Sekretaris Rahasiaku
n kantor dalam hiruk pikuk ketakutan. Ia telah mencoba mengirim pesan. Ia telah gagal. Ponselnya kini ada di saku ja
membawa mereka langsung ke ruang bawah
privasiku," desis Rendi, tanpa melepaskan pegangannya. Ia mendoro
"Anda mengintimidasi saya dengan Kesya. Apa yang sebenarnya Anda lakukan pa
k akan bertanya, Sekretaris. Tugasmu sekarang adalah menjadi wanita lain, seseorang yang percaya di
mengintai!" tuntut Rinka. Ketakutan itu memberinya keberanian. "Apa
i mungkin bahaya yang lebih mematikan da
r karakter, yang namanya disebut Ardi dalam email yang
erpura-pura menjadi Nyonya Rendi di de
ntuk mendapatkan apa yang kuinginkan, dan untuk itu, dia harus yakin aku adalah pria yang telah bergerak maju. Bahwa aku telah 'mengikat' seora
untuk manipulasi itu?
an tahu ada yang tidak beres," Rendi menggerakkan tangannya ke leher Rinka. "Hentikan pikiran konyol tentang Kesya dan Ard
ahal dari setelan jas Rendi mengelil
ndiri. "Tapi bagaimana jika Lusi mencoba mendekati Anda? Apa yang harus
yukai gagasan itu. Kecemburuanmu hanya akan membuatnya semakin ingin tahu. Kau har
sebuah distrik elit dengan rumah-rumah besar yang disembunyikan di balik pepohonan tinggi. Rinka melihat penampilannya di pa
oran eksklusif dengan fasad Eropa klasik. Sebelum pintu dibu
ak itu. Di dalamnya terdapat sebuah kalung berlian t
wah," kata Rink
ni, batas itu harus samar. Kau adalah wanita yang kubangga-banggakan," Rendi memaksa Rinka menghadapnya da
Senyum terbaik Nyonya
n percikan tekad. Ia akan memainkan peran ini. Ia akan menjadi permata yang maha
ivat. Di sebuah meja sudut, di bawah cahaya lilin temaram, duduklah seorang wanita. Dia sangat cantik, rambutny
nyumnya begitu memikat dan penuh rayuan, namun saat pandangannya b
am. Ia bangkit, menyambut Rendi dengan pelukan singka
tas yang tegang. Ia menarik Rinka sedikit k
ori murahan. Matanya langsung tertuju pada kalung di leh
ar Lusi dengan nada yang menyakitkan. "Aku kira kau hanya ak
di udara, namun matanya memberi pering
i adalah kesempatan pertama Rendi
ngan pribadi adalah hak prerogatif kami," jawab Rinka dengan sopan namun tajam. "Mungkin Anda t
sedikit melebar, bangga aka
" kata Rendi, memerintahkan dengan nada kasih sayang
au tahu betapa berbahayanya pria yang kau panggil suami ini? Dia bukan tipe pria yang jujur ten
Ini bukan sekadar percakapan ringan. Lusi m
jawab Rinka, suaranya kini terdengar yakin. Ia sedang ber
"Sayang sekali. Karena aku mendengar dia tidak hanya 'mengirim' ba
ma yang digunakan Ardi dalam emailnya mengenai Kesya
an untuk bergosip tentang masa lalu. Kau ingin bicara tentang tawaran ke
bagus, Rendi. Tapi kau harus meyakinkanku bahwa tidak akan ada pihak lain yang mengganggu k
juga menyebut dokumen itu! Ini bukan lagi sandiwara
na berusaha menahan amarah. "Kau tidak perlu khawatir. Apa
aku adalah satu-satunya yang memegang kontrol atasmu." Lusi mengambil napas dan melanjutkan, pandangannya tidak pernah meninggalkan Rinka. "Aku akan memb
ngan meminta Rinka untuk minggir, menguji batas kesabaran dan hubungan palsu
ja. Di balik lipatan kain di pergelangan tangannya, Rinka melihat bekas luka tipis, namun di se
inka menyipitkan mata, berusaha memastikan, Rendi tiba-tiba berdiri, tangan
intah Rendi, wajahnya merah pad
gai, tidak terintimidasi sedikit pun. Ketika Rendi menarik Rinka pergi, Lusi me
idak 'dikirim' begitu saja. Ada harga yang harus dibayar, dan