DUA WAJAH DI BALIK CINTA
am, dan Arga belum juga pulang. Biasanya, suaminya akan memberi kabar jika harus pulang terlambat,
pan di antara mereka semakin jarang, dan jika pun ada, terasa hampa. Rina mulai merasakan sesuat
rhatian Rina dari lamunan. Arga masuk dengan l
dur?" Arga bertanya sa
kan kegelisahannya. "Aku nunggu k
n jawaban untuk pertanyaan ini. "Maaf, tadi ada pekerj
tetap tenang dan berusaha tampak meyakinkan. Meskipun begitu, Rina ta
embur. Apa nggak terlalu berat?" tany
erasa kaku. "Nggak kok, cuma keb
, tapi instingnya terus membisikkan hal-hal yang membuatnya ragu. Setiap gerakan, setiap kata
am pikirannya. Ketika Arga menutup pintu kamar mandi, Rina bangkit dari duduknya, berjalan pelan menuju tas kerja Arga y
antor seperti biasa, tetapi yang menarik perhatiannya adalah parfum yang tersisa di saku dalam jas Arga. Bukamungkin itu aroma dari seseorang di kantor yang kebetulan melekat di jas Arga. Namun, pikiran itu tid
fa, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Tapi, tatapan matanya
ya Arga sambil mengeringka
pikiran saja. Kamu kelihatan capek belakangan ini. A
geleng. "Nggak, nggak ada apa-apa. Mungk
ya. "Kalau ada apa-apa, aku harap kamu akan jujur sam
uriga itu semakin menggerogoti perasaannya. Dia ingin sekali mempercayai Arga, tapi ada sesuatu yang men
ar-putar, mencoba menyusun potongan-potongan kecil yang selama ini ia abaikan-telepon yang sering tak diangkat, pesan singkat
ergumam pelan pada dirinya sendiri
tawa dan kebersamaan. Namun, kini rasanya ada jarak yang semakin besar di antara mere
isa lagi hanya berdiam diri dan berharap semua akan kembali seperti semula. Ada perasaan kuat di dala
anya. Ia tahu, ini mungkin akan membuka pintu menuju kebenaran yan
ncari jawaban
ntor, dia masih mengingat semua peristiwa yang terjadi. Rina memutuskan untuk menyelid
antor Arga, berusaha menemukan rekan kerja atau teman yang mungkin bisa membantunya memahami situasi suami
debar-Melati. Namanya muncul dalam beberapa komentar di foto-foto Arga. Rina meras
momen-momen kebersamaan yang terlihat akrab antara Melati dan Arga. Dalam foto-foto itu, senyu
ba mencerna semuanya. "Siapa
Rina bergetar. Sebuah pesan dari s
? Ada apa, kamu terlihat
rbagi. Dia membalas dengan cepat, "Hai, Lila. Aku ada
awab, "Tentu! Ayo ketemuan. Ki
bertemu Lila di kafe dekat rumah. Dia berharap bisa
ba, wajahnya langsung berseri-seri. "Rina! Senang lihat k
Arga. Belakangan ini, dia sering pulang terlambat dan
ksama. "Apakah kamu sudah b
u baru saja menemukan nama Melati di akun media sosialnya. Dia sepertinya dekat dengan Ar
Apa kamu tahu siapa dia? Apaka
u tidak ingin membuat keributan, tapi hati ini t
ahu lebih banyak. Kadang-kadang, mencari kebenaran l
ri sahabatnya. "Kamu benar, Lila. Aku
encari tahu lebih lanjut tentang Melati. Setelah kembali ke rumah, Rina menggunakan
ngunjunginya. Rina tahu ini mungkin langkah berbahaya, tetapi di
gedung, jantungnya berdebar kencang. Rina menyesuaikan penampilannya, berusaha u
menemukan Melati?" tanya Rina dengan suara ma
jawab, "Dia sedang ada di ruang rapat seka
dari ruang rapat dengan senyum lebar, tampak sangat akrab dengan beberapa rekan kerjanya. Melati memi
lah momen yang ia tunggu-tunggu, tetapi juga membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Rin
suaranya lebih bergetar
ihat Rina. "Eh, kamu... Rina, ka
nampilkan keberanian. "Aku perl
rasakan ketegangan di antara mereka. "Tentu,
sana di sana tenang dan lebih pribadi. Rina duduk di
an?" tanya Melati, suaranya
hanya ingin tahu hubungan kalian yang seben
Rina tidak memberikan ruang untuk jawaban yang tidak jelas. "Aku tida
buat situasi ini semakin rumit. Tapi aku... aku tidak tahu ba
u kenapa dia sering pulang terlambat? Ke
aran yang ada. "Aku tidak tahu. Arga selalu bersikap baik p
hwa ada ketidakpastian di antara mereka berdua membuatnya tidak nyaman. "Jika kam
ngerti perasaanmu. Aku akan mencari tahu lebih banyak. Tetapi, sebaiknya k
rgejolak. Dia tahu bahwa apa pun yang terj
gan pikiran yang berputar. Dia harus menghadapi Arga, dan t
tuk itu, dia harus berani menghadapi kebenaran. Rina tahu ini adalah langkah berbahaya, tetapi apa p
ambu