Om, Please Love Me!
*
rius menuduhnya. Apa ini? Apa memang salahnya? Bagaimana bisa? Helena kembali berusaha mengacak-acak memori
shb
dan tetap semangat' terpampang jelas di dalam layar komputer. "Huaa
abar, sayang. Memang bukan jodoh kamu di sana. Kamu coba ik
au ikut mandiri. Biayanya mahal banget. Kasihan
mimpi sekolah tinggi-tinggi. Ujung-ujungnya kamu tuh cuma
endengar ucapan papanya justru semakin membuatnya jengkel. Helena berlari p
ntah ke mana. Dia benar-benar sedih saat ini
ang itu. Dia berdiri di pinggir jembatan dan menatap jauh ke arah depan. Ada banyak perahu kecil milik nelayan yang mencari ikan. Sungai ini memang merupakan
aku pengen sekolah. Aku pengen kuliah," rintih Helena sendu. Dia menatap
yang tertera di layar ponsel dan menggeser tombol hija
pa aba-aba. "Cuma Dion yang ke
ita bertiga malah tuh bocah yang hoki sih? Yaki
ahal yang berjuang banget selama dua tahun ini kita berdua. Dia yang keliha
ajar giat, loh!" sambung sebuah suara berat m
t. "Lagi bareng?
dia. Kirain bohong eh ternyata malah beneran. Ck, asem banget hidup kita,
ke man
Malam, klub baru nih
a dia! Nih bocah paling juga cuma
ku gampar?!"
rkekeh. Dia mengusap air matanya dan tersenyum kecil.
u banyak," sahutnya percaya diri. "U
ebelum akhirnya sambu
ya menjelaskannya ... Bagi Layla, uang yang berlebih di buang untuk pendidikan lebih baik di investasikan. Seperti itulah, menurutnya gelar sarjana tidak menjamin akan menghasilkan banyak uang tetapi dia harus mendapatkannya agar dia tidak di remehkan para bibi dan
kantoran dengan gaji yang lumayan namun tetap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya. Terlebih, ay
namanya juga terkenal sebagai komikus muda yang tampan bukan komikus yang berbakat, hahaha ... Bercanda, komik yang di buatnya sangat menarik, isinya tentang a
s lutut menampilkan lekuk tubuhnya yang padat. Layla yang mengenakan gaun bertali spaghetti, sementara Dion yang memakai
eriak Layla di tengah dentum
cokelat berukuran satu liter di tangannya. "Aku minu
malah membawa minuman susu atau yogurt yang entah bagaimana selalu berhasil dia seludup
, tak sengaja dia mabuk dan malah cosplay jadi ikan. Dia menggelepar di lantai dan terus berteriak 'blubub blubub seolah sedang tenggelam di air'. Oh astaga, itu memalukan sekal
palanya segar kembali. Persetan dengan dunia, dia ingin menyegarkan diri. Layla dan Dion beralih ke lantai dansa di sisi lain meningga
k pelan saat seseorang tak sengaja menyenggolnya. "Oh, so
nar minuman miliknya terbuang percuma. Oh, uang
rna merah milik Layla tampak menggoda. Mungkin, mungkin menci
pa-apa, deh," ujarnya m
back
gat tampan karena itu dia tidak tahan dan mengambil sembarang botol di meja orang lalu memaksa Gerald untuk minum itu.
n melirik dirinya sendiri. "Tunggu?! Kenapa hanya saya yang minta maaf di sini? Om juga salah! Kenapa om tidak menolak saya dan mau s
s menjawab pertanyaan Helena. Lagipula
lah, 'kan? Jadi, bukan saya satu-satunya yang s
ahu apa yang kamu masukin ke mulut saya sampai saya mabuk kaya gitu. Lagipula, saya bel
at matang, seperti mangga tua siap santap. Eh, ngawur! "Yah, pokoknya sekarang gimana? Om harus tanggun
kalinya buat saya! Harusnya saya yang minta pertanggu
. Udah setua itu masa baru pertama. Nggak mungkin banget. Masa nggak la
us? Yang pertama? Waduh! Dia juga merebutnya, dong. "Om, Om, mau s
na juga tak kalah bingung. Sebe
bisa menikah
om?" tanya H
ya cuma tidak ingin nikah. Jadi, ya gitu. Saya tidak bisa nik
pihak ini. Tetapi, dialah yang paling rugi! Gawang berharga miliknya jebol tanpa ikatan yang nyata dan m
tu kasih sa
isnya tak percaya. "Lagian, masa kamu rela tukar
angan yang lainnya sibuk memegangi selimutnya yang nyaris melorot. "Saya butuh uang buat kuliah. Kalau hamil, saya baka
m itu dari mulut seseorang yang baru saja dia tiduri, bahkan n
an saya transfer secara bertahap.
alu pada dirinya sendiri. Namun, Helena berusaha men
apa?" tanya Gerald de
m. Nama sa