icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Paper Heart

Bab 2 Part 1

Jumlah Kata:1913    |    Dirilis Pada: 19/09/2022

emek hitam yang bertuliskan "Ruang Kopi" itu sudah menjadi pakaian yang menem

erti belajar, memakai baju bebas, juga menghabiskan waktu di kedai kopi favorit. Yaa itu adalah impian

– pas an. Kuliah adalah salah satu impian gadis itu, dan ia akan melakukan apapun caranya untuk bertahan disana. Uang smester yang syukurnya ditanggung oleh sa

double shot" Ucap Shena kepada pel

shen" Tutur seorang barista senior ya

lau bang Rei masih b

hetic dicangkir yang berisikan kopi cappuccino milik salah satu pel

dekat jendela, lelaki yang tengah sibuk dengan laptopnya sendiri "Yaudah bang, saya duluan ya" Pamit Sh

dah usang, itulah penampilannya saat kuliah tadi. Sedikit merapikan penampilannya dihadapan cermin yang tersedia d

setelah mendudukan diri dihadapan lelaki ya

datarnya yang sudah biasa Shena dengar. "Pulang?" lanjutnya sem

ngguk "Ayok, tapi aku mau makan du

ka

rio Mahesa, kekasihnya. Sudah menjalin kasih selama kurang lebih 1 tahun, tapi lelaki itu masi

20 itu kini melaju dengan kecepatan sedang, membelah keramaian kota parahyangan yang riuh. Rio , lelaki itu dahulu selalu protes jika

ra hati yang tak pernah ia serukan, karena gengsinya yang terlalu tinggi, ia tidak ingin terlihat terlal

*

memasukkan suapan pertama nasi goreng spesia

Tak tahukah lelaki itu bahwa Shena tengah berusaha membuat mereka berceng

proyek kamu sam

berbicara. Rio pun mengambil gelas yang berisika

n foto

mana progr

tangan kontrak, rencananya

wajahnya kali ini terlihat lebih berseri dar

u menatap kekasihnya itu yang sangat

g bol

gga

jawaban Rio, "buat apa nawarin

ajuk itu, tangan kanannya pun terangkat untuk menga

menyukai sekali dengan dunia fotografi, tak jarang hasil jepretannya ini terpampang di akun media so

li tak akan aku temui untuk beberapa kali" Tutur Rio pada Shena, saat

n kamera SLR sang kekasih, Rio selalu marah kalau Shena mengotak ngatik tanpa izin darinya, pernah juga satu kejadian Shena didiamkan oleh Rio karena ia menghil

io yang kali ini sudah s

memasangkan helm untuk kekasihnya, buang jauh – jauh pemikiran itu, karena itu bukan Rio sekali, jangankan he

ornya. Shena menghembuskan nafasnya kesal, lalu iapun nai

hena setelah Rio mula

lebih cepat at

cepat

ya

ya pada Rio, berusaha untuk mende

a a

ebih c

membuat senyuman seorang

at

kira Rio benar – benar akan berusaha untuk pulang lebih cepat, tapi sepertinya

lagi. Dan sisa perjalanan yang mereka lalui pun hanya dihabiskan dengan diam, menikmati udara malam kota parahyangan yang rasanya sangat menyejukkan. Shen

aupun mewah, tapi terlihat nyaman dan seperti rumah. Sudah tahun ke 3 perkuliahan, dan Shena tidak pernah pindah,

ya" Ucap Shena lagi setelah ia tur

mm

u gaakan kangen

ya

a a

buah hembusan nafas yang terde

ang menahan kesal. Rio itu selait irit bicara, ia irit juga dalam ekspresi, jadi sekalinya

, Shena berjalan menuju kost nya, memang mereka sudah seperti itu, sudah menjadi kebiasaan kalau Shena yang pe

*

rang perempuan diruang tengah yang menyambut Shena. Ia adalah Cindy,

ng terhampar didepannya, ini tidak lain dan tidak bukan karena ulah dari sosok Andrio Mahesa, yang walaupun tidak mem

g sedikit ngeri melihat temannya itu. Shena hanya terkekeh kemudian mendu

Cin, biar ga

sehari Bahagia, sedihnya seminggu" Sindir Cindy

caran" Balas Shena yang hanya m

deretan tulisan yang sudah diketik oleh temannya

dian anak" aihh aihh, mantul , mantap betul" Puji Shena yang tidak mendapatkan tan

dul tugas bagus Cin,

atapannya pada Shen

erhadap psikis mahasiswa" Tutur Shena yang

" Maki Cindy yang langsu

idur, mimpiin ayang" Ucap Shena ya

!" Usi

eh yang gapunya ayang

ng membuat Shena kembali tertawa,k

a masa orientasi kampus, saat itu Cindy tengah mengaduk – aduk isi tasnya, dan tak sengaja dilihat oleh Shena, perempu

nyari

seketika menoleh pada Shena

Cindy terkejut, perempuan yang tak ia kenal itu memberikan sebuah buk

enyelamatkan aku kali ini" Balas Cindy

sama

a selalu merasa malu jika itu dilakukan dihadapan Cindy. Sejauh ia mengenal Cindy, perempuan itu rupanya tidak lebih beruntung darinya, Cindy adalah anak ke 2 dari empat bersaudara, yang dimana ia suda

nyamanan Shen untuk bisa terus bel

luar tatkala mereka saling menangis dimalam hari, meratapi garis takdir kehidupan yang k

rapa bahu yang diharuskan l

erima bahwa mereka harus lebih kuat, menerima bahwa memang bahu mereka tercipta tidak unt

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka