Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jebakan Cinta SANG MANTAN

Jebakan Cinta SANG MANTAN

Ryanty_tian

5.0
Komentar
4.3K
Penayangan
47
Bab

Nada tahu, dia memilih cara yang salah dengan menjebak Ivander dalam ikatan pernikahan. Namun, hanya dengan cara ini dia bisa bersama pria yang telah dia hancurkan hidupnya. Nada ingin menebus dosa di masa lalu yang telah dia perbuat. Mampukah Nada meluluhkan hati Ivander yang telanjur membencinya? Apakah usaha dan pengorbanan Nada akan sia-sia?

Bab 1 JEBAKAN YANG MANIS

***

Ivander tersenyum bahkan tertawa

karena merasakan hal yang begitu menggebu dalam dirinya. Dia mulai merasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya, bahkan sekuat tenaga dia berusaha menolak dan rasa itu semakin menguat.

"Jangan menahan dirimu lagi, ikutlah denganku."

"Sialan," geram Ivander begitu kencang.

Nada, wanita yang saat ini telah berbaring di atas ranjang demi menunggu kedatangan Ivander supaya menerkam dirinya. Dia menatap lelaki itu dengan seksama, begitu panas nan menggoda.

"Kamu tampan," ujar Nada bangun dan menghampiri Ivander.

Ivander menggeram nikmat ketika Nada sudah berada di hadapannya, api gairah yang begitu besar membakar jiwanya.

Bahkan sentuhan ringan di lengannya seperti sengatan listrik yang seketika

membuatnya menegang, begitu panas dan bergairah.

"Jangan menahannya, lepaskanlah," bujuk Nada yang mengusap dada bidang Ivander.

"Sialan, berengsek." Ivander semakin mengeliat menikmati sentuhan Nada.

Ivander frustrasi, bergesekan dengan kulit Nada semakin membuat tubuhnya makin memanas tidak terkendali. Tangan mengepal kuat, menahan gairah yang mulai menguasai tubuh serta logika.

"Percuma kamu tahan, kamu akan menderita sepanjang malam," goda Nada pada Ivander yang sedang merasakan panas dalam tubuhnya.

Tubuh Ivander semakin memanas tidak tertahan, percikan api gairah mulai menguasai dirinya. Semakin dia tahan makin besar pula kesengsaraan yang dirasakan, sekuat tenaga tertahan tapi

hasrat kuat seolah memiliki jalan keluar dengan sendirinya.

Ivander ingin melepaskan deretan kancing yang melekat di bajunya, tapi ditahan oleh Nada.

"Biar aku yang lepaskan," desah Nada supaya membuat Ivander menggila.

Dinginnya AC tak terasa akibat tubuhnya yang begitu panas dan bergejolak kuat, Ivander semakin menggeram nikmat.

"Ivan." Suara indah terlontar dari bibir ranum Nada, mendengarnya saja sudah membuat tubuhnya bergetar.

Nada melepas kancing Ivander, dia buka dan ia tatap lekat tubuh indah yang ada di depannya.

"Aku akan membantu melepas nikmat ini, percayalah!"

Nada mulai mengusap pipi Ivander dengan lembut, lelaki itu menggeram kuat akibat sentuhan jemari lentik itu, sungguh serasa maut menjemput. Gejolak kuat makin menguasai, hilang logika dan kendali.

Ivander meraup kedua pipi Nada, mengangkat supaya tergapai olehnya. Kedua bibir menyatu, Ivander semakin dalam melumat bibir ranum wanita sialan ini. Ivander bahkan mendesah nikmat di

sela-sela pagutan mereka.

Bersentuhan saja sudah membuat sengatan listrik yang luar biasa hebat, penyatuan bibir mereka tiada henti dan semakin membakar gairah panas Ivander.

Jemari lelaki itu mulai turun membelai leher jenjang Nada, turun melalui tulang selangka dan berakhir mengusap punggung indahnya.

Robekan baju terdengar, Ivander melempar kasar baju itu entah ke mana. Dia semakin menggeram karena hasrat yang menggebu memasuki jiwanya, terlebih Nada semakin gencar menggoda dan membelai tubuh indah lelaki itu.

