Bukan Cinta Perempuan Biasa
Satu kesempatan saja. Tidak ada lagi yang kedua.
ua yang berada di kejauhan namun terasa
udmu yang
daku selama hidup...kini wakt
udah mati saat in
an semua yang kamu mau ketika kita masih hidup, dan kini d
kucoba untuk mengingat suara pr
ya aku pernah be
denganku kah Rani? De
h sosok Pakdhe, lelaki tua yang telah lama kuanggap sebagai Pakdhe-ku sendiri. Aku begitu
d menjadi sesosok pria berperawakan tambun. Rambutnya yang ker
pai disini, Rani. Ayo, kembalilah ke duni
dhe kenapa a
ini masih belum waktunya. Ayo kembalilah
gen bercerita pada Pakdhe...
lagi banyak berbicara, akan kuminta Penjaga untuk membawamu kembali. Temuilah dia. Dan seles
a akhir hayatnya di dunia. Aku pun masih belum bisa mencerna perkataannya yang tidak sepen
akdhe pergi lagi? Aku
alinya di alam serba tak jelas ini. Aku mulai mencoba menyeka air
lagi mencariku di sini. Aku akan selalu menjagamu meski tidak bisa kamu temui lagi. Ingat, kal
aik menuju pinggangku dan mulai naik menutupi tubuhku hingga ke tenggorokan dan sem
.
an sekitarku, ternyata aku masih di kamar perawatan rumah sakit. Aku tak ingat apa yang terjadi
sudah kembal
adari jarum infus yang paling kubenci membatasi gerak lenganku. Ada apakah gerangan sehingga a
tanku kembali, namun kepalaku masih terasa berat dan pening tak terkira. Sema
t tidurku. Rasanya hausku rupanya menjadi. Kutegakkan posisi dudukku dan
mengusap mataku dan berulangkali kutepuk pipiku. Benarkah ini adalah dunia rea
kutepuk-tepuk. Macam orang linglung saja sendirian aku d
dan angkuh ini tanpa siapapun yang kukenal. Tetapi begitu kusadari, m
rgerak barang sedikitpun. Dan interiornya... Gambar dan tulisan yang ada di ruangan ini seperti tidak tercetak dari mesin digital yang biasa kutemui, malah seperti ha
model lama dengan koridor yang panjang menuju kamar masing-masing pasien? Kok tidak masuk ka
kirku. Kemana semua orang berada? Sebuah rumah sakit tidak mungkin sedemi
bukan busa pada umumnya. Sungguh terasa berat karena harus kuangkat dengan lengan kananku saja sementara yang kiri ter
endiri dari botolnya tanpa banyak drama. Dan tidak ada setetespun darah yang mengucur seper
tak bisa lagi bergerak saking takutnya. Tenggorokanku serasa tercekik ketika ingin mengucapkan sat
tolong
edu ketakutan ketika sinar itu mendekatiku da
hku... Perlahan tapi pasti kehangatan menutupi seluruh tubuhku
yang terucap. Sinar itu membungkus tubuhku d
Tuan Putri..." terdengar suara lain yang meny
ya membuka mata kembali. Akhirnya aku
ya siapakah sosok yang memba