DI BALIK KEBAHAGIAAN PALSU
Adrian dan Rania. Mereka baru saja selesai mengadakan makan malam keluarga kecil untuk merayakan ulang tahu
r-benar pasangan panutan," ujar Tante Marni,
khir. "Terima kasih, Tante. Semua ini berkat Adrian juga, kok," jawabnya sambil merangkul len
sa," ucapnya sambil menatap tamu-tamu mereka. Semua orang tersenyum, menganggap momen itu ro
bersihkan meja makan, sementara Adrian duduk di sofa dengan wajah lelah.
eres?" tanya Rania dengan nada da
u. Lagi balas pesan kerjaan, penting," ja
hir ini, Adrian lebih sering menghabiskan waktu dengan ponselnya daripada berbicara deng
ya terus melayang ke masa-masa awal pernikahan mereka. Dulu, Adrian selalu perh
sering sibuk sendiri. Rania
ran ke Bali? Kamu bilang, kalau kita bisa melewati tiga tahun per
ksa email hanya bergumam,
dar nggak, kita udah jar
capek. Hari ini udah cukup panjang, dan aku cuma ma
ini, tapi ia tak ingin terus diam saja. "Kalau kita terus begini, Adr
ing tanpa menjawab. "Aku cuma butuh waktu,
ata yang menggenang. Ia merasa sendirian,
idupan tampak sempurna. Namun, di dalamnya, retakan kecil mulai te
bisa bertanya-tanya: Apa yang seben
isi ranjangnya, memandang langit-langit dengan pikiran yang kacau. Ia mengingat kemba
, ponselnya yang tergeletak di meja kecil sebelah tempat tidur terus berget
rik napas panjang, mencoba mengusir pikiran buruk, tapi
iam. Ponsel itu masih bergetar sekali lagi. Dengan tangan gemetar, ia meraih ponsel Adrian.
pi notifikasi di layar cukup untuk
enti mikirin kamu. Kita ha
rnah lihat beberapa bulan lalu di ponsel Adrian. Saat itu, Adrian beralasan bahwa Maya
sentak. Ia segera meletakkan ponsel itu kembali, berusaha terlihat santai.
p Rania dengan alis terangkat
emosi yang hampir meledak. "Aku
"Rania, kita sudah bicara soal ini. Maya
idak terdengar seperti teriakan. "Adrian, teman kerja nggak meng
jelas gugup. "Kamu salah paham. Pesan
dia? Kenapa semua ini harus disembunyikan?" Air mata mulai mengalir di pipinya, tetapi suaranya tetap tegas. "Kamu tahu, Adrian, ak
hu apa yang harus aku jelaskan. Aku... cuma butuh
Kamu butuh ruang untuk apa? Untuk teru
an itu menjadi jawaban yang lebih
harap ada sesuatu-apa saja-yang bisa membuktikan bahwa dirinya salah. Ta
ya dingin, datar. Ia berbalik dan keluar dari kamar,
atan mengalir deras, tapi di sudut hatinya, ada tekad baru yang perlahan muncul. Jik
ambu