Terjebak Cinta Mas Sopir
ari rutinitas pekerjaan, pergi mene
api, sudah hampir sebulan, sopir ku mengundurkan diri dan di
i aku b
lmarhum ayahku. Dia hanya bisa melirikkan matanya tanpa b
mar bersebelahan. Penghuni dua ka
alkan sekali. Mereka juga tidak pernah meng
ruhnya mendorong kursi roda
t. Beliau berhenti ketika melihatku berjalan ke
Mawar," sen
enyumnya. Hanya Bu Minah dan pak Jo
erbuat seperti itu karena hanya untuk
ngan susah payah. Memang tidak besar. Tapi, setidaknya diri ini
mono mempunyai penyakit Stroke. Selalu saja aku yang disalahkan. Mereka berpikir akul
e arah perkampungan. Cuku
kepada ibu sambungku, yang sudah mau mencint
Di sekeliling hanya terdapat poho
mobil dan memat
Aku menikmati sekeliling karena di sini sepi. Saat melihat
iii
ak pedal re
r suara
i?" Tanganku berget
n melihat kel
penasaran dengan benturan ta
melangkah dan melihat siapa atau ap
engering. Pakaiannya terlihat lusuh. Dia mengenakan Hoodie hitam dan jeans panja
a belum juga tersa
tak bergerak, akhirnya mau
ang tidak akan mampu membaw
kkannya ke dalam kursi penumpang di be
eolah menandakan
kembali ke mobil dan mel
lah nabrak orang segala. Unt
nda Wardah. Di sana pasti ada puskes
ang kendaraan. Hari mulai beranjak siang. Ketika aku sam
50an menungguku di teras rumah. Dia d
anak kesayangannya nih
alah nongol sekarang. Emang ban
e bunda. Udah bisa ngurusin
an bunda. Sini dong peluk bunda!" Ser
nda sambil mem
sung menghampiri mobil yang diik
ala yang tidak ga
karena ada seorang lelaki di dalam
r? Kenapa berlu
Tanya bundaku bertubi-tubi, ra
kita bawa ini orang ke rumah sa
ung saja War! Dekat kok
ya bunda!" Ajakku dan m
mobil ini sesu
berkeliling di kampung ini, itu hanya akan membuat kenangan lama t
embawa brankar. Mereka membawa pria ini
adi membaik dengan cepat. Sudah hampir tiga jam aku menunggu di dep
, ternyata dia sudah sadar
am diam. Seketika aku tersada
r. Orang itu sudah bangun dari pingsannya." B
dalam. Kamu panggil saja
rtugas hari ini. Kami berdua tergopoh
akit? Tanya bundaku padanya ketika k
aki kiri. Tak ada suara y
rdah menyingkir menjauh untuk memberikan kuasa pada dokter.
li Tuhan lebih menyayanginya." Suara bunda Wardah yang lirih terdengar pelan di
ah menjadi sendu
k begitu parah. Mungkin dalam beberapa hari
makasih atas semuany
ditebus di konter pengambilan obat." Se
ar jelas suara perut, aku dan bunda Wardah saling berpandangan,
a? Mau makan apa?"
kalimatnya. Pria itu mengangguk
an apa?" Tanyaku agar
u saja makanannya harus bubur Lis,
luar. Makanan rumah sakit gak enak." Uja
bisa disini?" Dia mema
anda di jalan kecil dekat h
menampakkan raut
kir keras. Aku mulai cemas, bisa saja