Perjanjian Cinta
AR
uah ruangan dalam rumah sederh
UG
mbali menciptakan sebuah asumsi, bahwa siapapu
ntara bibirnya ia bekap rapat dengan telapak tangan. Berusaha agar tangisnya tidak lolos terdengar oleh seorang lelaki paruh baya yang saat ini sangat
ang untuk menghentikan kekacauan ini, namun kakinya bahk
ang lelaki paruh baya tengah menyiksa seorang
ya itu pada gadis di depannya sambil menjamb
an dingin dan menantang. Tak ada air mata atau ucapan minta ampun yang lolos da
ran mendarat tepat pad
kata Kasto kepada keponakannya. Sementara Mila tetap memili
lantas melemparkannya ke tubuh lelah gadis itu. Lemparan itu tentulah terasa sakit, bagaimana tidak? Kamus yang sudah pasti berhalaman hingga ratusan lembar i
ok, sediakan uang tiga j
n aku gunakan untuk biaya sekolah Riska," ucap Mila dingin, mem
berdua, memberi tempat tinggal, memberi makan dan menyembunyikan keberada
ang banyak hanya untuk duduk-duduk dan berteduh di sekolahan. Belum lagi uang saku tiap harinya. Aku cuma minta tiga juta, itu jumlah yang tak seberapa dibanding dengan bia
ya dalam pelukan lembut. Hanya menangis yang mampu ia lakukan. Tapi kali ini ia lepaskan rasa itu, tak mampu lagi ia menahan sesa
but adik kesayangannya dan menghapus
buru siang. Sholatlah dulu, waktunya masih bisa untuk sholat. K
ir kran dengan keras, mencoba untuk menyamarkan tangisnya yang sudah sedari tadi ditahan. Ia merosot luru
justru luka dihatinya yang kini semakin terbuka lebar, berdarah da
*
a, selalu tertib dan nilai akademiknya memuaskan. Sekali-sekali meliburkan diri tak masalahkan? batinnya. Tapi
ng kak. Bilang saja kalau aku lagi tak ena
di atas meja. Nanti kakak juga akan berangkat kerja." Mila memang tak terbantahkan. Meski dengan bersungu
leh kak. Atau mau ku mintakan izin ke kak Pram?" tanya Riska menggoda sambil
bungsu hanya tertawa menang, memang ia kerap kali menggoda kakaknya itu. Respon Mila yang
lakukan aksi dorongnya. Gadis SMA itu mendadak memeluk tubuh kakakn
bil mengusap lembut helaian
nahan tangis, dan menenggelamkan wajahnya pada
emoga nanti sudah tidak lagi." Mila mencoba mencari kalimat yang menurutnya mampu untu
eburu siang, nanti telat
n kakaknya dengan mencium
imbang sesuatu. Berpikir keras, mencari sebuah keputusan yang mu
ia gunakan hari ini. Sekedar untuk menutup lebam yang ia dapatkan tadi pagi. Untung ia berjilbab, sehingga kerudung y
*
atnya mau tak mau menoleh pada sumber suara yang berhasil menginterupsi lamu
yata adalah Shella, temannya di tempat kerja. Dan t
ka harus berdiam diri tanpa kegiatan apapun. Maka ia mengajukan diri untuk ikut terjun langsung di perusahaan itu, sebenarnya Ny. Hanum menawarkan sebuah jabatan yang tinggi padanya, namun lagi-lagi ia tolak karena ia akan merasa bosan jika harus seharian berada
" tanya Shella yang kini sudah tak lagi terkejut
. " jawab Mi
n seperti ini bukan satu, atau dua kali lho ... , tapi seringkali. Ayolah Mil, kuatkan dirimu, buanglah rasa bahwa ia adalah pamanmu, karena pada
n, dan Shella cukup tahu, apa artinya itu. Dia hanya menggelengkan kepalan
lla pada akhirnya, sambil me
ya melaju, menuju k
B
into