ABIKA (ABIMANYU DAN CEMPAKA)
er tubuhnya ke samping membebaskan dirinya dari kungkungan Abimanyu, sedangkan Abimanyu me
engerutkan dahinya ia menatap pada handle pintu yang terk
tu kursi dan mendudukinya sangat dekat, dengan Cempaka bahkan tangan kan
apatkan jawaban dari Cempaka juga tidak bergeming, ia juga dengan santauli meraih satu lemper dan membuka daun pembungkusnya dan malah menyuap
dak sibuk?" tan
kerjaanku hari ini dan aku menungg
menjawab apa pun karena tidak ada p
sekarang kamu mengacuhkan
ang tidak pernah dekat bukan," ujar Cempaka. Saat ia mengatakan demikian hatinya terasa seperti di remas-rem
an gadis ini. Toh selama ini Abimanyu berusaha menghindar lalu mengapa saat gadi
. Aku harus segera kembali ke Amerika
Sungguh pintar ia merawat tubuh dan wajahnya, desir kerinduan meresap ke dalam aliran darah Abimanyu
nyu yang sebenarnya hanya alasan saja, siapa tahu dengan de
tahun di sana nggak bisa begitu saja pindah sesuka hati karena kontrak kerjanya masih lama lagi." Cempaka enggan menyebutkan berapa lama kontrak kerj
dan berjalan ke arah pintu. Sebelum ia sempat memutar kunci, Abimanyu sudah terle
paka gugup. Benar-benar g
, seingat Abimanyu dua tahun yang lalu dada ini belum sebesar sekarang. Tangan Ab
sembrono!" seru Cempaka. Ia kemudian men
adanya yang berdetak tak beraturan, Cem
ak nggak!?" seru Cemp
kang. Jangan salah Abimanyu menangkap
sih. Namun tubuhnya benar-benar terlihat seperti wanita sekarang, walaupun jelas m
gan sesekali ia melirik pada Cempaka, hal itu tidak
paka nggak usah ke rumah ya? Masih ada
perti ini. Dulu ia senang sekali menghabiskan waktunya berkumpul be
kekasih di Amerika s
ering mengabaikan keberadaan Cempaka. Ia masih ingat betul saat dahulu Cempaka memergokinya bercinta dengan wanita bayarannya dan kemudian ia menyusul
an menutup pintu ada telapak tangan kekar menghalanginya. Telapak tangan milik Abimanyu mendorong
n pandangannya. Dahinya mengkerut pandangan penuh tanda tan
ncam dan sesak nafas karena berada cukup dekat dengan Abimanyu yang tampak marah dan matanya yang sayu
au. Pria itu juga susah payah berusaha menelan salivanya. Bau green tea bercamp
'O'. "Aku? Memang apa yang aku lakukan, aku b
tidak mengatakan apa
macam apa itu, mas. Ngaco!" ujar Cempaka seraya membere
dengan jejak air mata itu kemudian melumat bibirnya, memaksa bibir itu untuk membuka dan menyambut
bibirnya atas dan bawah secara bergantian. Ini sensasi baru untuknya, ia sama sekali belum p
rusaha menggerakkan kepalanya untu
uhkan dahinya dengan dahi Cempaka dan menghimpit gadis itu di dinding. Sebelah tangan A
bimanyu untuk berbuat lebih, kepalanya mengg
pinta Cempaka
dari Cempaka, murka. Ya, itu yang dirasakan oleh Abimanyu saa
yang sudah kau perbuat tadi," ujar Abimanyu dengan suara parau, pandangan mat