I Hear(t) You
terang benderang. Dadaku t
entar, Mama panggilkan dokter." Mama bur
ngat dingin terasa membanjiri seluruh wajah. Celakanya, tubuh terasa kaku. Dagin
ruangan. Mataku masih tetap membelalak, menahan nyeri yang teramat sangat
a dia ke ru
kin sekali. Suara tangisan Mam
r-benar kaku meski mata terus membelalak. Bahkan
etapi kemungkinan Dokter Terra, mengusap kedua mataku dengan telapak tangannya. Ah, syukurlah. Tangan itu
u beberapa alat sepertinya mereka tempelkan di bagian dada. Uj
selamatanku pada orang-orang ini. Apa aku akan mati setelah melakukan transplantasi? Dari yang aku baca dulu
ntu pernapasan. Aku bisa merasakannya. Benda yang kini mengurung hidungku ini mengeluarkan semacam gas, terasa sejuk
ampai lengah." Dokter Terra menjela
baru. Namun, kalau tidak segera ditangani, bisa berbahay bagi pasien. Begitu yang aku dengar dari penjelas
pai terlambat waktunya. Harus sesuai dengan yang sudah saya tentukan," ucap
. Aku bisa mendengar langkah berderap yang keluar beriringan. Tak lama setelahnya, suar
Sidney selalu memb
begini? Sialan! Pasti ulah
jiwaku. Sidney yang selalu tegar dan keras hati, sekarang berubah jadi lembek seperti ke
ma pasti turuti asalkan kamu sehat, Sayang. Kamu anak kami satu
t-ikutan melow. Sudah cukup aku menghadapi jantung
t nyata. Kalau itu nyata, jelas tidak mungkin. Aku masih di sini, di rumah sakit. Ap
rtidur saja. Siapa tahu, nanti aku bi
rsenyum lebar begitu aku membuka ma
Susah sekali bibir ini digerakkan
mu dipindahkan ke sini. Kamu
ak bertemu dengan sosok gadis itu lagi. Padahal, empat jam adalah waktu yang lumayan panjang. K
atau minum?" Mama b
apa, Ma?" ta
Kamu mau yang mana?" M
r saja
erlalu kesakitan. Untung saja masih diinfus. Kalau tidak, pasti aku akan disibukkan
psi anak SMP. Biar kamu ada temannya, gitu,"
aku kunyah dan telan buah anggur
P buat jadi teman aku? Alasan
knya selisih satu tahun dari akulah, Ma! Kedua, telat banget, baru sekarang ado
i Papa. Sayangnya, duduk saja aku tak mampu
ma kakaknya saja, Sayang. Beberapa hari yang lalu, kakak dia kecelakaan dan meninggal dunia. Makanya, Papa
" celetukku ketus. "Bisa saja, itu anak
ku dengan jari telunjuknya. Dia lantas menjelaskan kalau kecelakaan itu t
ri sanalah, Papa jadi tahu kalau gadis yang kecelakaan itu hanya punya seorang adik yang masih SMP. Tidak
gakan. Semua terkesan direncana. Ini sep
rra kalau kamu masih nggak