Di Bawah Bayang-Bayang Prajurit Tangguh
ah bangun dan duduk di meja, membuka laptopnya yang sudah mulai usang. Sejak beberapa minggu terakhir, ia menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari mencari
sti berbeda," bisik Damar pada dirinya sendiri, mencoba mengusir perasaan
nnya, meskipun ia tahu persaingan sangat ketat di kota besar ini. Tanpa membuang waktu, ia mulai menulis ulang surat lamaran dan memperba
asa sedikit lebih kuat, lebih siap untuk melangkah ke dunia luar yang keras ini. Damar tahu bahwa dunia tidak akan member
pa tempat dan menyerahkan lamaran secara langsung. Pekerjaan yang ia cari mungkin tak akan datang begitu saja dari aplikasi online. Terkadang, k
tidak memperdulikannya. Ia mengingat kata-kata ibunya yang selalu memot
ang mencantumkan lowongan kerja. Tanpa berpikir panjang, ia masuk k
sa bantu, kalau ada yang membutuhkan karyawan," kata
epat waktu. Kami memang sedang mencari barista baru, tetapi saya butuh s
rapan muncul. "Tentu saja, Pak. Saya siap
percakapan. Walaupun pekerjaan itu tidak sesuai dengan bidang yang ia inginkan, Damar merasa itu adalah awal yang baik. Set
rat lamaran yang sudah dikirim masih ada di sebelahnya, tetapi sekarang i
an pekerjaan yang Damar harapkan, tapi Damar tidak akan
mar menerima balasan. "Ibu bangga padamu, Na
ang mengalir dalam dirinya. Mungkin pekerjaan ini bukan akhir dari perjuangannya, tapi itu adalah langkah pertama m
melakukannya dengan sebaik mungkin. Setiap pagi, ia datang lebih awal, mempersiapkan segala sesuatu sebelum kafe dibuka. Ia belajar cara membuat kopi d
tunya adalah Dita, seorang barista senior yang selalu terlihat lebih percaya diri dan menjadi favorit manajer. Sejak hari pertama Damar bekerja, Dita tidak pernah berbicara banyak pa
sibuk membersihkan meja, Dita me
a-coba cari perhatian di sini, ya. Semua orang di sin
menciptakan masalah. Namun, perkataan Dita itu mengganggu pikirannya sepanjang hari. Ia mulai meras
buah cangkir kopi yang baru saja ia buat untuk pelanggan jatuh dan pecah di lantai. Damar segera membun
sini?" tanya manaje
, Pak. Saya tidak sengaja
nggapi lebih lanjut, Dita tiba-t
an kecil yang merugikan kafe ini," katanya dengan nada yang terdengar lebih pedas daripada bi
i. Ia merasa seolah-olah seluruh kafe sedang menonton dan menilai dirinya.
sikan ini nanti," katanya datar
enangan, lalu berjalan pergi
amah kepada pelanggan dan rekan kerja lainnya, kini mulai menunjukkan sikap dingin dan acuh tak acuh padanya. Setiap kali Damar melakukan kesalahan sekecil apapun,
mar dipanggil oleh manajer ke ruang belakang. Di
a selama beberapa hari terakhir, kamu telah membuat beberapa kesalahan yang mengga
hatinya mulai terombang-ambing. "Pak, saya... saya mohon maaf. Saya tidak be
r, tapi tidak ada progres. Saya khawatir jika dia terus bekerja sep
, saya tidak pernah bermaksud merusak kafe ini. Saya hany
r, saya akan memberi kamu satu kesempatan lagi. Tapi kalau ada
uk. Rasa marah dan kecewa bercampur dengan rasa tak berdaya. Ia tahu ia sedang di
enghadap ke jalan. Ia merasa sangat kesepian. Bahkan, di tempat yang penuh orang, ia merasa seperti tidak ada
. "Bu, hari ini saya difitnah di tempat kerja. Saya merasa
k. Jangan biarkan orang lain merusak semanga
bunya. Ia tahu, meskipun dihadapkan dengan fitnah dan kesulitan, ia harus terus berjuang. Ia tidak bisa mem