Menikahi Suami Orang
terdengar berapi-api, tengah menggagahi seorang gadis cantik yang terbaring lemah di bawahnya
la matanya yang berwarna biru itu tampak sayu. Namun, walau keadaannya berantakan, rupa elok nan menawan tak bisa enyah begitu saja dari wa
pria berandal itu bersuara sembari memamerkan seringai yang buas. Seakan tak sabar me
kalau tidak ada yang mencicipinya. Muba
i
ia malah tersenyum sinis. Mengusap ludah tersebut
at, bagaimana kalau
ada sang gadis. Bibirnya yang gelap itu meny
uasa dan terus mencoba mengelak. Namun pria di atasnya se
gilanya. Lidahnya terasa sakit saat s
nampar pipi gadis
" Isak tangis terdengar pi
nahannya dengan sangat kuat. "Tinggal diam dan menikmati saja apa susahnya, sih?! Seper
yang sudah berantakan. Menariknya dan membuangnya begitu saja
? Hah?" Seringai tajam kembali t
jingan itu lagi. Namun yang jelas, malam itu hidupnya akan hancur jika ia tetap diam dan
Pria itu tertawa sadis. Terdengar pula bu
n lakukan itu padaku!" p
u, permohonannya itu ta
pakaian yang dikenakan gadis di bawahnya. Tetapi
bali pria it
terbaring. Tangannya mencoba meraih. Begitu mendapatkannya, ia langsu
itu mengerang. Darah m
g bocor, gadis itu memanfaatkan momen ters
. janga
ua tersebut, ia melihat dua lelaki lain yang sedang berbincang-bincang. Ia tahu betul
k ke arah mereka dengan perlahan, dan dari belakang, ia langsung melayangkan balok
kepalanya yang pening se
!" Suaranya naik pitam. Mencoba bangkit teta
ikan diri. Kembali
. hentika
ya masih bertahan. Mencoba menangkap gad
tu hingga pria tersebut kembali terjungkal. Lantas memukul ke
kedua mata pria
ria yang mencoba menodainy
alan ke arahnya dengan memegangi dahinya yang berdarah. W
ang desa! Kau tidak akan
ya melangkah mundur. Namun pria di datau akibatnya akan fatal!
gumpulkan keberaniannya yang tersisa
ara gadis itu terdengar lanth padaku, ayo! Aku tahu, gadis sebatang kara sepertimu ti
dalam diri gadis itu. Mengga
idak akan kubiarkan kau lolos, Bodoh!" Pria mengusap pucuk hidungnya. "Ayo kemari! Kalau kau
ingan sepertimu! Lihatlah dirimu itu, bahkan lebih buruk
melawan, atau akibatnya akan sangat bur-" Belum juga ucapannya tersebut terseles
ar
embali terdenga
itu dengan sangat keras. Berkali-kali sehingga sang pria benar-benar merasa
a itu ambru
selemah itu, kau dengar? Camkan itu, Manusia Bajingan!" ujar gadis itu denga
ya tak kuasa untuk bangkit. Dengan kemar
ERAL