Rosemary's Life Story
t mata memohon. "Mama sedang emosional saat ini. Biar kuhibur dan kuteman
Adiknya itu lebih memahami diri Mama. Dia pas
n kamar tidur yang luas itu. Saat melangkah menuju pintu keluar,
duga! Papaku yang baik hati, bagaimana mungkin dirimu sanggup menyakiti keluarga ini begitu rupa? Kauhancurkan kenangan baik dalam benakku tentang dirimu. Kukira kau
sembilu mengetahui ayahnya tidak sesempurna yang dibayangkannya selama ini. Lukman Laurens, seorang pengusaha kaya yang cukup terpandang di kota Balikpapan. Beristrikan seorang
ja, tidak menguburkannya sebagaimana tradisi keluarga kami, pikir
n menuju kamar tidurnya sendiri. Dihempaskannya tubuhnya di atas tempat tidurnya yang besar.
*
"Kan aku sudah bilang, Yang. Nggak usah dijemput. Aku tak ingin merepotkanmu. Masih bany
kesempatanku bisa berduaan denganmu, Wen," ucapny
erangkat saja menuju rumahmu, ya," ajak pemu
enia, satu-satunya kendaraan peninggalan Lukman Laurens disamping se
jut sekali. Dia pernah dua kali bertatap muka dengan ayah kekasihnya itu. Kelihatannya ia seorang kepala keluarga y
memergoki Papa sedang bergandengan tangan dengan seorang perempuan muda di mal sekitar enam bulan yang lalu. Ad
h bikin seluruh dunia tahu tentang
lsif. Kalau ada apa-apa, jarang sekali bisa menyembunyikan dalam hati. Tak peduli mereka sedang berada
etron saja, komentarnya dalam hati. Pasti menjadi
an menceraikan Mama kalau masih mengungkit-ungkit tentang perselingkuhannya. Papa mengaku selama ini merasa tertekan dengan sifat Mama yang terlalu menuntut. Papa be
puk bahunya. "Nggak usah dilanjutkan. Lain waktu saja," k
damu sekarang, aku bisa gila. Tak seorang pun di keluargaku yan
rus mencari tempat pemberhentian dulu, Sayang. Aku kuat
mobil Rosemary keras sekali dari depa
*
Gadis itu tengah menemani ibunya menjaga Rosemary di rumah sakit. Sudah lima hari kakaknya
berusaha menyadarkan putri sul
a terasa berat sekali. Sekujur tubuhnya kaku. Tempat apa ini? batinnya
ng berada di depannya. "Mama...Oliv...," uja
yukur. Ekspresi wajahnya berseri-seri. Sementara itu Olivia tampak berkaca-kaca sa
ukurlah Kakak sudah sadar. Sebentar Oliv
an dia sudah kembali bersama seorang dokter laki-laki setengah baya dan perawat. Olivi
keluar dari bilik tersebut. "Kakakmu rupanya masih ingat mobil ya
h, masih ada masalah lain, keluhnya dalam hati. Bagaimana caranya menjelaskan pada
*
tah tulang di sekujur tubuhnya pelan-pelan dipulihkan dengan obat-obatan maupun fisioterapi. Sedan
tang Owen. Namun pertanyaan Rosemary yang tak henti-hentinya akhir
Rose. Tepat di lokasi k
kemudian gadis itu berteriak-teriak histeris, "Tidak mungkin! Owen belum mati! Di