Kekasihku, Kakak Tiriku
selalu menjadi pelindung bagiku. Aku mengintip dari balik pintu, berharap untuk tidak bertemu dengan Max yang kamar tidurnya berada tepat
kamar dengan pelan agar tak menimbulkan suara yang bisa memicu insting pende
ru tidak mau hidup hingga berulang kali aku mencoba untuk menyalakannya. Aku pun kesal, aku mencoba
" tanyaku pada pria yang masih asyi
gan langkah cepat ia berlari mengham
ahal saya mau berangkat ke kampus buru-buru hari ini," u
n motor itu, namun ia sama sekali tidak paham dengan
adi supir aja. Kalau masalah mesin saya nggak paham,"
Max juga akan segera berangkat ke kantor. Aku tidak bisa membuang-b
menggunakan gojek saja," sahut ku asal dan
alan, aku mendengar seseorang
m milik siapa suara itu berasal. Aku mendengkus pelan sembari memejamkan ma
u. "Untuk apa kau bertanya? Lagi pula aku tidak punya urusan apa-apa denga
perintah dariku, ucapkan selamat tinggal pada kebebasan mu
atu. Motor kesayanganku hari ini tiba-tiba s
erangan menuduhnya. Aku sangat tidak suka saat ada orang asing masuk dan berusaha unt
r mu bermasalah agar kau tidak bisa
hampir saja terlambat masuk kuliah dan dia hanya
i aku ada kuliah jam sembilan pagi, jika aku terlambat
Pak Handoko. "Pak, di mana kunci mobil nya?" t
obil itu kepada Max. Aku masih berusaha menghala
bagaimana, apa Bapak mau tanggung jawab?" tanyaku pada Pak Handoko. Aku mencoba
a macam Max. Sepertinya semua orang di rumah ini bersekongkol dan lebih menuruti apa kata pria itu. Apa mungkin karena Max memang s
jika sedang bersamanya. Aku tidak bisa membiarkan ini terus terjadi
n mengantarkan mu ke kampus," ucap M
berangkat dengan Pak Handoko dibandingkan dengan mu," ucap ku kasar padanya. "Pak ambil kuncinya kembali dan segera antarkan aku ke kampus
kan untuk mengantarkan Nona, lebih baik
ehnya, Pak!" seru ku menolak, lag
g itu dan kunci. Jangan biarkan ada orang lain masuk atau keluar melewati pintu itu," ucap Max memberi pe
membuat ku menjadi
ila!" teria
*
hingga sampai di depan pintu gerbang kampus, tak sama sekali pun kami berbincang. Yang ada di d
i tidak menegur tindakanku. Mungkin ia sadar jika aku sedang merasa
an sudah tidak peduli jika mobil itu akhirnya mengalami kecelakaan dan
mereka sedang mengobrol santai sebelum aku datang. Menyadari keda
Raka padaku. Aku meletakkan tas ransel ku dengan keras ke
gat kesal?" tanya Rina kepadaku. Sesekali gadis itu me
gitu sangat menyebalkan. Saking menyebalkan nya, aku sam
epanku merasa terkejut dan sekaligus bergidik ngeri. Pasalnya,
, Line.kau sangat mengerikan," t
ekali ia mengusap rambut ku dengan pelan lalu tersenyum manis di depanku. Dia
genggam ku. Aku merogoh salah satu kantung di dalam tas dan melihat siapa yang m