Istri Bodoh, Mantan Miliarder
tu berasal dari hati Lia sendiri. Dia masih harus pura-pura sibuk mengaduk-aduk bubur kacang hijau -
a manis kacang hijau yang seharusnya men
sarapan sebelum berangkat kerja!" Suara Mami Sandra yang tajam sudah me
ab Lia pelan, tanpa berbalik. Ma
diam-diam di kamar mandi. Tapi hari ini berbeda. Di saku daster lusuhnya, tersimpan uang kertas sepuluh
api di saku, dia punya power kecil. Kekuatan itu membuat bahunya tegak sedikit, dan kata-kata Mam
mengenyangkan enam perut. Semuanya harus dihemat, porsi airnya harus lebih ban
Lia. Itu rutinitas paling memuakkan. Lia harus menyodorkan kuitansi kecil (yang dia
gan beras seperempat kilo? Kan sudah saya bilang, pakai cabai rawit yang di pasa
Mas. Kalau aku beli yang busuk, Mami juga y
dua puluh lima ribu, besok akan saya kurangi jadi
menatap Dion lurus-lurus. Di kepalanya, dia sedang menghitung: Rp 20.000? Nggak masalah. Aku semala
aja," kata Lia,
espon Lia yang tidak panik seperti bias
rarti besok aku cuma bisa masak nasi sama kerupuk. Kalau Mami protes, Mas yan
gan ketenangan. Biasanya Lia akan merengek atau membela diri dengan emosi. Melihat Dion bungkam,
lah Alisa si Ibu Rumah Tangga Malang yang harus berjuang dengan Rp 25.000 dan dimarahi mertua karena telurnya kurang asin.
k skincare murahan yang dia beli dari uang cuannya sendiri. Pelan-pelan, penghasilannya mulai terkumpul. Tidak bany
ia, setara dengan sat
es habis-habisan karena katanya itu tidak islami). Celengan itu ditaruh di dasar lemari baju, di balik tumpukan kain batik yang jar
dia mau ke warung sebelah beli bawang. Padahal, dia menyelinap ke kafe kecil di seberang ga
uka laptop bututnya (yang dulu dia beli sebelum menikah dan tidak pernah disentuh lagi karena Dion bilang buang-buang
ia sajikan nanti. Selama satu jam itu, Lia adalah seorang wanita mandiri, yang punya uang sendiri,
tidak bertahan lama. Keja
belum berangkat kerja, memakai parfum yang lebih mahal (Lia tahu itu mahal karena dulu Mami Sandra pernah k
o anak-anaknya. Itu adalah senyum licik, senyu
etidaknya pura-pura tidur, setelah sibuk menyelesaikan de
kl
andi malam-malam begini? Biasanya Dion sangat menjaga jam tidurnya, takut
andi. Bukan suara orang buang air atau s
sebagai seorang istri sudah berteriak kencang. Dengan sangat hati-hati, Lia turun dari ranjang. Lantai
di. Suara Dion samar-samar terd
gen juga. Kangen
a
m dadanya. Sar... itu pasti Sarah. Mantan pacar yang selalu Dion puja-puja kesempurnaa
besok siang ya. Kan aku bilang, lagi susah di rumah. Istriku...
a dingin, bukan sakit. Bukan lagi rasa sakit yang meremas
a begitulah.
ia sudah mengurus enam orang dengan uang saku seadanya, mengorbankan tidurnya, menahan hinaan, hanya untuk
sana, mendengarkan sisa percakapan Dion yang penuh janji manis dan rayuan murahan. Setel
Lia berdiri di depan pintu kamar mandi, dite
anya Dion, suaranya sedikit bergetar. Dia lang
rah. Inilah saatnya dia menerapkan prinsip m
a, suaranya juga datar. Dia sama sekali ti
h curiga. "Oh. Ya sudah. Sana ambil
ti Dion, menuju dapur. Langkahnya t
ndela dapur yang gelap. Wajahnya terlihat lelah, tapi ada ki
dia punya cuan di celengan babinya. Dia punya kemerdekaan yang sedang dibangun. Berdebat d
a b
ranjang, pura-pura membaca buku, tap
Mas?" tanya Lia, sa
itu rekan kerja. Biasa, pr
guk pelan. Dia ta
moga lancar proyeknya," kata Lia, la
ia yang terlalu biasa itu justru membuatnya tidak tenang. Kenapa Lia
, kini hanyalah partner rumah tangga dan ayah dari anak-anaknya. Selesai. Masalah hati? Sudah di
is fiksi romantis tentang wanita yang meninggalkan sua
Dion mau main-main di luar, silakan. Karena saat Dion sibuk PDKT dengan mantan, Lia sedang sibuk membangun kekayaan rahasianya. Da
ang pejuang yang baru saja menemukan musuh sejati dan str