The Ex Brother
aku bergegas turun dengan mendorong pintu tanpa
mi dengan senyum yang dipaksakan. Dia mengenakan terusan polkadot hitam dengan warn
mari kuantar kalian ke sana." Dia mengangguk
k, tapi Rhys menarikku ke sebuah lemari besar di dekat sebuah pintu
yang tidak terisi apapun, aku berusaha
am sini. Itu menandakan, lemari kayu tua nan koko
arang, tidak ada satupun orang di rumah ini yang berada di pihaknya. Kau hanya perlu merayunya dengan lembut, agar setuju menandatangani surat pernyataan jual
a padaku, dan mengerikan, tubuh bagian depanny
?" Dia bertanya dengan suara ya
saha menjawab sey
watir, karen aku akan berada di sana. Memperhatikan kalian." Dengan kedua matanya ya
bai
u, menghilangkan sedikit rasa ngeri
gkahnya. Jangan buru-buru, lakukan semua itu dengan baik. Ada hukuman dariku jika kau gagal, ZeeZee." Rhys mengucapkan namaku dengan
eolah dia pria sejati yang baik hati. Rhys menahanku dengan isyarat tan
n sekitar blazer abu-abu yang kukenakan. Dia menatapku yang mengernyit karena
rulang kali tentang caraku berjalan sesuai kesukaan target kami. Dan Rhys
iri. Berita tentang Tom, mulai sering menghiasi majalah dan surat kabar sejak itu. Bahkan rumor tentang Tom yang mulai be
udah mulai dibuka olehnya, dan dia mempersila
besar seperti Ayahku, dan caranya duduk mirip den
jelas terbaca dari wajahnya. Dia tampan, seimb
t sawo matang, bibir dan alis yang tipis, juga rambut hitam yang disisir rapi
etelah tadi melangkah sangat anggun-l
i, Tuan Tom
lalu menopang dagunya. "Selamat pagi, sa
arena aku tahu, ini belum apa-apa. Bukan saatnya ak
in dalam urusan yang hampir mirip seperti ini. Aku juga te
untuknya, dan menjadi pertama kalinya dia memberiku tugas. Dan tugas
ang mengatur napas?"
to boots-ku agar dapat memberi ketukan yang rapi dan terkesan t
sesaat. Memastikan bahwa dia terpengaruh, aku langsung duduk di pangkuan
memahami tipikal pria kesepian seperti Tom. Aku melihat ke ara
tapku, maksudku, menatapku dan Tom dengan tatapan tak berkedip. Sempat canggung, tapi
ke tubuh Tom. Aku tidak ingin terkesa
kondisi ini bukan bawaan lahir, jadi dia akan membutuhkan wak
bawah bibirku. Dia tersenyum senang, tetap dalam
l yang sama seperti ini padaku, di kamarku pada malam hari yang gelap gu
akan dia salah satu dari keenam Kakak laki-lakiku, ta
ak itu, aku selalu mengunci pintu kamar da
rena tadi, dia bisa duduk santai di tepi ranj
a aneh dan menjijikkan, meski aku j
ini sung
dia tidak mengangguk atau memberi isyarat lain. A
i aku," bisikku le
aku tahu itu caranya dalam meng
emuda
daripada sakit. Baru saja aku merasa ragu, Tom su
oba-coba
sam