Terjerat Gairah Semu
. Tidak ada sedikitpun terdengar suara orang berbincang. Bi Lastri yang setiap hari selalu s
rat syarafnya yang beberapa hari ini menegang sembari menikmati 'Playlist' lagu-lagu me
agi berjuang sendiri membangunkan senjata pusaka milik suaminya yang mati suri. Ala
lan hatinya bahkan kadang-kadang sampai terbawa sampai pagi. Sepertiny
suaminya memberikan reaksi. Tetapi hari ini ia benar-benar tampak sangat malas melakukan apapun. Dara seakan sudah tidak p
tiga bulan ini ia sama sekali belum pernah memberi nafkah batin untuk istrinya. Dan itu rasanya sangat menyiksanya. Terlebih malam ini ia melii
ini ia sudah sibuk membongkar celanaku, mengusap dan mengulum, berusaha membangunkan kejantananku yang beberapa bulan ini mati su
gan matanya tampak erat m
berkata dalam hati, "mudah-mudahan istriku dapat memaklumi kelemaha
tengah terpejam menikmati nada dan alun
M
t, lalu perlahan memutarkan kepala dan menoleh ke arah suaminya. "Apa?" ia menjawab panggilan suaminya itu dengan acuh tak acuh. Sebentar kemud
ntur. Ia memahami kejengkelan hati istrinya, bahkan sebagai suami, ia merasa
cara normal, tetapi ..." keluh Guntur, terdiam sesaat sembari kembali membuang napasnya dan kembali berucap pelan, "punya
sangat malas untuk merespon percakapan suaminya itu. Ia tetap memejamkan ma
berusaha mencari informasi untuk mengatasi masalah Papa ini, semoga Gandi secepatnya mendapatkan infor
. Suaranya terdengar pelan, seakan memelas belas kasih dan peng
g aku tidak akan mengusiknya lagi! Aku tunggu sampai Papa sembuh saja! Aku sudah capek!" ucap Dara ketus, me
r ini benar-benar melukai perasaannya sebagai lelaki. Guntur hanya dapat meredam rasa sakit yang nyelekit dalam hatinya.
encoba untuk melingkari tubuh
iak membentaknya sembari mendelikan matanya yang bulat dan bening itu, "Papa tidur di kamar saja!" tolak Dara seraya menekan sikutnya ke dada
engusir
ta, "Untuk apa tidur berdua, jika Papa tidak bisa menunaikan kewajiban? Percuma, 'kan? Lebih ba
pedas sudah merobek hatinya. Tetapi, tidak ada yang dapat ia lakukan selain bersabar dan
napasnya panjang berulang kali,
ua belah telapak tangannya ke udara, lalu berucap pasrah, "ya sud
ergeletak di sisinya dengan gerakan yang pelan tanpa semangat. Melihat Dara benar-benar tida
sofa ruang tengah, perjalanan menuju ke ka
ang menghantam pernikahannya sangat berpengaruh terhadap kualitas hidupnya, kehidupan rumah tangganya denga
di villa miliknya, Dara sudah siap untuk menyerahkan semua miliknya, tetapi kala itu Guntur sanga
ng gagah seperti sebelumnya, tetapi harapannya pupus. Segala obat dari racikan kimia sampa
nggeram hanya terdengar dari dalam kepalanya saja, bergemur