DUA WAJAH CINTA
sudah selesai, tapi ia tetap memandangi layar tanpa tujuan. Saat itu
ol sama kamu di kafe. Aku jadi kepikira
ngatan dalam cara Raka berbicara, seolah-ol
obrol sama kamu. Jarang ada orang y
ng, ya? Dua orang yang sama-
ada yang mendengarnya. Jarinya
tu kesimpulan
mpulan cepat itu y
alu meluas ke hobi, makanan favorit, hingga film yang mereka suka. R
a Hari
semakin panjang. Maya mulai merasa seperti remaja la
engirim pesan lain
ku belum pernah merasa sesantai
yaman ngobrol sama kamu. Kamu kan tipe orang y
Ada sesuatu di kamu yang bikin a
agu untuk membalas. Tapi pada
hu aku sudah m
dup orang lain, May. Tapi aku juga enggak bisa bohong kala
napas, lalu te
. Tapi aku rasa kit
an bikin kamu merasa salah. Aku
Maya yan
harinya, ia bangun dengan senyum saat melihat notifikasi pesan. Malam ha
asa bersalah yang perlahan tumbuh. Saat maka
ria akhir-akhir ini," kata Ar
gar santai. "Mungkin aku cuma
us kalau begitu. Aku selalu
h pria yang baik, suami yang setia. Tetapi mengapa per
u, di Ka
media sosial dan melihat foto profil Raka. Senyum lelaki itu
tar. Sebuah pes
apa, tapi aku sering mikir
ak benar. Kita enggak
pi apa kamu juga ng
diri, mengatakan bahwa semuanya biasa saja. T
Aku takut kalau kita lanjut,
ing berarti, May. Aku enggak minta banyak. Ak
dirinya yang ingin memutuskan percakapan ini, menghapus semua jejak interaksi mereka. Tapi di sisi lain, ia tak
mutuskan untuk mem
a cara kamu bicara. Tapi aku e
, May. Aku cuma mau kamu tahu kalau aku ada di sini. E
an itu seakan membebaskan,
Berik
terus melayang pada percakapan dengan Raka semalam. Ketika ponselnya berbunyi, ia
duduk di balkon menikmati teh,
yang kemarin. Kalau kamu e
ak yakin ini id
May. Enggak ada yang s
menimbang-nimbang. Akhirn
. Tapi eng
nggu. Duduk di poj
e yang
i, mengenakan kemeja biru muda yang digulung hingga
ri untuk menyambutnya. "
ugup. "Aku cuma pun
ujar Raka sambil tersenyum, lalu memanggil
ca, hobi, hingga buku favorit. Namun, Raka puny
"ada sesuatu tentang kamu yang bikin
tap wajah pria itu
salah, kan?" kata May
l kamu lebih baik. Kalau itu salah, maka aku
ta itu. Ia tahu ia harus menghentika
ahu harus berkata apa
ku cuma ingin kamu tahu kalau aku ada
ri, di R
rkan bagaimana Raka menatapnya, bagaimana pria itu men
g, Maya mencoba be
tanya Arman sambi
," jawab Maya singkat, mencoba menye
dah tertidur, Maya kembali membuka
a ketemu hari ini. Semoga
, Raka. Aku j
rol lagi. Tapi aku enggak ma
semakin jauh dari sekadar "teman bicara." Tapi untuk pertama kalinya
ambu