MAWAR BERDURI
u atau menonton televisi, tetapi pikirannya selalu kembali kepada Raka. Beberapa hari sejak pertemuan mereka di taman kota, Maria terus merasakan kekosonga
ul di layar, dan Maria merasakan jantungnya
aria. A
lum membalas, jari-jarinya
aku baru saja ber
ntar sebelum
ahu sebuah tempat yang tenang. Mungk
mengetik, Tentu, d
ya. Kafe itu dihiasi lampu temaram dan kursi-kursi kayu yang menciptakan suasana hangat dan intim. Raka sudah duduk di sud
ng," sapa
uduk di depannya. "Tentu saja. Aku t
membahas berbagai hal, dari kenangan masa kecil hingga impian yang mungkin takkan pernah terwujud. Di balik setiap k
rtanya dengan suara pelan. "Seolah-olah kamu tahu apa ya
n. "Mungkin karena aku juga pernah merasakan kekosongan y
terjebak, Raka. Pernikahanku, hidupku... semua terasa begitu stagnan. Adria
maksa, tetapi tetap memberikan ruang bag
erjaannya, dan sepertinya aku selalu menjadi bayangannya saja," Maria akhirnya mela
rkadang, kita butuh seseorang yang mau mendengarkan tanpa menghakimi
h. Aku tak ingin menyakiti siapa pun, terutama Adrian. Tapi di sisi lain..." M
hubungan ini, Maria. Terkadang, kita hanya perlu menjalani momen ini apa adanya. Menikmati setiap percakapan dan p
n, ia merasakan dorongan untuk tetap berada di dekat pria ini, meskipun ada risiko besar yang mengikuti. Tapi
, sesuatu yang menghidupkan harinya. Ia merasakan kebebasan yang sudah lama hilang, sesuatu yang tak pernah ia rasakan
gan pandangan serius. "Aku ingin tahu satu hal, Maria. Jika kamu merasa hidu
ang tepat. "Mungkin karena aku takut. Takut menghadapi kenyataan yang ada di lua
ari manusiawi, Maria. Tapi terkadang, ketakutan itulah yang membuat ki
ama Raka dan perasaan bersalah terhadap Adrian. Ia tahu, semakin dalam i
r. "Aku takut ini semua hanya akan melukaimku tahu risikonya, dan aku memilih untuk ada di sini bersamamu. Hidup adalah tentang keputu
a juga merasa telah menemukan seseorang yang benar-benar memahami dirinya. Raka bukan hanya pria misterius yang hadir dalam
hatinya ia sadar bahwa ia kini berada di ujung jalan yang penuh dengan duri. Hubungannya dengan Raka bukan sek
iarkan dirinya merasakan, dan jika esok hari datang dengan lebih banyak pertanyaan,
ersalah yang mulai menyusup ke dalam hatinya. Setiap percakapan dan pertemuan dengan Raka membuatnya mer
ri di pintu, memperhatikannya sejenak, mencoba mencari jejak cinta yang dulu pernah mere
lembut, berharap ada respons yang
sebelum kembali ke layar laptopnya. "Hai,
ercakapan ini mungkin tak akan berlanjut lebih dalam. "Ya, cukup bai
ggelam dalam pekerjaannya, Maria merasa ragu untuk mengutarakan perasaan atau kebutuhannya. Ia tahu Adrian mencin
ka Maria memasuki kafe, ia menemukan Raka sudah menunggunya di sudut ruangan yang lebih sepi. Ia terlihat leb
kirkan pembicaraan kita kemarin. Aku tak ingin kamu salah mengerti. A
ilih untuk bertemu denganmu. Aku tahu risikonya, tapi a
asakannya. Tapi kita harus jujur, Maria. Hubu
impinya. Dia tahu, seberapa dalam pun keterikatannya dengan Raka, mereka berjalan di a
nya dengan suara yang hampir berbisik, takut mengak
berbicara, setiap kali aku mendengar suaramu... aku merasa ada yang hilang kembali pada tempatnya. Mungkin ini bu
isi, ada dorongan kuat untuk berhenti sebelum semuanya terlambat. Tapi di si
kita jalani ini dengan hati-hati? Aku tidak ingin kehilangan
n jalani dengan hati-hati, Maria. Aku tak ingin menjadi alasan kamu m
hati, Maria tahu bahwa ada harga yang harus ia bayar jika ia terus terlibat dengan Raka. Namun, ia
dan Maria merasa untuk pertama kalinya sejak lama, ia ingin berjalan tanpa arah, tanpa memikirkan apa yang a
k pelan, "untuk memahami dan
i, Maria. Aku hanya ingin berada di sini untukmu, meski mungkin
dua. Tanpa terlalu memikirkan apa yang benar atau salah, ia hanya ingin meras
ni adalah perjalanan yang penuh duri, dan tak
ambu