Kecurangan Maduku
u pag
robos melewati jalanan sempit, jalan pintas yang tak dilalui mobil-mobil besar seperti container. Jalan yang biasa di
din merogoh saku celananya, beruntung ada uang selembar berwarna un
kakaknya Rania. Rumah Rania berada tak jauh dari warung ini. Memutar stang motor, sebe
es Radit yang sadar jika l
ak dulu ya seben
bersama Angga suaminya. Berdiri dari dudu
inta anter Bunda?" Rania men
u menyayangi kedua keponakannya itu. Andin menyetandarkan motor ma
semalem aku dan anak-anak
unkan sibungsu. "Rendy
Mas Rendy reuni mbak, mungkin nanti siang pulangnya, tadi dijemput mas Tono."
kan televisi dan mengambilkan beberapa camilan untuk keponakannya. Andin me
nanti jam tiga aku mau berangkat ke Jakarta, ikut Mbak Wati." Andin menjelaskan al
ang tak beres dengan suami iparnya itu. Ia yang sama pegawai negeri seperti Rendy, ta
ni bertanya. Matanya sudah berkaca-kaca. Adik satu-satunya yang ia
untuk ngidupin kalian bertiga itu sangat cukup, untuk sekolah anak-anak harusnya juga ada, nant
ggak usah Kak, mungkin mas Rendy kasih ke adiknya yang mengurus ba
sa panas. Andin beruntung memiliki ipar
kan baik-baik saja. Andin tak melihat gelagat aneh dari suaminya. Andin begitu
ia memeluknya erat. Men
Radit dan Dini ya Mbak nanti kal
dimotor. Andin melangkah keluar r
embukanya mengambil benda kecil di dalamnya. Memberikan telepon pintarnya pada And
"Apa ini mbak?" Ta
kamu belikan nomor baru ya, setelah itu kamu kirimkan
benda satu ini sangat penting, sedang i
Ntar biar Mbak. . . " Belum selesai Ran
Kakak belikan lagi. Dan jangan berpi
yang susah payah ia tahan sejak tadi, a
or baru. Merogoh saku celana, ternyata tak ada apapun disana. Teringat jika tadi Dini diberi
intu masih tertutup rapat, lampu teras juga masih m
jung pulang. Andin bolak-balik keluar masuk rumah. Me
pasti ada nomor mas Rendy." G
. Mencari nomor suaminya. Setelah ketemu
belum pul
tanda centang du
dah dibaca." J
pan dek." Teriak
ik pintu. Rendy menjelaskan keterlambatannya pulang,
mbawa buah tangan untuk
a adalah berkumpul dan
hulu menitipkan Radit dan Dini tempat neneknya. Hatinya masih nyeri, teringat bagaimana tadi si bungsu meronta tak mau ditinggalkan. Ibu
suami tercinta, mencium tangannya. Berbalik melangkah memasuki bus. Andin melambaikan tangannya
gan Wati yang sama sekali tak nampak kesedihan diraut wajahnya. Mungkin karena Wati sudah biasa
udah pasti, tapi kalo kamu nangis terus begini, anakmu di rumah
jendela. Melihat lalu lalang mobil disana, tapi in
kedua anakku." Ucapnya dalam