Aegis of the Sun
tidurnya, duduk dipinggir ranjang jerami itu menghadap kearah jendela yang tertutup rapat. Cahaya hangat dari lampu minyak pun me
tersebut ketika dirinya terakhir kali keluar dari kamarnya karena terburu-buru. Biar bagaimanapun
endung dilangit. Edgar memutarnya hingga api yang menyala diatas sebuah sumbu yang te
t, lalu merentangkan kedua tangannya, membuka jendela kayu itu lebar-lebar,
sa ia rasakan ketika sudah tiba di Guild. Bukan karena ia berada disebuah atap yang sama bers
nyembunyikan kota kecil itu dari cakrawala. Menandakan bahwa hujan sebentar lagi akan tiba. Edgar bersyukur bahwa ia sudah tiba di Guild t
edaunan kering yang telah membusuk yang berserakan tepat dibawah jendelanya setelah pria
r kota dengan keheningan jejeran pohon yang langsung mengarah kesebuah hutan ya
batasan itu. Hujan akan turun kapan saja. Ini seharusnya musim semi, musim semi
r ini hujan datang tak pernah terprediksi kapan awan kelabu menumpahkan ton air ke kota kecil itu. Ortania bak kota yang
au memungut mereka semua. Dan kebetulan tumben sekali pria tua itu tak terlihat saat ini. Horald dan Juildith pun belum pulang. Kal
s pun datang tanpa ia pinta, dan berselang beberapa detik kemudian, tetesan air yang b
membuat ia menyukai aroma tersebut. Tanah yang kering diseberang luar kamarnya kini akhirnya basah karena gu
ggi. Disitulah Edgar harus menahan kulitnya yang terbakar s
ka semesta memberinya kehidupan. Hujan ini bagaikan sebuah Element al
mengetahui siapa yang baru saja berkata sesuatu padanya, namun setelah pandangannya menatap seluruh ruangan mungil itu, dia benar-benar ta
bahwa ia hanya salah dengar dan hanyalah sebuah halusinasi
tu hantu? Atau cuma sebuah angin yang berhembus memasuki jendela kamarnya, dan kebetulan sekali ia dalam keadaa
rang datang masuk kedalam kamarnya tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu. Jantung Edgar
mpermasalahkan kelancangannya. "Fyerith? Kau sungguh membuatku sangat terkejut." Desis Edgar
li sejak kau masuk begitu saja ke kamarku tanpa mengetuk pintu terlebih dahu
tu bersikap peduli dengannya. Edgar menggeleng pada akhirnya. "Tidak ada. Aku hanya, um.
bar. "Jadi," Kata Edgar kembali menoleh kearah luar jendela. "Apa yang membuatmu sampai kau masuk begitu saja ke kamarku, Fyerith
saja memberitahukan hal itu padaku tadi. Makanya aku lekas menemuimu untuk bertanya soal itu
terlalu berpikir berlebihan. Mana mungkin aku mau meninggalkan rumah ternyaman bagiku ini. Aku sudah menjelaskannya pada mereka, kan? Hanya mal
...