"Aku mencintaimu, Ivan," ucap Nada sepenuh hati di sela kecupan panas mereka.

Ivander sudah hilang akal, tubuhnya sudah tak terkendali. Panas dan menginginkan sebuah pelepasan supaya hasrat tersampaikan, tidak peduli siapa wanita yang ada di depannya saat ini.

Ivander melucuti sisa kain yang menempel pada tubuh Nada, bahkan dirinya sudah polos dan menggendong tubuh wanita itu tanpa menghentikan penyatuan bibir mereka.

Lidah saling bertaut, membelit dan mengabsen setiap rongga mulut Nada, erangan kecil membuat tubuh Ivander

semakin terangsang. Gesekan tubuh nan lembut semakin membuat hawa panas kian

tak tertahan.

"Aku mencintaimu, Ivan." Nada tersenyum mengusap kedua pipi Ivander, mencoba tersenyum meskipun terabaikan.

Kedua mata Ivander sudah berkabut dan kembali memagut bibir Nada dengan rakus, tidak ada celah bagi Nada untuk melawan karena malam ini dia akan menyerahkan segalanya pada Ivander.

Kehidupan, kesetiaan dan juga harta paling berharga yaitu kehormatannya.

Nada tahu, setelah malam ini semuanya akan berbeda. Tentu dia sudah menyiapkan diri sejak awal dengan kemungkinan yang ada, dibenci dan dihina.

Nada mencengkeram erat bahu Ivander ketika lelaki itu berusaha menembus dinding tipis dirinya, merasa terhalangi dan kurang kuat. Ivander memasuki Nada dengan kasar tanpa persiapan apa pun, wanita dalam tindihannya sangat yakin meninggalkan cakaran di beberapa

tubuh lelaki itu.

Nada berteriak akibat Ivander telah menerobos kesuciannya, tak tinggal diam begitu saja. Lelaki itu bahkan memagut bibir ranum Nada dan menghujam keras akan kenikmatan surga dunia, hujaman semakin menguat dikala gairah berada dalam puncaknya.

"Maafkan aku."

Nada berucap di sela-sela balutan gairah yang mengusai jiwa, tatapan mata sendu kini berkabut kian bergejolak dan membakar asa.

Sapuan demi sapuan gairah makin menjadi, melahap hasrat dan emosi kian menyatu. Logika tidak berarti kala hasrat makin menguat dan mematahkan egoisme otak, yang tersisa hanyalah luapan gairah tak terhenti.

***

Pagi menjelang, sinar-sinar kecil mulai menelusup melalui celah-celah gorden yang tertiup angin. Sapuan cahaya membuat Ivander mengerutkan kening dan silau menerpa matanya, tidur mulai terganggu terlebih tangannya menyentuh kulit halus yang bukan miliknya.

Ivander bangun dan merasakan pening teramat sangat, ekor matanya menatap punggung polos yang berada di samping. Seketika bayangan percintaan panas mereka menyeruak dalam pikirannya,

sialan.

Nada mulai menggerakkan tubuhnya, menyadari ada tatapan elang nan membara menatap dirinya. Wanita itu bangun dan

menutupi tubuh polosnya.

"Ivan, kamu sudah bangun?" Nada mengucek mata dan senyum indah terukir di wajah cantik itu.

Ivander tidak menyangka akan dipertemukan lagi dengan Nada, wanita yang teramat dia benci. Kini mereka malah

berada di ranjang yang sama dan tidak memakai apa pun, Nada telah menjebaknya.

"Kamu menjebakku?!"

Ivander mengingat kejadian semalam dan dirinya yakin kalau ada yang menaruh obat dalam minumannya.

"Jebakan yang manis bukan, kamu juga menikmatinya semalam," tukas Nada mencoba tersenyum.

"Rencana busuk apa lagi yang ingin kamu lakukan?!" Ivander menatap Nada penuh benci, wanita ini tidak berubah sama sekali.

