If I Stay
versty, Gerb
ramah dan terdiam di detik berikutnya. Helaan napas panjang kembali terdengar. Kepalanya menunduk, menatap sepasang fla
engan sang kekasih dan mengobrol panjang lebar, dia malah lupa tidak kembali mengi
, sepertinya hanya akan membuang waktu saja. Entah untuk alasan apa lagi saat ini. Ara le
r spontan. Dia mengamati gerakan si pengendara yang membuka helm fullface-nya. Sepertinya dia tidak asing dengan postur tubuh si pen
ndi
eperti dewa penolong baginya. Senyumnya merekah, dia
akan terganggu dengan peki
au ngant
ggeleng setelahnya. Hal yang sukses
pa aku mau
hes tadi
arin tumpangan," potong Athes deng
a pria yang masih duduk di atas motornya. Sama sekali tidak memiliki
ring membuat orang-orang kesal. Athes bukan pria yang irit bicara atau dingin, malah pria itu cukup cerewet dengan mulut pedasnya. Lebih
erusaha menarik simpati pria itu. Wajahnya dipasang semelas
unya acuh. Dia menatap lurus ke depan, seakan tengah memikirkan sesu
dinilainya terlalu menyimpang dari topik sebelumnya. Ini Ara butuh tumpangan,
bisa
ra meng
mahmu kira-kira hanya 40 km, tidak terlalu jauh. Kamu bisa jalan kaki sekalia
ana bisa pria itu mengucapkannya dengan ekspresi santai, seakan tengah menyuruh seseorang m
ak mau nganterin, mending
belas kasihan, pria itu melajukan motornya meninggalkan Ar
r, tidak ada lagi orang yang dikenalnya. Sedangkan sebentar lagi hari beranjak malam. Ara tidak
aksi berhenti di sampingnya. Awalnya Ara tidak terlalu peduli, dikirannya it
a Au
ngerut samar dengan angguk
i ma
si." Ara menggaruk pipi kana
elum menujukkan sebuah pesan pada ap
Ara sendiri tidak punya aplikasi tersebut. Tunggu, tiba-tiba tatapannya tertuju pada kolom
tap akan pendek. Lebih baik naik ta
elakunya, dia seakan sudah bisa menebak dengan benar. Tidak ada satu orang pun yang memanggilnya kelinc