-kawan!"

"Nyebelin bangat sih tuh orang!" Tangan Bintang meremas tali tasnya.

Gibran dan Sovia mendekat dengan sungutan perempuan itu berikan untuk temannya Bintang.

"Kamu gimana sih? Bi. Harusnya kamu tahan dulu sih Sam, ya, kan aku bisa nebeng pulang!"

"Sam itu ganteng dari mananya sih ngak ada ganteng-gantengnya deh perasaan!"

"Matamu tuh katarak Bi?"

"Udah kepelet ya kamu Vi. Astagah kamu emang kepelet ya!"

"Gila kamu Bi, Sam. Mana gitu orang dia emang ganteng kok. Matamu katakarak plus minus!"

"Ya udah yuk naik bus." Setelah adu bacot kelar atau lebih tepatnya Sovia malas memperpanjang pembahasan tentang Samuel. Laki-laki dengan ciri khas suka memakai topi cokelat terbalik itu. Dia termasuk dalam cowok terfamos di SMA Nasional atau NSL sebelahnya SMK SAMUDRA atau SMD SMK-nya Bintang sekolah mereka bertetangga. Sam, Pintar dan pandai main papa seluncur. Hobi yang katanya sudah mendarah daging paling gila dengan dunia olahraga. Dia dan Bintang adalah tentangga dari zaman orok tak perna akur. Mereka kalau bertemu saling melepar ejek dan nyiyir tak perna mau mengalah.

"Bintang pulang bareng aku aja? Kan sejalur!" komentar Gibran yang diam sejak tadi.

"Ya, kok gitu sih ya udah bye bye Bi, see you." Lambaianya tangan perempuan itu dan berlari menujuh bis yang telah berhenti di depan halte. Bintang hanya menganguk saja. Rasanya kenapa jadi cangung ya? Jika dengan Sam mana ada hal kaya begini. Wajah menyebalkan Sam terbesit dalam memorinya lagi. Sialan kapan sih manusia itu berhenti berulah. Sungguh sangat bikin naik darah.

"Bi! Naik jangan bengong dong," Suara Gibran membuyarkan apa yang dipikirkan Bintang.

"Iya kuy." Bintang duduk di belakang motor satria milik laki-laki berkaus basket merah itu. Dalam perjalanan pulang hanya deru angin serta lanjuh motor yang didengar dan sepi yang melandah. Tak ada perbincangan antara Bintang maupun Gibran. Laki-laki itu mau memulai tapi, topik apa yang dia bahas nanti. Masalahnya Bintang ini perempuan yang tak mudah diajak ngobrol harus dipancing dulu. Gibran kelawahan hingga mereka tiba dijalur rumah perempuan itu.

Tepat depan jalur disamping rumah Bintang berdiri laki-laki dengan topi cokelat terbalik. Kaus barcelona dan celana putih pendek selutut. Dengan lihat Sam saja. Darah Bintang rasanya telah mendidih.

"Cieee-cieee bareng Gibran nih? Ceritanya. Bran ngapain ngaterin Tang sih, kan ada bus sekolah main-main bensin aja kamu tuh?"

"Woi! Rumus fisika bacot amat! Sana hitung berapa lama kelapa jatuh ditanah! Atau kapan sih ikan tidur. Perasaan ikan ngak tidur tidur deh?"

"Kamu yang bacot? Dasar Tang kwkwkw! Sever komputer!"

"Samuel! Namaku itu Bintang bukan Tang? Sinting nih orang!"

"Bodoh! Tang Tang Tang!"

Gibran belum beranjak mereka masih berdebat tanpa sadar sosok itu masih ada. "Ekhm ekhm? Masalah rumah tanggah jangan depan warga hargai dikit napa?" Bintang maupun Sam serempak membuat wajah mirip dengan orang yang tengah mutah.

"Ngomong apaan sih? Bran ogah banget bangun rumah tanggah sama pc komputer amit-amit! Najis!" Sekarang malah gaya Sam tengah muntah betulan. Bintang dan Gibran sampeh geleng kepala heran. Sam itu memang manusian ajaib bin aneh dengan kewarasaan yang bisa dihitung dengan jari. Saat Bintang ingin membalas dengan sadis. Adiknya yang berumur eman tahun menujuk batang hidungnya bocah manis yang menarik tangan Bintang masuk rumah dengan pamit pada Sam serta Gibran.

"Bang Sam ganteng. Bulan sama kak Bintang masuk yaa? Mas Gibran bababay! Salam buat Joko." Bintang melotot astagah bocah eman tahun bisa bucin? Joko itu adik Gibran yang bedah setahun dari Bulan. "Bul?"

"Kak jangan marah marah nanti jelek! Kan kakak udah jelek."

"Tuh, kan adiknya sendiri ngaku dia jelek? Bran!" Telingah Bintang sangat berasap tapi dia diam saja. Perempuan itu melepas sepatu dengan malas dan mengucapkan salam saat masuk rumahnya. Jadi anak perempuan yang tua diluan dengan tiga adik bocah laki-laki yang masih SMP dan SD di tambah si bocah centil si Bulan.

Hari-hari Bintang penuh warna warni pelangi dan lima pancasila.

"Bintang bilang Bima kembalikan pena Indra?" teriak mama Bintang dari dapur pasti tengah masak atau nyuci baju tebak Bintang seenak dekul.

"Fajar mainan aku mana Maa! MA kan tadi aku tinggal bentar mo salam-salam sama kakak ganteng!" Tangis Bulan pecah, Fajar malah asik mengupil menonton gadis itu menangis. Bima dan Indra berkerjaran dengan pena milik Indar.

"Balikin Bim itu punya aku!"

"Enak aja aku yang nemu dibawah kasur!"

"Itu ada nama aku Bim. Punya mata ngak? Bisa baca ngak?"

"Perasaan tulisannya disini bukan nama kamu tapi, Galaksi Bima sakti!"

Mata Bintang malas melihat perdebatan ini. Sungguh gendang telingahnya bisa sangat tidak sehat ini.

"Diam! Siniin penanya! Buruan!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku