Paper Heart
emek hitam yang bertuliskan "Ruang Kopi" itu sudah menjadi pakaian yang menem
erti belajar, memakai baju bebas, juga menghabiskan waktu di kedai kopi favorit. Yaa itu adalah impian
– pas an. Kuliah adalah salah satu impian gadis itu, dan ia akan melakukan apapun caranya untuk bertahan disana. Uang smester yang syukurnya ditanggung oleh sa
double shot" Ucap Shena kepada pel
shen" Tutur seorang barista senior ya
lau bang Rei masih b
hetic dicangkir yang berisikan kopi cappuccino milik salah satu pel
dekat jendela, lelaki yang tengah sibuk dengan laptopnya sendiri "Yaudah bang, saya duluan ya" Pamit Sh
dah usang, itulah penampilannya saat kuliah tadi. Sedikit merapikan penampilannya dihadapan cermin yang tersedia d
setelah mendudukan diri dihadapan lelaki ya
datarnya yang sudah biasa Shena dengar. "Pulang?" lanjutnya sem
ngguk "Ayok, tapi aku mau makan du
ka
rio Mahesa, kekasihnya. Sudah menjalin kasih selama kurang lebih 1 tahun, tapi lelaki itu masi
20 itu kini melaju dengan kecepatan sedang, membelah keramaian kota parahyangan yang riuh. Rio , lelaki itu dahulu selalu protes jika
ra hati yang tak pernah ia serukan, karena gengsinya yang terlalu tinggi, ia tidak ingin terlihat terlal
*
memasukkan suapan pertama nasi goreng spesia
Tak tahukah lelaki itu bahwa Shena tengah berusaha membuat mereka berceng
proyek kamu sam
berbicara. Rio pun mengambil gelas yang berisika
n foto
mana progr
tangan kontrak, rencananya
wajahnya kali ini terlihat lebih berseri dar
u menatap kekasihnya itu yang sangat
g bol
gga
jawaban Rio, "buat apa nawarin
ajuk itu, tangan kanannya pun terangkat untuk menga
menyukai sekali dengan dunia fotografi, tak jarang hasil jepretannya ini terpampang di akun media so
li tak akan aku temui untuk beberapa kali" Tutur Rio pada Shena, saat
n kamera SLR sang kekasih, Rio selalu marah kalau Shena mengotak ngatik tanpa izin darinya, pernah juga satu kejadian Shena didiamkan oleh Rio karena ia menghil
io yang kali ini sudah s
memasangkan helm untuk kekasihnya, buang jauh – jauh pemikiran itu, karena itu bukan Rio sekali, jangankan he
ornya. Shena menghembuskan nafasnya kesal, lalu iapun nai
hena setelah Rio mula
lebih cepat at
cepat
ya
ya pada Rio, berusaha untuk mende
a a
ebih c
membuat senyuman seorang
at
kira Rio benar – benar akan berusaha untuk pulang lebih cepat, tapi sepertinya
lagi. Dan sisa perjalanan yang mereka lalui pun hanya dihabiskan dengan diam, menikmati udara malam kota parahyangan yang rasanya sangat menyejukkan. Shen
aupun mewah, tapi terlihat nyaman dan seperti rumah. Sudah tahun ke 3 perkuliahan, dan Shena tidak pernah pindah,
ya" Ucap Shena lagi setelah ia tur
mm
u gaakan kangen
ya
a a
buah hembusan nafas yang terde
ang menahan kesal. Rio itu selait irit bicara, ia irit juga dalam ekspresi, jadi sekalinya
, Shena berjalan menuju kost nya, memang mereka sudah seperti itu, sudah menjadi kebiasaan kalau Shena yang pe
*
rang perempuan diruang tengah yang menyambut Shena. Ia adalah Cindy,
ng terhampar didepannya, ini tidak lain dan tidak bukan karena ulah dari sosok Andrio Mahesa, yang walaupun tidak mem
g sedikit ngeri melihat temannya itu. Shena hanya terkekeh kemudian mendu
Cin, biar ga
sehari Bahagia, sedihnya seminggu" Sindir Cindy
caran" Balas Shena yang hanya m
deretan tulisan yang sudah diketik oleh temannya
dian anak" aihh aihh, mantul , mantap betul" Puji Shena yang tidak mendapatkan tan
dul tugas bagus Cin,
atapannya pada Shen
erhadap psikis mahasiswa" Tutur Shena yang
" Maki Cindy yang langsu
idur, mimpiin ayang" Ucap Shena ya
!" Usi
eh yang gapunya ayang
ng membuat Shena kembali tertawa,k
a masa orientasi kampus, saat itu Cindy tengah mengaduk – aduk isi tasnya, dan tak sengaja dilihat oleh Shena, perempu
nyari
seketika menoleh pada Shena
Cindy terkejut, perempuan yang tak ia kenal itu memberikan sebuah buk
enyelamatkan aku kali ini" Balas Cindy
sama
a selalu merasa malu jika itu dilakukan dihadapan Cindy. Sejauh ia mengenal Cindy, perempuan itu rupanya tidak lebih beruntung darinya, Cindy adalah anak ke 2 dari empat bersaudara, yang dimana ia suda
nyamanan Shen untuk bisa terus bel
luar tatkala mereka saling menangis dimalam hari, meratapi garis takdir kehidupan yang k
rapa bahu yang diharuskan l
erima bahwa mereka harus lebih kuat, menerima bahwa memang bahu mereka tercipta tidak unt
*