"Tentu memiliki kamu lagi, Ivan," jawab Nada dengan lembut.

"Jangan bermimpi rencana kamu akan berhasil, aku tidak akan termakan oleh jebakanmu," hardik Ivander menatap nyala pada Nada.

"Tapi sayangnya kamu sudah masuk dalam jebakan dan tidak mungkin bisa keluar lagi," jawab Nada menyentuh tangan Ivander tapi ditepis olehnya.

Dan benar apa yang dikatakan oleh Nada, pintu terbuka dan memperlihatkan kedua orang tua mereka melihat ini semua. Seketika Ivander menatap Nada dengan tajam, sedangkan Nada hanya menaikkan kedua bahu dan menutup tubuh polosnya.

"Kalian berdua sungguh keterlaluan," teriak Jovin Mahaprana, Papa Ivander.

"Bukan dengan cara seperti ini kalau kalian ingin segera menikah," tambah Jordan, Papa Nada.

"Ini tidak seperti yang Papa bayangkan, aku sama sekali tidak melakukan apa pun dengannya," bantah Ivander tidak terima dituduh seperti ini.

"Maaf, Pa. Kami harus menyembunyikan hubungan ini," ucap Nada malah semakin memperkeruh suasana.

Ivander membulatkan matanya dengan akting yang ditampilkan oleh Nada, bahkan mulut lelaki itu terbuka karena tercengang dengan hal gila yang diucapkan oleh wanita di sampingnya.

Nada sungguh pemain yang hebat, pantas saja dia seperti rubah licik yang hanya bisa bersembunyi di balik paras cantik.

"Bersihkan diri kalian dan Papa tunggu di restoran bawah!" perintah Jovin menatap keduanya dengan tegas, seolah tidak ada bantahan apa pun dalam hal ini.

Jovin dan Jordan keluar dari kamar mereka, amarah Ivander seakan menguap karena Nada telah menjebaknya kembali. Ternyata Nada tidak pernah berubah, bahkan aktingnya jadi semakin bagus.

Nada bersiap dengan kemungkinan yang ada, Ivander pasti akan memaki dan menghina dirinya setelah ini. Sejak awal Nada sudah menyiapkan mental baja untuk menghadapi Ivander, apalagi untuk rencana gila yang telah ia lakukan semalam.

"Brengsek," teriak Ivander membuat Nada menghembuskan napasnya, guna mengurangi rasa takut yang kian menghinggapi hati kecilnya.

Kobaran amarah terlihat begitu menyala dari pancaran iris mata Ivander, ingin rasanya dia membunuh Nada saat ini. "Wanita sialan, belum puas kamu menghancurkan hidupku," hardik Ivander yang hatinya bergemuruh menahan luapan gejolak emosi yang selama ini terpendam.

"Maaf." Nada menatap Ivander dengan berani.

Ivander langsung mencengkeram leher Nada dan menindih tubuhnya, tekanan di leher Nada makin menguat. Napasnya mulai tersendat, wajah memerah kini terlihat dan tak ada perlawanan apa pun.

Air mata Nada mulai mengalir dari pelupuk mata, menatap nanar lelaki yang sangat dia cintai. Jika pun, Ivander mengambil nyawanya saat ini. Dia akan suka rela menyerahkan hal itu untuknya.

Nada terbatuk-batuk ketika Ivander melepaskan cengkeraman di lehernya. Akal sehatnya mulai kembali, menatap rendah dan hina pada Nada.

"Wanita gila," geram Ivander bangkit dan mengabaikan ketelanjangannya.

Langkah Ivander terhenti ketika Nada memeluk tubuh kekarnya dari belakang, bahkan lelaki itu bisa merasakan punggungnya basah akibat air mata Nada.

"Aku cinta kamu, Ivan."

Derai air mata Nada tidak tertahan lagi, dia sungguh mencintai Ivander sampai rela melakukan hal gila seperti ini. Nada memeluk erat tubuh lelaki itu, menumpahkan segala tangis dan rasa putus asa akan siksaan yang telah dia alami.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Ryanty_tian

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku