Love of My Life
adi tugasnya untuk menghidangkan minuman bagi para staff dan karyawan PT. INTI GRAHA ANUGRAH. Ia telah seminggu bekerja menjadi OG di perusahaan kont
atas ide-ide inovatif kakaknya yang luar biasa. Hanya saja apabila sudah dilaga dengan masalah budgeting yang ditawarkan, perusahaan kakaknya selalu dikalahkan oleh PT. INTI GRAHA ANUGRAH ini. Kakaknya curiga kalau ada orang dalam yang bermain di sini
agianya menjadi seorang ibu baru. Menurut Vanilla, menjadi seorang OG adalah jalan pintas untuk bisa mendekati semua jajaran di perusahaan tanpa kentara. Karena dari mulai staff kelas t
a khas OG demi, tercapainya misi besarnya. Ia ingin tahu, siapa yang telah ini menyabotase perusahan kakaknya yang
iland. Tanah kelahiran bundanya. Bundanya ini sebenarnya adalah seorang cucu raja Siam. Hanya saja karena bundanya memutuskan untuk mengikuti suaminya di Indonesia, maka konsekuensinya
ak Darwis yang baru mulai ngantor hari ini. Ruangannya juga yang biasa dipake Pak Darwis ya? Inget jangan salah!" Pandan nyaris menjatuhkan gelasnya karena mendengar kecemprengan suara Mbak Nanik. Salah seorang
mi misi perusahaan. In
a ditanggapi Pandan dengan seulas senyum tipis dan sopan. Laki-laki di mana-mana sama saja. Tidak bisa melihat kening yang mulus sedikit, pasti mereka sudah sibuk menggoda. Beberapa staff wanita memperlihatkan ekspresi tidak suka melihat kehadirannya. Pandan ta
tetapi tidak mendapatkan jawaban. Karena pekerjaannya masih banyak, ia bermaksud meletakkan kopinya di meja anak Pak Darwis saj
orang wanita muda yang pakaiannya sudah acak kadul tidak karuan. Kedua orang ini sama-sama tidak dikenali oleh Pandan. Tetapi pemuda yang sedang sibuk menukar salivanya dengan seorang wanita yang duduk
menurunkan wanita yang ada di pangkuannya. Sang wanita buru-buru membetulkan penampilannya. Sepertinya si wanita malu karena kepergok sedang melakukan adegan yang tidak senonoh di kantor. Pandan mengernyitkan keningnya saat
kali. Karena tidak mendapat jawaban barulah saya membukanya. Mungkin saat itu Bapak sedang sibuk." Sahut Pandan dengan wajah sopa
kankah Anda tahu kalau ini kantor? Sopan santun Anda di mana, h
n mereka belum ada di tempat. Saya hanya melaksanakan tugas saya. Bukan urusan saya melihat apa yang sedang berlangsung di dalam ruangan yang Bapak sebutkan sebagai kantor tadi. Karena pengertian kantor di sini menurut saya adalah tempat untuk
andan. Begini amat ya rupanya jadi orang kecil? Tidak ada sedikitpun keadilan yang di dapatkannya. Dari sudut mata Pandan melihat si wanita lawan laga bibir atasannya tadi menghampiri atasannya
bisa membuktikan kalau saya memang melakukan kesalahan fa
i kursi dan menghampirinya yang seda
geram. Pandan woles saja. Ia ini kan putri Revan Aditama Perkasa yang sangat jago jika disuruh be
ya hanya bertanya apa kesalahan saya? Wajar kan, Pak? Maaf jika kata-kata saya menyinggung perasaan Bapak." Pandan membungkukkan sedikit tub
kekerasannya. Kita harus lentur dan menarik ulur. Tapi ber
wan bukan? Mudah-mudahan saja Pak Hendrawan tidak tahu kalau
tasan barunya seketika memucat mendengar kalimat ambigunya. Sepertinya atasannya in
a in
tok..
iinterupsi oleh ket
san sampai membuat teli
ndan mendengar suara Mbak Rina menjawab takut-takut. Mungkin Mbak Rina jiper kar
gnya seketika gugup. Putra sulung Om Arkansas rupanya teman lama atasannya ini. Ai mak jang, bisa ketahuanlah ini samarannya. Pandan dengan cepat mema
Pandan berkeringat dingin. Ia bermaksud keluar rua
elah urusan saya dengan teman saya selesai, baru kita akan menyelesaikan semua masalah ki
ta? Lo aja
at berhasil mencapai pantr
s ya? Jangan mimpi kamu. Si Arsene itu pacarnya berganti setiap minggu. Kamu jangan kege-eran kalau dirayu-rayunya tadi. Dia itu tidak pernah se
aku untuk lo juga,
emiliki segalanya. Mereka suka mempermainkan perasaan orang sesuai dengan keinginan mereka. Orang-orang seperti ini sangat jarang mengenal kata cinta. Bagi mereka cinta itu adalah saat para wanita beramai-ramai berusaha m
rti waktu dulu. Kamu mencampurkan garam alih-alih gula." Sebuah suara bariton menyapa pendengarannya. Denver Delacroix B
am lagi dalam kopi, Bapak. Saya hanya akan meneteskan sedikit saliva saya di dalam kopi Bapak, agak
i memang gila. Kalau sudah punya mau, apapun akan ia terabas. Sifatnya sebelas duabelas dengan ayahnya, Om Arkanas. Pandan mundur-mundur risih hingga punggungnya membentur bak pencuci
lega. Untuk pertama kalinya ia bersyukur saat melihat wajah atasan so
u niupin matanya. Ia kan OG? Eh nama
an hati-hati. Ia tentu saja tidak menyert
rlu saya bantu untuk meniupnya lagi barangkali?" Tanya Denver s