CEO: Kepincut Cinta Biduan Cantik
lang tahun ke-10, sebuah acara besar yang dihadiri oleh kolega, mitra bisnis, dan beberapa tokoh terkenal. Dekorasi mewah
penyanyi, tapi juga harus membawakan beberapa lagu khusus yang diminta oleh panitia. Gaun biru tua ya
i bukan pertama kali, kan?" Mbak Le
bak. Aku cuma... nggak biasa ta
ng jatuh cinta," Mbak Leni tersenyum lebar, memberi tepukan lemb
dengan beberapa rekan bisnisnya, wajahnya tetap dingin dan serius seperti biasanya. Kehadirannya membuat Rania sedikit te
pada pembicaraan dengan koleganya, matanya sesekali melirik ke arah panggung. Ada ses
adi hening. Suaranya mengalun lembut, membawakan lagu yang penuh emosi. Semua mat
buk. Para tamu kembali ke percakapan mereka, dan Rania melangk
a panitia acara mendekati
i, tapi ada masalah," k
ania bertanya, me
uk lagu terakhir nggak bisa datang.
pernah berlatih untuk lagu itu. "
taan khusus, penampilannya harus emosional karen
merasa tidak cukup siap. Namun, melihat wajah pa
ang kebetulan berada di dekatnya memperhatikan k
k yakin dengan lagu i
anya ingin memastikan semuanya berjalan lancar.
akin, lebih baik tidak usah memaksakan diri
erima kasih atas peringatannya, Pak Dimas, tapi saya tah
tegasan Rania. "Baiklah. Semoga berhasil,
enangkan diri. Ia tidak akan membiarkan
-
ng, napasnya sedikit berat. Namun, saat ia mulai bernyanyi, semua keraguan perlahan mengh
a. Penampilan Rania kali ini berbeda. Ia bisa merasakan emosi yang mendalam
ahkan berdiri, memberikan penghormatan atas penampilan yang luar biasa. Rania membungk
i ke ruang ganti, Dimas sudah m
" katanya, nada suaranya leb
nia singkat, masih menco
as. "Anda punya bakat besar. Tapi saya masi
rena saya harus. Saya punya tujuan, dan in
ania bukan wanita biasa. Ada sesuatu yang membuatnya berbeda-keteguhan, keb
Anda selalu mulus," katanya ak
dalam hatinya, ia tahu ini bukan akhir dari pertemuan mereka. Ada sesuatu tentang
-
os, ia duduk di depan cermin kecil
a bayangannya sendiri. "Kenapa dia selalu terlih
ya. Dimas hanyalah salah satu dari banyak orang yang ia temui d
imas telah meninggalkan jejak yang sulit diabaikan. Jejak
ela, memandangi jalan-jalan kota yang dipenuhi lampu neon. Namun, pikirannya tidak ada di sana. Sosok Rania terus munc
a sendiri. Biasanya, wanita yang ia temui di acara-acara formal ini selalu bersikap manis, mencoba mencari celah u
seorang penyanyi, tamu yang kebetulan ada di acara itu. Tidak ada hubungannya dengank
agi di benaknya. "Apa tujuan itu? Kenapa dia memilih jalu
uaranya, seolah-olah ia memahami makna lagu itu lebih dalam daripada siapa pun di ruangan itu. Bahkan dir
sa penasaran biasa. Namun, dalam hati kecilnya, ia tahu itu lebih dari itu. Mungkin karena ia melihat sedikit diriny
i yang besar, sebelum semuanya hancur karena pengkhianatan dan kehilangan. Setelah istrinya meninggal, hidup Dimas
ta-itu terlalu jauh dari pikirannya. Namun, lebih kepada rasa ingin tahu.
ke dalam, disambut oleh suasana hening yang selalu menemaninya sejak keperg
a Naira terd
erempuannya itu. "Kamu belum t
gadis kecil itu, tersenyum ceria mesk
a, mengusap kepala putrinya yang lemb
agi?" tanya Naira tiba-tiba,
s akhirnya. "Kena
bagus," Naira tersenyum lagi.
an Naira tidur, ia kembali ke ruang kerjanya, duduk di depan meja besar yan
ambat, ia akan menemukan jawabannya. Rania telah membuka pintu kecil di dalam hatinya yang selama ini terkunci rap