HOLD ME
menemui seorang lelaki bernama Baron. Lelaki itu adalah bandar n
rhatikan Martin yang sedang berlutut, mem
nyak dan sudah meminta lagi. Tentu saja lelaki bertubuh
aron juga sudah pergi dan tak m
g gelisah, karena sudah tiga hari dia tidak melin
?" Devan berkata sambi
buhnya yang mulai menggigil akiba
ia mulai menawarkan bant
melotot padanya setelah m
rus kasih Adek lo ke gue. Gimana?"
doh meski harus menjual Alice pada temannya itu. Persetan dengan Alice! Lagi pula gadis itu cuma
Martin menadahkan t
uah amplop yang cukup tebal pada Martin. Lelaki itu tersenyum
gue. Elo nggak berhak lagi sama dia. Ngerti lo?" Devan berkata sete
pain tuh, cewek." Martin langsung meraih amplop itu tanpa men
saja dia senang karena sudah
lam ini." Devan segera bangkit dar
k sambil mengusir Devan de
dalam hati seraya tersenyum mir
*
nti menciptakan suasana yang sang
tu malam. Kemudian terdengar suara mobil menepi di garasi. Alice langsung berbinar. Pasti Martin yang
van yang memasuki rumah. Bahkan pemuda
r tubuhnya menuju kamar. Namun tiba-tiba ada dua t
pai menjatuhkan handuk
n, Kak
ce berusah
rhasil mengangkatnya dan langsung
AA
nyum seringai padanya. Alice segera menarik selimut guna menutupi tubuhnya, karena
ernya memperhatikan gerak lelaki itu yang tampak menaruh sesuatu
i telinga Alice membuatnya semakin gemetaran. Dia harus segera
t gemetaran ingin membuka pintu. Tapi sial! Devan sudah mengunci pintu kamarnya dan e
u mulai berjalan menuju padanya sambil tersenyum smirk. Tidak, Alice
las. Namun terabaikan begitu saja, karena Devan langsung me
bibirnya pada ceruk leher Alice, dengan tangannya yang menyingki
enjerit, memukul pemuda bejat itu dengan kepalan mungilnya. N
lumatnya sampai menggigitnya gemas. Alice memejamkan matan
bergerak lagi karen
, Alice," bisik Devan dengan napasn
mbulatka
i tak bol
evan tersenyum seringai dan segera menindih t
k,
Devan telah berhasil merenggut
Ali
jah Alice dengan ciumannya. Napasnya terengah-eng
evan. Untuk pertama kalinya tubuhnya diperlakukan seperti ini. Semuanya sudah
a sakit yang menyelimuti sekujur tubuhnya kini. Rasa sakit yang
mbali meraih ciumannya untuk kesekian kali. Ciuman pertam
t kuntum mawar yang jatuh dan terpulai
u saja bercinta dengan gadis berusia 18 tahun. Kesucian itu sungguh memb
gh! Sak
emuda itu memulainya lagi. Dia t
beri 200 juta pada Martin. Jadi terserah dirinya
engar dari arah jendela, seolah
a putih dengan seprai putihnya yang kotor karena beberapa bercak me
gnya. Wajah tampan itu benar-benar bagaik
selimut di dadanya. Dia tak me
egera mengenakan pakaiannya dan mulai menurunkan
is
nya. Kemudian dia mulai berjalan lamban
a. Matanya terpejam erat meresapi nasib malangnya malam ini. Putus as
lenyap. Alice bersandar bahu pada pintu
angis s
a, Alice ka
ke dalam bathtub yang terisi penuh air dingin. Dia i
pasnya mulai sesak, dia akan segera melupakan semuanya. Tapi tiba-ti
a yang kam