Parnert Musuh
Dia ti
a tanpa beritahu, hanya untuk membuatmu
nyata itu Sovia. Perempuan
simulasi soal tadi masa meladenin anak in
my Beb
u menuju arah parkiran yang tak jauh dari gerbang. Perseta
engan langit sore, taburan pink dan loreng orange yang menghiasi langit. Tak lagi biru dan secerah siang. Ada yang mengangu otaknya. Tak mampu ia utarakan sudah cukup lama tapi, Sam
Kata Bintang tidak ada kembangnya. Perempuan berdaster itu ters
adi." Entah dari mana Bintang muncul perempuan itu
u kenapa
opan santun ogah sekali Sam diam kaya tembok rumah. Lagi pula hari ini dia sangat lelah
dan mulai membersihkan dirinya. Setelah rasanya sudah bersih. Sam segerah memaka
erit pintu berbunyi memperlihatkan sosok Gibran dengan jacket h
am
pa
nongko
g dengan tangan dibelakang kepa
mu Bintang
mputer? Kalau suka sama dia sana
kamu
dan kembali mendapati laki-laki itu. "
I love you sam
an dapat jawaban jus
g arah. Ada yang ganjil menurut Gibran. Dia mendengar Sam
ma tuh cewek? Eh tadi sore di lapangan basket dia liha
tembak aja
. Takut di
aki itu terhuyung kedepan. "Ya udah cinta dal
rinya sendiri melihat Sam tidur teng
ku nga
ngar pintun kamarny
.
ut dimeja makan ada mama dan papanya serta Ibunya Bintang. Raut wajahnya langsung t
an kaya gitu, aku bisa kok masi
a lagian Bintang masih sekolah!" Rub
an Bimo saat dia tahu an
Bintang ngak akan setu
kan? Tolong terima ini. Semua ini untuk masa depan Bintang juga kan?
ia bakal mengurusih Bintang. Perusahan
u ngak mau maksah dia. Selagi aku masih
ey luruh. Sejak Bimo wafat satu tahun yang lalu karena diabetes kronis. Mey jadi ibu dan kep
dewasa itu. "Tapi jangan sekarang. Ma, Pa, Bintang pasti but
etujuh. Sekarang dari kamu aja. Jangan n
n Bintang aku restui." Mey percaya ini ngak terjadi kebe
dulu baru kamu b
ya
an malam. Namun pikirannya tidak disini sedang berkelana. Bagaimana jika
Tante Mey terus berlanjut tentang banyak hal. Sam hanya makan
lang larut. Sam bukan tipikal cowok yang suka keluyuran malam. Dia hanya nongkor ditempat te
mai padat laju kendarahan yang lain. Motor ninj
ki itu dan yang lain sedang duduk d
rimu." Suara Deo dengan petikan gitar dari Panjih. Ahmad duduk disamping dua laki-laki itu d
eka yang paling tajir adalah dirinya. Mereka juga diatas rata-rata. Namun tak menyanginnya. Ji
Ahmad menjawab santai, "Belum ngasih lampu ijo nih. Gimana dong?" Dia berhenti dengan ponselnya dan fo
ki itu dengan ibu jari kanan.
!" Prostes Bright yang hafal watak Sam. Luar kepala. Lalu dia
ng." Mulut Sam menyahut ma
.
emalam. Laki-laki dengan kaus basket berdiri
ini aku per
rapat-rapat. Bel istirahat bergemang membuat beberapa murid. Keluar
get. Kedo
ng. Bintang hanya menganguk saja. Berasa mimpi jadi nyata kalau ini dunia halu dia tidak mau bangun dan beraj
ra
h iya aku t
tw kamu
a." Setelah itu diam tak ada o
eringatan?" Gibran men
setelah cekalan ta
' teriak Bintang dalam hati. Panas
belakang melihat pundak laki-laki itu telah menjauh menujuh etalase kantin. "Mimpi apaan sih semalam?" monolognya dengan menepuk du
dengan nampan berisi dua
Tahu tahu teman-temannya muncul depan pintu kantin. Dimulai deng
niat amat sama piala be
Mawar duduk dibangku sembari tangan mengajuhka
owok jadi-jadian diam kamu!" Silvia menoyor kepala
iya m
gantri didepan etalase ya
olan. Sunyi nan sepi teduh kaya air tanpa riak, hingga jam bel i
ya dalam novel saat cewek
depan Gibran harus jaga imagine harus. Padahal dalam hati teng
dunia tiba-tiba berhenti berputar. Waktu menjedah. Cuma senyum yang bisa Bintang lihat
a bertabrakan dengan beberapa orang diluar korindor TKJ
. Hingga punggunnya itu tak lagi bali
gasih lampu ijo nih." Suara M
sambil menarik tangan Febi. "Gila aku sena
us papan tulis. Nurul yang gosip dengan Jelita berseru, "Wiiiiiiii, selamat ini kita tungguh PJ rame-rame guys. Y
a sudah bel pulang. Laki-laki itu st
ode matanya. Mawar menganguk. "Kita diluan yaa. Bye!" Nurul menyeret Mawar dari situ dikuti Febi. Silvia
eh satu berulah lagi yang satu.
