RAHASIA TAKDIR
lagi. Sembuh atau tidak, bukan lagi prioritas Aruna. Gadis berkaca mata i
ntuk tuhas akhirnya. Beberapa buku telah menjadi
una
a duduk laki-laki yang t
Restu itu mengangguk. Dia segera meng
rusan apa?" Aruna menyam
u lebih muda darinya, tapi segudang prestasinya mem
l mana
estu yang menunjuk kursi
a. Pemandanga
Aruna menatap sekelilin
stu tersen
lihat pemandangan jendela yang ternyata bers
gannya. Tak tahan menatap Restu berlama-lama. Tak ban
lagi-lagi Restu ters
a dan mencatatnya dengan serius. Tanpa sa
?" Aruna mendo
asyik mencatat. Maklum, dia harus memanfaatkan waktu deng
belakan
a hanya mang
a memalingkan wajahnya dari Aruna. Gadis yang dulu sempat
adis itu tertawa renyah. Berusaha mencairkan s
rah kan?" Selidik
tertawa, lega. Selama ini dia was-was karen
pas kaca matanya. Hatinya selalu
Wajahnya menat
a memiliki nenek dari pihak ibu. Kecelakaan beberapa tahun lalu, merenggut orang
a ungkap. Restu kembali mengangguk. Jauh dalam hati, Restu ingin mendekat dan memeluk Aru
a dan Restu ke
" Restu menge
natap Restu yang membuka mulutnya hen
rseragam SMA, Restu masih berseragam SMP. Mereka mengingat mom
" Restu menatap dirinya s
alau sekarang! Tapi
pan
saat mendengar pujian Aruna. Perasaan yang selalu Rest