Phoenix Beracun
duduk diatas Kursi rias, segera memperhatikan Kaca jende
u harus mendapatkan kekuatan agar aku dapat menjadi orang yang bisa melindungi diri, dan lagi aku masih harus mencari di mana keberadaan Ibu!" Shulin segera bangkit dari tempatnya, lalu dia s
Jubah yang amat besar dan panjang, Shulin pun akhirnya mengenakan Jubah itu, dan dia segera berjalan untuk dapat menghampiri Jendela
am Pas
meloncat turun ke bawah, dengan cepat. Shulin berjalan sambil menundukkan Kepalanya. Tujuannya a
. Dan juga bola Mata biru menenangkan siapapun yang melihat. Semua orang yang berada ditempat itu tampaknya sangat terpesona akan kegagahan dan ke
Ayahnya. Dia malah, meninggalkan para prajurit dan membawa Kudanya menyusuri Pasar Lian. Yang tidak jauh dari Istana Wai Tansu. Pangeran Zhang Jiangwu yang tengah
dirinya kesulitan untuk bergerak. "Sebenarnya apa yang telah terja
angi jalannya. Saat itu juga ternyata Kedua Kakak tirinya sudah berada d
an dan mempesona dari rumor yang beredar," ucap, Rufei yang terl
an telapak Tangannya. "Sial, aku yang berniat meninggalkan tempat ini, siapa sangka malah terjebak k
lin kembali menundukkan Kepalanya agar semua orang tidak memperhatikan dirinya. "Ternyata ada tontonan yang menarik untuk mer
g terkejut segera dia memalingkan Wajahnya untuk dapat memperhatikan diri Shulin. Pangeran Zhang Jiangwu terus memperhatikan Shulin, dar
itu, kemudian sampailah dia pada jalanan yang sangat sepi d
n yang tengah memperhatikan bagian luar
sangat jelas. Akhirnya dia menghentikan langkahnya sejenak, saat dia berhenti bergerak, Batu kecil itu kembali terdiam. Shulin kemudian mulai memperhatikan sekitaran tempat itu. Lalu, Shulin kembali berjalan menyusuri ja
elah berada didalam Hutan, Shulin pun mengamati tempat itu dengan seksama. "Seingatku, Pria tua itu pernah berkata bahwa aku harus menemukan jalan menuju Lingkaran Bintang
telah jatuh diatas tanah. Shulin tampak masih sangat memperhatikan tempat itu, kemudian.... Shu
hulin cepat menghindar, sehingga dirinya tidak terluka oleh serangan dari Burung itu. "Bukankah itu, Burung api hitam! Hm...
hal itu tampak sangat terkejut. Lalu, dia segera menghindari Burung api hitam, dengan secepat mungkin. "Kuak!" T
a dengan cepat, Shulin melihat didalam Mulut Burung itu terlihat gumpalan api hitam yang membentuk bola
ngaja menyentuh saku, yang ber
a memasukkan Tangannya ke dalam saku jubah yang dia kenakan. Lalu, tidak lama kemudian raut Wajah Shulin tampak senang. "Aku tidak percaya, aku
m dan sedikit keputihan. Dan saat itu juga Shulin yang hanya berbekalkan Cermin
in yang tengah berhitung didalam batinnya, sambil terus memperhatikan bola api hitam yang semakin mendekatinya. Beberapa pantulan cahaya itu tidak mengenai tubuh Burung api. Akan tetapi.... "Tiga!" Saat Bola api sudah amat dekat dengan Shulin, munculah cahaya dari bola api yang terpantul itu. Dan benar saja, cahaya itu dapat tepat sa
itu membuat dirinya amat sangat curiga. Shulin menghentikan langkahnya, sambil terus memperhatikan sekitaran tempat itu. Dan... Br