k dengan mata cokelat melihat Gibran. Laki-laki berbas
. Panas dingin seluruh badannya. "Udah." Bukannya terkesan dingin tapi untuk menetralisir ra
anannya mengadeng Bintang mata perempuan itu, terpaku pada tangan
ibran memulai obrolan dia sangat risih ji
ti. "Kan, turnamen basket. Ngak lama
Lagi ngak mood aja
engacuhkan semangat dengan jari-jari yang terkepal. Gibran tersenyum tangan satunya m
Gibran berusaha mencarikan topik obrolan agar tak kaku seperti biasan
t setiap buah yang berserahkah jatuh ditanah. Tentu ulah adik-adiknya dan bocah kompleks yang hobi lempar jambuh air
with yo
ia tidak paham bahasa Inggris. Soalnya bac
emas. Pikirkan nya tertujuh pada pohon jam
Itu artinya kenapa dengan muka kamu? Soalnya cemberut gitu? Senyum dong biar manis ini aku contohin." Tan
an Gibran mereka masih saling senyum satu sam
u depan dengan Bulan dipunggungnya yang dia g
n mesin motor dan Bintang turun dari jok nya. 'Malu juga sih udah agak lama berduaa
m salam balik nih buat kamu?" Goda Gibran membuat Binta
m salam." Gibran tertawa tanpa suara sebelum pamit. Teriak mengelegar
ngapain tadi di motor. Uwu uwu itu apaan Bang?" Bintang melotot malu luar biasa sampai men
beri jambu air dari dahang pohon yang tidak tinggi agar mudah digapai Bulan. Bocah itu mengang
itu tengah tumis kangkung. Sam mendekat padanya niat mengambi
isih? Pe
ibelakang Bintang. "B
r ngak? Sampai num
an! Kom
rumus f
PC kom
knya Ishak
h lidah perempuan itu justru terbakar. Alias panas. "Uhh uhhh." Lidah terjulur kelua
ngambil botol kecap dan kaca
ibawah Sam ada diatas meja maka dia. Kembali pada Bintang dengan menabu
. Makanya kerja itu ikhlas! Ja
iam saja. Tumis kangkung Sam cicipi ulang setelah pas rasanya.
.
an berbagai cerita terkecuali Binta
dah makan
: Lagi m
jemput yaa. Mau diajak
Iya mau.
i. Btw besok har
ang
tang boleh a
ang
aja deh di seko
diatas meja tanpa tangannya diajak menarih diatas layar. Mesk
walau cuma chatting de
ain ponselnya muluh mak
n kompor deh. Kamu!" Tunj
ak menanggapi ucapan Bintang, perihal ada ma
i. Sam harus bicara malam ini dengan Bintang. Ti
ditarik Sam di bawah pohon j
sih? Part
an
sibuk melihat chatting deng
k, kalau mama k
n biasa
am masalah! Berjuang b
aya apa tapi otaknya terus
pasang telingan kiri kan
u nikah gimana
uknya dihadapan Sam. "Bagus tuh, ngak ada pengangu
an mau aku, tapi orang tua kita. Pesan mendiang papa kamu?"
wajah sang papa rinduh yang menumpuk
kaya hujan deras. Tak menghiraukan kalimat
ibu rumah tangga sekaligus kepala keluarga. Dia bingung terima usul
ikan. Tubuhnya didekap Sam. Dengan menenangkan dia. Mey melihat d