TERI WOOLRIDGE
Anda mungkin suka
My Perfect Empress
Baekhyun_G Semua orang beranggapan, ia hanyalah beruntung terlahir dari keluarga kerjaan TangXin. Tak ada yang bisa di banggakan dari sosoknya, sikap arogan dan sombongnya, tubuh gendut dan riasan menor yang selalu ia poles pada wajah bulatnya membuat usianya nampak terlihat tua. Tak ada yang tahu mengenai prestasinya, semua orang hanya mengenalnya sebagai putri kerjaan TangXin dengan kepribadian buruk.
Xin Fahrani, gadis yang semua orang katakan beruntung terlahir dalam lingkungan kerajaan dan gadis itu pun mengakui hal tersebut. Ia sama sekali tidak peduli dengan segala ucapan semua orang, sebab ia berpikir dengan memiliki kekuasaan, kekayaan, kedudukan, serta dukungan dari Ayahandanya, ia bisa mendapatkan apapun meski penampilannya sangat jelek dimata semua orang.
Namun nyatanya, semua yang ia miliki tak mampu membuat pria yang ia sukai balik menyukainya. Hal yang tak terduga ia alami adalah penolakan dari pria pujaannya dihadapan semua orang dan hal itu memberinya luka dan rasa sakit dari patah hati yang terasa dua kali lipat menghancurkannya.
Xin Fahrani benci menjadi bahan olokan, ia benci di permalukan dan di rendahkan. Sikap arogannya menolak di perlakukan demikian, ia tak ingin harga dirinya kembali di injak-injak oleh orang-orang yang mengangapnya menjijikan hanya karna postur tubuhnya beda dari gadis muda pada umumnya. Lantas apa yang akan Xin Fahrani lakukan untuk membalaskan dendam dari rasa malu yang ia rasakan? Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed
Risa Bluesaphier Kisah ini dituliskan dengan latar belakang sejarah seorang wanita bangsawan kelas atas pada abad ke-15 di Eropa Timur, saat ini letak Cachtice Castle berada di dekat kota Bratislava, Slovakia.
Tokoh-tokoh nyata yang berada dalam sejarah seperti Elizabeth Bathory de Ecsed, Raja Matyas, Gyorgy Thurzo, dll., berdampingan dengan tokoh fiksi seperti Benca, Lorant, Arpad, Ivett, Gustav, dll.
Atas laporan dari berbagai pihak termasuk pendeta Lutheran Istvan Magyari, serta saksi-saksi lain, Raja Matyas memerintahkan Gyorgy Thurzo untuk melakukan penyelidikan terhadap Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, dia dinyatakan bersalah, termasuk mereka yang membantu kegiatan pembunuhan gadis-gadis muda secara sadis tersebut.
Dorka (Doratia Dentez), Anna Darvula, juga suster Illona Joo dan Johanness Ujvari, mendapatkan hukuman mati dari Raja Matyas, sedangkan Countess Elizabeth Bathory de Ecsed yang berstatus bangsawan, memiliki kekebalan terhadap hukuman mati. Maka dia ditahan di dalam kastilnya sendiri dengan hanya diberi sedikit celah untuk bernafas, dan makanan.
Pada 21 Agustus 1614, Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, meninggal dunia, ditandai dengan makanan yang tidak disentuhnya sama sekali. Maka setelah diperiksa, Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, ditemukan sudah tidak bernyawa. Hingga saat ini, Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, sering disebut sebagai Blood Countess, atau putri berdarah yang disinyalir telah membunuh lebih dari 600 gadis perawan dalam upayanya untuk menjadi tetap muda belia, dengan melakukan ritual mandi darah gadis perawan.
Kisah kekejaman maupun kegiatan ritual sex bebas yang dilakukan di dalam kastil Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, tercatat dalam sejarah kelam Roman Empire di Hongaria. Namun kisah ini hanyalah fiksi dengan latar belakang kekejaman sang putri berdarah yang menjadi inspirasi terhadap kisah vampire di Eropa.
Pelangi Di Atas Singasari
Wijaya45 Pembukaan
Di tengah gemuruh takdir yang melintasi Kerajaan Pedang Wangi, seorang ksatria muda bernama Mahesa berdiri di persimpangan antara cinta, pengkhianatan, dan pengorbanan. Pedang Wangi, negeri yang makmur namun penuh intrik, kini menghadapi dua ancaman besar: ambisi Joyorono dari Muara Ridek yang licik, dan pasukan Mong dari utara yang haus akan kekuasaan.
Mahesa, putra Arjuna dan Ken Rukmini, mewarisi kebijaksanaan ayahnya dan hati yang kuat dari ibunya. Namun, perjalanan menuju kedewasaan membawanya ke dalam pusaran konflik yang menguji moralitas dan keberanian. Dengan dukungan kekasihnya, Niken Wulandari, seorang wanita cerdas dan pemberani, Mahesa menyusun strategi berisiko tinggi: menjalin aliansi dengan pasukan Mong untuk menjatuhkan Joyorono.
Tetapi tidak ada sekutu tanpa bayang-bayang pengkhianatan. Saat kemenangan hampir diraih, Mong mengungkap niat busuknya untuk merebut Pedang Wangi. Di tengah perang yang mengancam kehancuran segalanya, Mahesa harus menghadapi pengkhianatan dari dalam istana dan menguak rahasia gelap masa lalu keluarganya.
Kunci untuk menyelamatkan kerajaan terletak pada Wesi Wangi, sebuah pedang pusaka yang hanya akan menunjukkan kekuatannya kepada ksatria yang rela berkorban tanpa pamrih. Dalam doa dan perjuangan, Mahesa menyadari bahwa takhta bukanlah tentang kemenangan, melainkan tanggung jawab yang mengorbankan ego demi rakyat dan tanah air.
Dengan aksi heroik, intrik politik, dan sentuhan mistis, Epos Mahesa: Pedang Wangi dan Amanah Sang Ksatria menghadirkan kisah mendebarkan tentang cinta, keberanian, dan pencarian makna sejati dari seorang pemimpin. Akankah Mahesa mampu mempertahankan Pedang Wangi, atau justru terjebak dalam ambisi dan pengkhianatan yang melingkupi dirinya?