Hijrahnya Sang Kupu-kupu Malam
urang,
saya kasih tahu apartemennya, kuncinya akan saya titipkan ke
ernyata," kagum Nana sembari melangkah pergi
gkapi syaratnya!" teriak Fau
" teriak N
i ia benar-benar tidak ingin Nana menggugurkan kandungannya. Meskipun
perjalanan, pemandangan menyesakkan terlihat, di mana banyak wanita-wanita malam mulai berkeliaran, anak-anak kecil masih keluy
la dan salat di sana, seperti b
ahlah, jika jalan yang hamba pilih salah, tunjukan pa
jam delapan. Pemandangan Zakka yang sed
nya gue enggak? Eksklusif," kekeh Zakka sembari mengel
masih ada fotokopi KK dan akta di kantor, jadi aku hanya perlu ke kelurahan dan KUA setempat, tidak usah pulang," monol
embantu carikan aku apartemen," putu
mualaikum, Kan
i. Ada apa?" suara Almus
ai tempat tinggalnya bersama Nana. Almus kembali geram, i
n Abah dan Umi tidak akan setuju d
tus Fauzi, sebab ia sudah lelah ditanyai mengenai keputusannya. Ka
khirnya berhenti mempertanyakan keputusan Fauzi, biarlah Fauzi memilih
berkemas, sebab ia tidak akan lagi kembali
*
ribusi untuk membuat siapapun merasa tenang ketika melewatinya. Sayangnya, perasaan resah di hati Fauzi tidak terpenga
ya?" tanya supir taxi p
ti, ia kan mau mengambil berkas bukan pulang. Beribu maaf Fauzi ikrarkan dalam hati untuk Abah dan Uminya sebab ia akan menikah tanpa s
. "Loh, Gus Fauzi? Kok, di sini?" Seorang pemuda bersarung menghentikan langkah Fauzi.
nya langsung was-was, baru saja ia berdoa,
kajian malam," jelas pemuda itu. "Gus, Fauzi mau masuk,
a ikut masuk juga, sebab ia harus segera m
takan maksudnya dan membuat
i Jakarta? Mendadak
alismenya tinggi, di desa apa saja bisa menjadi hal yang seru untuk p
ia tidak enak dan segan, sebab para petugas lebih tua dari pada ia. Nam
g yang ramah dan juga sumeh. Namun, baru saja Fauzi bersikap dingin, jadi meraka terke
ebentar saya buatkan suratnya," uj
n juga dari pemuda yang tadi mengenalinya. Pemuda itu s
dan mengangguk dengan gugup. "Tolong rahasiakan kedatangan saya ke sini. Dari pesan
tersadar kalau ia tidak perlu bertanya. "Baik, G
siapa tadi?"
ikin,
Fauzi. Farikin pun tersenyum
-sama,
g ia temui setelah dari balai desa. Fauzi pergi ke kantornya dan menemukan sah
ja Fauzi. Ia adalah pemilik kedua bisnis sarung itu selain Fauzi. Kebetulan pegawainya sedang cuti dan
laikum," sa
m, Gus. Maaf lupa,"
i saya kembali lagi ke Jakarta. Oh, iya,