JIWA YANG TERBAGI
di kamar dengan bukunya, Reza memandangi layar pon
ngkan waktu tadi siang. Aku sena
u beberapa detik sebe
olan kita tadi bikin aku i
i Karina da
pat aku berbagi. Rasanya menyenan
gatan dalam kata-kata Karina ya
ari di
nggak pagi ini? Aku ada meeting lebih aw
l menyeruput kopi. "B
mu kelihatan capek. Ada yang
biasa aja," jawab Rez
. Ia tahu kelelahan yang Mira lihat bukan karena kantor-melaink
ang Mulai
kapan mereka awalnya ringan, membahas hal-hal seperti pekerjaan dan kenang
waktu itu kita nggak berpisah, apa
membalas, membiarkan pertanyaan itu menggantung d
hidup selalu punya j
ohong, Za. Dulu kamu adalah orang ya
alam kata-kata Karina yang membangkitkan perasaan l
fe Fa
i bertemu. Kali ini mereka memilih kafe k
ai sekarang," kata Karina
ungkin karena aku
emerah. "Kamu nggak berubah, ya. Mas
lu," jawab Reza, suaranya lebih
u seolah berhenti. Bersama Karina, ia bisa melupa
salah ya
a, Reza duduk di mobilnya cukup lama sebelum masuk ke
kamar, Mira sedang terja
Meeting di kantor molor lag
arus aku selesaikan,"
uatu yang berat di dadanya. Kebohongannya semakin bertambah, dan meski
an Ka
impan di sebuah album tua. Di foto itu, ia dan Reza be
g. "Kenapa kamu harus datang
usnya terjadi. Tapi di balik logika dan moralit
Apartem
menatap layar ponselnya, membuka percakapan terakhir dengan Reza. Pesan itu
lam, Karina. Tid
a, Za. Terima kasih sudah
uarga. Tapi setiap kali mereka berbicara atau bertukar pesan, ia merasa seperti k
bunyi notifikasi dari pons
uga. Semoga
nangkan debaran di dadanya. "Aku ngga
Rumah Ta
erbicara dengan anak-anak. Reza baru saja pulang dari
i ulangan matematika!" seru putr
ab Reza dengan senyum lebar, meski
ok kamu bisa pulang lebih cepat nggak? Ada acara sek
ya, tapi ia tahu sudah ada ja
alau nggak ada meeting men
a ia ragu. Akhir-akhir ini, janji Reza s
ang Ber
ebuah restoran kecil. Pertemuan itu awalnya hanya maka
ta ikut festival sekolah dulu?" t
punya keberanian buat nyanyi di depan oran
ji Karina. "Aku masih inget semua ora
nyum. "Tapi yang bikin aku
belum ia menjawab. "Za, kenapa kita baru ketemu lagi sekara
Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini,
ir gitu. Tapi hidup punya
eski hatinya terasa berat.
ngan d
itu, Mira sedang duduk di
karena kita perlu bic
mencoba tetap tenang. "
hir ini? Kayaknya kamu selalu ada di tempat
ahu bagaimana menjawab t
pikiran, Mir. Maaf kal
lau ada apa-apa, kenapa kamu nggak cerita
, tapi ia juga tahu ada sesuatu yang telah berubah d
agi," jawab Reza, meski dalam hatinya
ambu