Bukan Cinta Perempuan Biasa
ketika tengah merevisi laporan pekerjaan, aku mendadak merasakan perjalanan menembus alam lain. Yang
semasa Pakdhe masih hidup. Pupuh Asmaradhana, demikian jenis tembangnya. Atau mungkin Kinanti, mungkin ya
uk seperti yang kualami ketika itu. Membayangkan kembali tersesat di alam
engubah masa lalu, batinku. Terutam
as tahun sejak kami pertama bertemu, saling mengucap kata cinta, tersak
Kamar kosku yang terasa makin besar meski hanya berukuran 3x4 meter karena tak banyak interior yang berada di dalamnya. Hanya sebuah lemar
ergianku dari kota asalku. Dan di perantauan ini aku menemukan
h pepohonan rimbun sebelum menyebrangi Selat Bali dan tiga jam menuju tempatku saat ini
reka yang ingin sejenak melarikan diri dari hiruk pikuknya perkotaan. Dan juga bagi yang lainnya: tempat untuk mencari penghidupa
isatawan. Tentu saja profil dompetku yang lebih sering masuk kategori dhuafa daripada kategori
g dalam kos-kosan kecil yang hanya cukup berisi perabotan sederhana
ak pernah berjumpa dengan mereka di pagi hari d
mereka yang tengah bersiap pergi menuju tempat kerja. Dimana? Entahlah, tak berani sedikitpun aku berasumsi. Pasal di tempat seperti
, kebanyakan manusia sudah berkegiatan sejak subuh kala. Sekitar jam empat k
belum kutemukan tanda-tanda kehidupan. Meski sebenarnya di sini, pukul enam saja sudah terdengar say
asional yang kurayakan cukup dengan rebahan alias tinggal di kamar saja. Apalagi yang lebih membahagiakan daripada
. Tidak ada seorangpun yang tahu kalau sudah lama aku memang menekuni Yoga untuk terapi dan self heali
, sepertinya sudah terlalu siang untuk melaku
baik-baik saja, aku memutuskan untuk tetap b
yi. Sebuah pesan masuk dari Messenger. Dari akun yang tidak kukenali namanya,
H
Aku mengernyitkan dahi. Hampir saja langsung kuhapus pesan
sa Jawa dan Belanda tersebut - berkawan dengan salah sat
ia juga sepertiku. Tapi meng
ga meski dengan dua huruf yang sama. Plus ditambah tiga kata dalam bahasa
are
n latihanku sambil berusaha memfokuskan pikiran untuk bermeditasi sedikit demi
djo Rijsw
mana kabarmu sekarang?" balas sang pen
asa Inggris ternyata yang dijawab dalam bahasa Jawa
ka memang dia telah lama mengenalku, mengapa nama profilnya segala pakai
pa k
dak bisa mel
yang
foto profilnya, aku langsung terpana
, dan berpenampilan ala oppa Korea dengan kearifan lokal : rambutnya tetap hitam seperti kulitnya yang kini semakin men
djo
liar denganku. Rangga yang telah satu dasawa
gga