Terpaksa Dinikahi Majikan
kerja dengan baik. Diharuskan menginap. Apa kamu sanggup?" tanya seorang wanita paruh
dan membutuhkan pekerjaan itu demi untuk menghidupi dua orang adiknya yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah dan makan sehari-hari. Ibunya hanya seorang buruh cuci keliling, s
Baginya hidup susah bukanlah suatu hal yang harus ditangisi. Hidup akan terasa indah bila dihiasi s
Apa kamu mau dan tidak malu
di jalan ketemu sama Pela sepupu aku, dia ngasih tahu kalau di sini lagi butuh pembantu ruma
kan jika kamu bekerja di rumah
aya akan minta izin du
zah.
erja, karena dia melihat Nyonya rumah itu ingin meng
i tahu ibumu kalau kamu akan bekerja di sini mulai besok pagi." Mendengar kata-
Buk. Saya pam
n rambut panjang terurai, kecantikan gadis remaja yang masih berumur sembilan belas tahun itu terliha
k. Tapi harus menjadi pembantu rumah tang
sedang membujuk Akbar yang sedang menangis. Akbar a
tanyanya ke Ainun sambil mengg
menangis dan gak mau berhenti," terang Ainun y
epala adiknya agar mau diam. Matanya juga mulai berembun, na
yain Kakak, terus pergi lagi," sungut Ainun yang ke
ang apa a
ngan pergi ke mana-mana. Ada yang
ta makan. Azizah tidak tega melihat adik-adiknya kelaparan. Akhi
inun ya, Dek? Kakak akan beli beras un
ma-lama, y
, D
k goreng, Ya Allah. Aamiin," batin Azizah sambil menenga
ahnya. Hanya berjarak dua buah rumah. Jadi tida
ayuran membayar belanjaannya, Azizah memberanikan diri
an. "Apa, Azizah? Kamu mau beli apa? Kok malah gugup, kayak mau ngomong sama
u," timpal anak gadis Bi Ijah yang seumuran dengan Azizah yan
yang kasar Bi Ijah memarahin
memang datang ke sini untuk namba
perti itu. Biarpun dia ngutang, apa salahnya. Nanti kala
bisa bayar hutang. Yang ada malah hutangnya yang tambah
yang menangis kelaparan di rumah. Dia mengabaikan wanita bernama Pela itu dan bicara kepada Bi Ijah. "Bi.... Bolehkah ak