KEKASIH HALALKU
an sama sekali, bukan tidak ingin menikah dengan Tommy tapi restu dari orang tuaku dan dia pun tak kami dapatkan. Alasan orang tua kami karena perbedaan agama, aku pernah membicarak
dari sangkar, aku bebas kemana aja dan apapun yang aku mau. Papa selalu sibuk dengan bisnisnya, tapi secara materi aku tak kekurangan. Hubunganku dengan Tommy awalnya hanya sebatas adik dan kaka kelas saja, tapi lama kelamaan pesona pria itu mengalihkan duniaku, dia adalah cinta pertamaku, dulu aku tak terlalu memikirkan perbedaan di antara kami, yang aku tau aku jatuh ci
luar cafe, aku benci Tommy, aku benci dia, hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku masuk ke sebuah taxi yang lewat di depan cafe. Dan meminta supir taxi berlalu ke sebuah club, aku ingin melep
tas ku, aku mencoba merahi dan menerima te
.." aku menerima telfon sa
n? Tommy di mana?" Ucap Maria di sebrang telfon, ternyata dia menelfonkan dan melu
u kenapa? Jangan bilang kamu l
Aku melanjutkan minumku, dan terus menangisi nas
ng, aku melihat Ma
ak Din, ayo kita pulang" bujuknya padaku, tapi aku tidak mau ikut de
Dia jahat Mar, jahat
tarik nafasmu, bicara p
gan pilihan orang tuanya, dan sekarang
gan begini Din, lihat tubuhmu, sungguh sangat kacau, kamu juga
an tahun dengannya, aku bertahan selama ini karena aku benar-benar sayang sama dia.
h cukup Din, kalau Papamu tahu kamu pasti habis
numan yang ada di depanku. Sekarang rasanya kepalaku su
an Dina, Pak bisa ke Clu
.
nya dia kelelahan Pak, tolong jempu
n seseorang melalu ponselku, aku me
u Papamu tahu soal ini" Maria memapahku berjalan ke luar club, ak
uknya sesuatu di punggungku. Aku terlelap saat seseorang membersihkan tubuhku. Sesekali aku mendengar suara bisikan d
aku bersedih atau melepas rindu, Tommy akan menemaniku seperti ini. Namun aroma tubuhnya saat ini berbeda dengan Tommy. Tapi
ka mata. Tapi aku tidak bisa mengenali dengan seseorang yang tidur di sampingku. Aroma tubuhnya seperti pernah aku cium tapi s
tahan. Tapi aku sudah tidak kuat lagi untuk menhannya dan aku berlari wastafel kamar mandi. Semua isi perutku keluar, aku memandang wajahku di pantulan cermin, terlihat wajah kusut dan sangat pucat. Dan aku tersadar akan
ajuku. Namun dugaanku salah, aku tidak melihat sedikitpun noda merah itu di sepre. Aku naik ke atas ranjang, menarik selimutku dan kembali terlelap. Rasa pusing dan lemas di tubuhku membuat aku males untuk beraktifitas. Di tambah masalahku dengan