Suami Kedua
dah sedari tadi Jonan duduk di atas lantai memeluk tepian
amar yang seharusnya tidak dipijak. Kamar Bagas dan Anin tentunya. Namun, Jona
. Pasti," kata Jonan
n di kening, tapi Jonan buru-bur
n, Jonan mendengar suara langkah seseorang menaiki
tang. Kamu nggak usah kh
n yang sedang berdiri di depan tralis pembatas tepian lantai
kamu?" tany
agas enteng. Bagas sama sekali tidak menoleh ke arah Jonan,
dengan Ela lagi
sontak membuat Bagas menoleh.
apa-apa, aku hanya
untuk menjawab, Bagas kembali menatap pons
paskan Anin." Jonan berpaling dari lantai dua da
yang ia tapaki. Menoleh ke kanan dan ke k
r Mama. "Kamu
ku lagi cari papa. Apa di r
i ruang kerjan
elempar senyum kemudian b
ya cari papa." Sasmita menaikkan satu a
n ketika sudah masuk
apa setengah te
sofa. Papa yang penasaran
nya papa. "Ap
elipat satu kakinya di atas sofa menghadap ke a
ahi. "Bicara? Soal
utkan sebagian wajahnya sambil menautka
agi. "Apa sih? Kamu jan
an mulai bicara. "Apa papa me
-rapat dengan pandangan lurus tanpa
amu tanya begitu?"
bersandar. "Waktu Bagas nikah, aku kan nggak
bingung. Papa baru ingat kalau saat Bagas menikah, Jonan sedan
odohkan?" Jonan mengu
ng papa jodohkan," kata papa kemudian. "Papa dan kake
h posisi duduknya menegak, Jonan bertanya lagi,
. Senyum seorang ayah yang terlih
tu," ujar Papa. "Tapi Anin ...
mengerutkan dahi. "Ma
api setelah papa dan kakek Anin memberi waktu beberapa bulan untuk sali
g tersebut, Papa langsung tersenyum. S
ereka bisa hidup bahagia
lu berdiri. "Apa benar mereka b
a, Papa berubah mengerutkan wa
... tanpa mereka berdua tahu." Jonan tersenyum t
o karena tidak paham dengan ucapan Jonan. Sepertinya kalimat
u kalau Anin masih suci. Entah benar atau tidaknya, tapi Jonan mendengar Bagas tak akan m
dang gerah!" perintah Bagas keti
n dari atas ranjang. Matanya yang masih terasa pedas kar
arkan selimut kemudian bersembunyi di baliknya. An
Anin. Pandangan Anin memutar mencari jam d
i, Anin beranjak angkat kaki. Menapak dengan sa
in sedikit berhati-hati tatkala menuruni anak tangga. Tubuhnya terasa
lirih. "Mungkin sebai
an lebih leluasa begadang. Setelah membuat mi, Anin berencana
eseorang sambil memeluk
n?" pekik Anin kemudian. "Ngapain kamu di sini?" Anin mele
Anin lagi. "Tidak ada. Aku hanya ingi
ra melepaskan diri. "Jangan begitu. Kalau
ngan di sini. Kit
ardik Anin
mencoba meraih pinggang An
in melotot sambil mengacungkan pisau. "Jangan macam-m
, barulah kemudian berlalu meninggalkan A
bir rapat-rapat. Anin mana tahu kalau ter