JEJAK HATI YANG TERKOYAK
kan siang di kafe dekat kantor dan berbagi cerita tentang kehidupan mereka, mulai membuat Lila merasakan kembali cin
n kue yang baru dipanggang memenuhi udara, menciptakan suasana yang nyaman. Rian s
idak pernah jadi komedian?" Lila menan
ana cadanganku jika karier ini tidak berjalan. Tapi aku le
erima kasih sudah selalu ada di sini. Aku tidak
Lila dengan serius. "Kamu tahu, Lila, kamu tidak harus merasa sendir
nnya, tetapi rasa bersalah terus membayangi. "Aku menghargai itu, Rian. Tapi... aku s
memaksakan perasaan ini padamu. Tapi aku ingin kamu tahu
dia rindukan. Dia mulai merenungkan perasaannya lebih dalam. Meskipun dia tahu perasaannya terhadap Rian adalah sesuatu yang tida
i tersenyum ketika melihat Lila. "Kamu pulang lebih lambat hari ini. Ada apa?" tanyanya, nada s
embahas beberapa proyek," jawab Lila, beru
ktu untuk diri sendiri, Lila. Aku menyadari ba
apa kesepiannya dia merasa, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana. "Aku mengerti, Adri
, memikirkan semua yang telah terjadi. Dia mengambil ponselnya dan membuk
pekan ini? Aku ingin mengajakmu m
n ini? Namun, rasa ingin tahunya dan ketertarikan yang berkembang pada Rian
! Aku suka
rasa cemas dan antusias. Tak
Sabtu malam? Aku tah
ampur menjadi satu. Dia tahu bahwa keputusan ini dapat membawa konsekuensi besar, tetapi hatinya tidak
nakan gaun sederhana tetapi elegan, berharap penampilannya akan membuat Rian terkesan. Ketik
uji Rian dengan senyuman yang lebar
lihat sangat rapi malam ini," jawa
ercakapan, tawa, dan sentuhan kecil semakin mendekatkan mereka satu sama lain. Makanan malam it
ahaya bulan, keduanya berbicara tentang impian dan harapan mereka. Rian mengungkapkan keinginann
ta inginkan, meskipun itu berarti mengambil risiko
rlu berani, tetapi antara hati dan kewajiban, dia merasa terjebak. "Aku... aku ingin merasaka
Lila. "Apa pun keputusanmu, aku akan mendukungmu. Ta
a menjadi berbahaya, tetapi saat mereka saling menatap, semua keraguan itu seolah menghilang. D
lang, meninggalkan hanya dia dan Rian. Rasa canggung menyelimuti mereka, dan Lila bis
etulusan. "Aku tidak ingin menjadi penyebab masa
aku tidak tahu. Aku merasa bingung. Dengan Adrian, aku merasakan kebosanan dan kesepian. Tetapi bersamamu,
ang bisa mendengar kita, yang membuat kita merasa diperhatikan,
kami jarang berbicara. Aku merasa terabaikan," Lila mengakui, air mata mulai menggenang di ma
perlu merasa bersalah untuk mencari kebahagiaan. Ini adalah hidupmu, dan kamu
a. "Tapi apa yang aku lakukan pada Adrian? Dia tidak tahu a
in sudah saatnya untuk berbicara dengan Adrian. Kejujuran adalah fondasi yang p
icara jujur. "Aku tahu, tapi aku takut akan reaksi Adrian. Dia selalu menganggap aku sebagai yang paling me
n Adrian bisa menghadapinya bersama. Jika kamu tidak berani berbicara, kamu h
terus mengabaikan perasaannya, tidak ingin membiarkan hidupnya berlalu tanpa ke
apa yang aku rasakan. Tapi... bagaimana jika ini berakh
g terjadi, kamu tidak sendiri. Aku ada di sini untukmu
hwa mungkin dia bisa menghadapi ketidakpastian ini. "Terima kasih, Rian. Kamu selalu tahu car
t, Lila merasa terhubung dengan Rian dalam cara yang tidak pernah dia bayangkan. Dia merasakan daya tari
kata, "Aku sangat menikmati malam ini. Terima kasih telah membaw
menikmatinya. Kita bisa melakukan ini lagi kapan saja. In
hati, dia tahu bahwa perasaannya terhadap Rian semakin dalam. Dia merindukan momen-mome
ur aduk. Rasa bersalah masih menghantuinya, tetapi dia juga merasa bersemangat. Ini ada
ang tamu, wajahnya terlihat lelah tetapi senyumnya tulus. "Lila, kamu sudah
wab Lila, berusaha untuk bersikap
a tahu saatnya untuk berbicara akan segera tiba. Dalam hati, dia berdoa
dang menuju perubahan besar. Dia bertekad untuk menemukan jalannya kembali, apakah itu ber
ambu