Kekasih Satu Malam
h gadis itu. Kepalanya terasa sangat pusing dan semua seper
tanya seorang lelaki paruh baya yang b
dia mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan menyelipkannya di kantung ja
as lalu meletakkan gelas sembarangan di dekat vas bunga.
i urus," ucapnya sambil memegang dagu yan
ini kita akan jadi keluarga besar." Suara tawa terdeng
*
tai satu hotel itu. Ada yang berbicara, tertawa, makan, menikmati
nan tajam. Pria itu melihat ke segala penjuru ruangan tanpa minta sama sekali, semua tamu melihat ke arahnya.
aruh baya yang baru saja tur
angkan tatapan tidak suka karena panggila
itu Frankestein--pria paruh baya berjenggot dan berambut putih itu meralat ucapannya. "Si
satu, yaitu lantai khusus hotel yang berisi banyak hiburan mulai dari k
an diminum sambil kita membicarakan hal penting," oceh Frankestein. Dengan tanpa minta d
bawahan Frankestein mendekat ke arahnya dan membisikkan s
oleh Rai tanpa minta sama sekali. Jikalau saja bukan karena dia menerima tawaran kakeknya itu sudah pasti Ra
erpura-pura dan berbohong sambil mencari tau
u beberapa pria lainnya. "Maaf membuat kalian sudah lama menunggu," kata Robin D
sudah kalian bicarakan?" tanya
rnikahan ini. Sebelum itu mari ganti ke ruangan VVIP yang sudah saya pesankan agar tidak beris
ini sebelum terjadi pernikhan maka haru ada kesepakatan bisnis yang menguntungkan. Hal itu biasanya akan dibicaraka
a botol anggur. Rai hanya minum sedikit, tanpa bicara, dia hanya mendengarkan
ahan dan kami keluarga Frankestein akan menawarkan sebuah gudang di luar negeri, beberapa relasi di luar negeri, jug
n," sahut Rai akhir
awab Robin sambil tersenyum. Raut wajah Frankestein yang awalnya tid
risnya. Voy maju selangkah dan kemudian menyalakan tab
lima persen saja sudah akan memberikan banyak keuntungan. Jika hanya dibandingkan dengan penawaran keluarga dari Tuan besar Frankestein bisa dikatakan rugi. Karena tidak adanya j
t Robin dengan raut wajah tidak senang yang ditunjukkan. Frankeste
da seserahan yang menguntungkan kedua belah pihak apalgi ...." Voy tidak melanjutkan kata-katanya karena Rai mengangkat tangan kanannya memberikan sin
a?!" tanya Frankestein mencoba menyembunyikan amarahny
a sedikit dengan perlahan dan sangat elegan. Setelahnya dia melihat ke arah Voy, sekertarisnya itu
undingan itu Robin melihat ke arah jam tangannya sambil tersenyum miring. Robin lalu melihat ke arah anak buah di bel
lahnya. Tidak disangka keluar dari toilet kepalanya mendadak sangat pusing. "Tuan kenapa?!" tanya salah satu anak buah Rai yang sebe
*
asing dan gelap, terlebih lagi dia merasa sangat pusing dan tidak bertena
alam, salah satunya adalah Rai dan satu lagi adalah seorang bawahan. Bawahan yang menggunakan jas lan
uruh Rai yang ternyata adalah pes
Robin melihat ke arah Frankestein
ng sambil menenggak alkohol dengan sekali tenggak. Pe
dis di tempat tidur itu hanya bisa memperhatikan sambil terbengong karena tenaga
onggarkan dasi yang diteruska